Capres 2024: Bisakah Pasangan Ganjar-Puan terwujud?

Reporter : Aribowo
Capres 2024: Bisakah Pasangan Ganjar-Puan terwujud?

Optika.id. Jakarta - M Qodari, peneliti perilaku memilih, menganggap pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo dan Puan Maharani bisa terwujud. Qodari beralasan: (1) PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mampu mengusung pasangan capres dan cawapres sendiri. Jika presidential threshold 20% maka ditinjau dari perolehan kursi PDIP mampu mengusung sendiri.

Kedua (2), elektabilitas Ganjar dalam berbagai survei selalu berada dalam 3 besar (Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan). Bahkan beberapa survei terakhir ada yang menempatkan elektabilitas Ganjar lebih unggul daripada Prabowo.

Baca juga: Rapat Pleno Rekapitulasi Nasional Pemilu 2024 Ditunda, Kenapa?

Sementara itu Puan adalah tokoh sentral yang bisa berperan veto player di PDIP. 

"Jadi, ini pasangan yang secara matematika politik sangat mungkin untuk terjadi," simpulan Qodari, Rabu 24/11/2021).

Qodari menyadari, PDIP tidak mungkin maju sendiri. Pasti mengajak partai politik (parpol) lain untuk koalisi mengusung kandidatnya.
"Republik Indonesia ini sangat besar, sangat beragam. PDIP dan Bu Mega sangat menyadari hal tersebut. Maka rasa-rasanya, PDIP itu enggak mungkin maju sendiri, pasti dia akan berkoalisi," tutur Qodari. 

Analisis Qodari itu diungkapkan tatkala merespon deklarasi Ketua Umum Fron Ganjar-Puan, Timur Kiemas, ipar Megawati, yang mengusung Ganjar-Puan untuk menjadi capres dan cawapres 2024.

Ditentukan Elektabilitasnya

Mengusung capres dan cawapres bukan hanya urusan elite politik atau pimpinan parpol saja. Saat pemilihan presiden dan wakil presiden tidak langsung, seperti jaman rezim Orde Baru (Orba) memang mutlak ditentukan elite politik atau ketua parpol. Atau ada kekuatan besar di luar itu, yaitu kekuatan Istana.

Saat ini capres juga ditentukan oleh masyarakat. Seberapa besar masyarakat favorit, suka, dan mau memilih calon tertentu. Besar kecilnya pilihan masyarakat terhadap calon diketahui dari Lembaga survei. Karena itu Lembaga survei saat ini menjadi Lembaga penting untuk menentukan calon.

Hasil Lembaga survei terhadap perilaku memilih masyarakat Indonesia menjadi indikator penting seorang calon dipilih atau tidak oleh masyarakat. Jika calon dipilih oleh elite politik atau parpol, tetapi elektabilitasnya rendah, pada umumnya tidak berani pimpinan parpol memasang calon tersebut sebagai capres. Jika tetap ngotot biasanya diletakkan di posisi cawapres. Cawapres bisa menjadi faktor perekat, tetapi tidak menentukan suara. Perolehan suara biasanya ditentukan oleh cawapres.

Erick Thohir, Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yang popular itu elektabilitasnya masih rendah. Beberapa Lembaga survei elektabilitas Erick Tohir tidak lebih dari 1%. Kompas malakukan survei Oktober 2021 elektabilitas Erick di bawah 1%. Bahkan tatkala ditanya untuk maju sebagai capres 2024, tidak bakal menang jika jadi capres, jawaban realistis Erick Tohir saat acara di kanal You Tube Akbar Faizal, Rabu 24 November 2021.

Kesukaan dan pilihan masyarakat terhadap calon merupakan faktor penting seseorang menjadi capres atau cawapres.

memang idealnya elektabilitasnya tinggi dan dicalonkan oleh parpol, kata Ali Sahab, pengamat politik dari Fisip Universitas Airlangga, 26/11/2021, lewat WhatsApp kepada Optika.id.

Bisakah terwujud Pasangan Ganjar-Puan?

Jika mengacu pada 2 faktor di atas, elektabilitas dari masyarakat dan pilihan parpol, tampaknya susah pasangan Ganjar-Puan terwujud. 

