Optika.id, Surabaya - Pakar Sosiologi Universitas Airlangga Surabaya, Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si berpendapat jika kasus ditendang dan dibuangnya sesajen di kawasan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur yang menyeret pria asal Lombok Timur berinisial HF bisa diselesaikan dengan kekeluargaan.
Prof. Bagong mengatakan, HF tidak perlu dilaporkan ke kepolisian, karena bangsa Indonesia perlu belajar memaafkan dan memahami orang yang tidak mengerti.
Baca Juga: 14 Ribu Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Unair
"Menurut saya memang, tidak perlu memperpanjang masalah ini sampai ke ranah hukum. Kita bisa menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan dan yang terpenting ketika pelaku sudah meminta maaf maka ya selesai permasalahannya," ujar dosen di Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tersebut, Senin (17/1/2022).
Meskipun menganggap bahwa peristiwa yang menyangkut HF bisa diselesaikan secara kekeluargaan, namun Dekan FISIP Unair tersebut tetap tidak menyetujui tindakan itu.
"Karena menurut informasi yang saya dapat juga, pelaku tidak berasal dari wilayah Lumajang sehingga mungkin tidak mengetahui adat-istiadat setempat," tutur Prof. Bagong menambahkan.
Menurutnya, Indonesia adalah bangsa multikulturalisme sehingga setiap orang perlu menghargai perbedaan. HF kan orang luar daerah yang datang ke komunitas lokal (masyarakat Lumajang) Maka harus berempati, sebab tidak bisa hanya membenarkan tindakannya sendiri dan menganggap yang lain adalah salah. Sehingga, nantinya akan ada kelompok-kelompok lain yang tersinggung.
"Ini menjadi pelajaran bersama. Supaya kita mau mengenal dan memahami ritual dari agama dan kepercayaan lain. Itu penting sebagai bekal hidup di negara yang penuh perbedaan ini," katanya.
Baca Juga: Halal Bihalal, Khofifah Ingin Unair Jadi Kampus Top Dunia
Prof. Bagong mengatakan, bahwa masyarakat boleh saja mempercayai dan mengimani suatu keyakinan. Akan tetapi kemudian, mereka tidak perlu menyalahkan atau merendahkan yang lainnya. Cukup dirasakan sendiri tanpa menyinggung keyakinan lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Jadi masyarakat harus betul-betul memahami bahwa kita hidup di lingkungan yang beraneka ragam. Sehingga ketika hendak menilai suatu kelompok lain yang berbeda, janganlah memakai ukuran kita sendiri," katanya.
Dosen yang dinobatkan sebagai peneliti terbaik Unair versi Google Scholar tersebut berharap Melalui sikap yang demikian itu, maka ke depannya diharapkan tidak akan terulang kejadian serupa. Hal itu karena tidak ada anggapan salah terhadap kelompok atau keyakinan lain. Selebihnya yang ada yakni penghormatan dan kesediaan untuk menerima bahwa perbedaan itu ada.
"Kita harus berempati dan bertoleransi dan kuncinya adalah memahami dan menerima segala bentuk perbedaan," ucapnya.
Baca Juga: Berikut Keketatan dan Daya Tampung Prodi Soshum UNAIR
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi