Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Hampir seluruh media di dunia ini menayangkan Breaking News pada hari saya menulis artikel ini Minggu 8 Desember 2024 bahwa pasukan pemberontak Suriah memasuki ibukota Damaskus. kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya bertempur di wilayah utara Suriah yaitu Idlib dan Aleppo melawan tentara Siria dimana mereka sedikit demi sedikit menguasai kota-kota di wilayah utara itu.
Saya mengikuti perkembangan pertempuran di wilayah utara itu berfikir bahwa kelompok HTS itu mungkin sulit bergerak maju karena pasukan pemerintah Suriah dibawah kepemimpinan Presiden Bashar Assad dibantu pesawat-pesawat tempur Rusia menggempur posisi HTS dan dilaporkan telah menewaskan ratusan pasukan HTS.
Tapi pada hari Minggu, tiba-tiba seluruh dunia melaporkan bahwa pasukan HTS telah menguasai ibukota Damaskus dan tentara pemerintah telah melarikan diri dan menyerah kepada pasukan pendudukan HTS yang disebut media barat sebagai jihadis.
Komando Angkatan Darat Suriah mengumumkan pada hari Minggu itu bahwa pemerintahan Presiden Bashar Assad selama 24 tahun telah berakhir, menurut seorang perwira Suriah yang berbicara kepada Reuters. Pengumuman itu menyusul serangan cepat oleh pasukan jihadis di ibu kota.
Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Para jihadis mengklaim bahwa Damaskus "sekarang bebas dari Assad" dan diperkirakan akan membuat pernyataan publik pertama mereka melalui TV pemerintah, Reuters melaporkan, mengutip dua sumber anti-pemerintah.
Menanggapi ketidakpastian politik, Perdana Menteri Mohammad al-Jalali menyatakan bahwa dia "siap untuk bekerja sama dengan kepemimpinan mana pun yang dipilih oleh rakyat," seperti dikutip oleh Al Jazeera. Dia menambahkan bahwa dia tetap di rumah dan cenderung mendukung kelangsungan pemerintahan.
Ahmed Al-Sharaa, seorang komandan terkemuka untuk kelompok jihadis telah mengeluarkan perintah yang melarang semua pasukan militan di Damaskus mendekati lembaga-lembaga publik atau menembakkan senjata ke udara. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa lembaga-lembaga pemerintah akan tetap berada di bawah pengawasan "mantan perdana menteri" sampai mereka secara resmi dipindahkan ke otoritas baru.
Kemenangan HTS yang disebut sebagai perubahan bentuk dari Al-Qaida yang disebut oleh banyak negara sebagai teroris memunculkan perubahan balance of power di wilayah Timur Tengah. Israel menjadi negara yang merayakan kemenangan HTS itu karena Suriah dibawah presiden Assad dan dibantu Iran dan Rusia merupakan salah satu musuh utama Israel, tambahan pula Siria adalah pendukung utama Hamas di Palestina dan Hisbollah di Lebanon. Pihak Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan yang netral bahwa Amerika Serikat tidak ikut-ikut persoalan dalam negeri Siria; namun pihak Siria, Iran dan Rusia menuduh bahwa sebenarnya Amerika Serikatlah dibelakang kekuatan HTS (juga pihak Turkiye) karena mensuplai berbagai senjata tempur termasuk drone.
Baca juga: Para Pejabat Negara Perlu Belajar Ilmu Komunikasi
Rusia juga memiliki bukti bahwa pihak Ukraina yang saat ini sedang bertempur melawan Rusia membantu pemberontak HTS itu dengan memberikan senjata dan informasi intelijen. Perlu diketahui baik Amerika Serikat maupun Rusia menempatkan pasukannya di Suriah, bahkan Rusia memiliki pangkalan angkatan laut di Rusia.
Para pejabat Rusia menyebutkan bahwa campur tangan Amerika Serikat di Siria sebenarnya merupakan taktik memperluas peperangan melawan Rusia di wilayah lain sebab peperangan AS dengan menggunakan proxy Ukraina terbukti gagal.
Semua media melaporkan bahwa presiden Bashar Assad dengan keluarganya melarikan diri ke tempat yang belum diketahui.
Editor : Pahlevi