Baca juga: Bawaslu Tangani 46 Kasus Dugaan Pelanggaran Pidana Pemilu 2024

Pertama, sekarang terjadi konflik internal di tubuh PDIP dalam isu mengusung Ganjar sebagai calon PDIP. Megawati beri isyarat tidak mau pilih Ganjar. Begitu pula sikap Puan terhadap Ganjar: tidak mau Ganjar. Sampai muncul istilah Celeng untuk para pengusung Ganjar oleh kubu Puan, hal ini menunjukkan konflik itu serius.

Kedua, pasangan Ganjar-Puan susah mencapai kemenangan dalam pilpres 2024. Sebab Ganjar dan Puan dari sesama PDIP. Dukungan mereka terbatas dari orang-orang simpatisan PDIP. Jika suara PDIP dalam pileg 2019 sebesar 19,33% maka secara maksimal suara dukungan simpatisan PDIP kepada Ganjar-Puan tidak lebih dari 20%. Apalagi kalau calonnya 3 pasangan.

Internal elite PDIP sangat mampu menghitung konsekuensi jika memasangkan Ganjar-Puan. PDIP harus memilih: ambil Ganjar atau Puan. Jika perspektif formalitas Megawati masih kuat memilih Puan maka Ganjar bakal terpental dari PDIP. Ganjar pasti diusung oleh parpol selain PDIP.

Isu mengusung Prabowo berpasangan dengan Puan di kalangan elite formal PDIP jauh lebih popular daripada Ganjar-Puan. Jika pasangan Prabowo-Puan terwujud maka koalisi parpolnya PDIP dengan Gerindra. Partai Nasdem tidak akan mendukung pasangan tersebut karena ada indikasi Nasdem susah berkoalisi dengan PDIP saat ini.

PKS (Partai Keadilan Sejahtera), Partai Demokrat (PD), dan Nasdem bisa membuat koalisi dan mengusung capres lainnya. Jika ada kesempatan tersebut maka capres Anies Baswedan kemungkinan diusung oleh koalisi tersebut. Faktor perekatnya adalah Anies Baswedan.

 Begitu pula Partai Golkar, PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), dan PPP (partai Persatuan Pembangunan) bakal megusung capres sendiri. Sangat besar kemungkinannya Ganjar diusung oleh koalisi ini. Ada indikasi kuat, Jokowi sejak awal bakal mengusung Ganjar sebagai capres lewat Golkar jika PDIP tidak mengusungnya. Bakal muncul pasangan Ganjar-Airlangga dari koalisi ini.

Jika ada 3 pasangan capres dan cawapres maka PAN (Partai Amanat Nasional) cenderung merapat ke koalisi PKS, PD, dan Nasdem. Bisa terbentuk koalisi PKS, PD, Nasdem, dan PAN.

Baca juga: Ahmad Labib, Wajah Baru Golkar yang Lolos ke Senayan dari Dapil Jatim X

All Jokowis Men?

Jika internal PDIP meyakini Prabowo-Puan tidak mungkinmemenangkan pilpres 2024, utamanya faktor Prabowo tidak mungkin menjadi faktor penentu kemenangan maka sangat mungkin mengambil capres lainnya. Jika dalam 1 tahun kepemimpinan Panglima TNI Andika Perkasa popular di masyarakat dan elektabilitasnya relatif bagus maka sangat besar muncul pasangan Andika-puan.

Jika konstelasi politik berubah yaitu Andika-Puan maka koalisi dukungan terhadap Anies dan Ganjar bisa beubah pula. Karena dengan tidak dicapreskannya Prabowo maka Gerindra bakal bebas dari PDIP. Tidak terikat faktor sejarah Batu Tulis dimana Gerindra bakal mencalonkan Prabowo dan berkoalisi dengan PDIP.

Apalagi jika Istana, Jokowi, mempunyai rencana lain, yaitu membuat formulasi capres 2 pasangan yang semuanya berada dalam kubu Jokowi, bisa terwujud  all Jokowis men.

Aribowo

Editor: Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru