Pengurus PBNU Tak Boleh Nyapres, Muhaimin: Gantian Ini Saatnya PKB

author Seno

- Pewarta

Minggu, 13 Feb 2022 19:33 WIB

Pengurus PBNU Tak Boleh Nyapres, Muhaimin: Gantian Ini Saatnya PKB

i

images - 2022-02-13T122936.391

Optika.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut pada kontestasi Pemilihan Presiden 2024, tak lagi diperbolehkan struktur PBNU maju sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden.

Hal ini disampaikan KH Yahya sejak sebelum dirinya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU, maupun setelah Muktamar di Lampung. Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan keputusan itu merupakan hal yang tepat.

Baca Juga: Resmi, Muktamar PKB Tentukan Cak Imin Kembali Jadi Ketum

"Alhamdulillah, Muktamar di Lampung kemarin, Gus Yahya, Ketua Umum PBNU, menyatakan dengan tegas bahwa seluruh struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dilarang nyapres, dilarang ikut nyawapres, dilarang ikut kompetisi. Mafhum mukhalafah-nya (pemahaman terbaliknya) kira-kira: ini saatnya PKB, gantian. Kira-kira begitu karena dulu (Pilpres 2019) Rais Aam (KH Ma'ruf Amin maju sebagai cawapres), sekarang seharusnya ya Ketua Umum PKB," ujar Muhaimin dalam keterangannya, Ahad (13/2/2022).

Muhaimin mengatakan, NU ibarat hamparan padang sawah yang tanahnya subur dan sangat luas, dan kaya dengan berbagai hal. Untuk itu, ia tak ingin NU dimanfaatkan oleh pihak lain yang bukan merupakan kader NU.

"Masa NU yang sehebat ini, tanah seluas ini, dibiarkan 'terlantar' dan digali dan dimanfaatkan orang lain (bukan kader NU)? Maka, tugas saya adalah pasang patok supaya orang lain tidak mengambil dan menikmati tanah subur Nahdlatul Ulama, kira-kira begitu," katanya.

Terkait hal ini, Muhaimin pun optimis nantinya NU akan bulat mendukungnya maju sebagai capres 2024. Ia pun menjelaskan kronologi awal hingga dirinya memutuskan untuk maju sebagai capres pada Pilpres 2024.

Pada Ramadhan 2021, kata Muhaimin, dirinya dipanggil oleh pamannya, KH Abdussalam Shohib ke Denanyar, Jombang. Di sana, ia bertemu para kiai muda (gawagis) dari berbagai pesantren di Jawa Timur, baik dari pesantren Denanyar, Ploso, Lirboyo, Sidogiri, Banyuwangi, Langitan, termasuk putra Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.

"Semua berkumpul dan tanya kepada saya, apakah siap dan sanggup untuk didukung, dicalonkan dan dikuatkan menjadi calon presiden tahun 2024? Saya tanya balik kenapa kok saya? Karena dulu 2019, saya sudah berikhtiar, sudah berusaha, juga kampanye ternyata yang jadi (cawapres) KH Ma'ruf Amin," urainya.

Baca Juga: Cak Imin Tak Penuhi Undangan PBNU: Saya Ingin Tegakkan Konstitusi!

Muhaimin mengatakan dirinya juga melakukan diskusi panjang dengan mereka. Para kiai muda di Jawa Timur pun menyampaikan NU merupakan organisasi besar dengan jutaan pengikut, sehingga perlu kader tulen NU yang menjadi presiden, setelah sebelumnya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Kalau dulu Gus Dur hanya dua tahun, nanti kita tebus lima tahun," tuturnya.

Muhaimin pun mengaku bersyukur karena para kiai muda di Jatim selain mendukungnya untuk maju sebagai capres 2024. Selain itu, mereka juga cukup aktif bergerak untuk meminta restu, doa, dan dukungan kepada para kiai dan masyarakat agar Muhaimin terpilih sebagai Presiden 2024.

"Luar biasa ternyata gus-gus semangat bergerak dan kemudian pertemuan di Banyuwangi bahkan di Kantor PCNU yang dipimpin langsung Gus Makki (Ketua PCNU Banyuwangi) membuat saya percaya diri dan membuat saya kemudian mencoba roadshow ke mana-mana, sambutannya luar biasa. Insyaallah akhir Maret nanti survei kita tertinggi di Jatim, insyaallah kalau bergerak," tukasnya.

Baca Juga: Makin Kuat, PBNU Desak PKB Tentang Peran Ulama di Partai

Diketahui, pada Pilpres 2019, Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin maju sebagai cawapres bersama Joko Widodo, dan terpilih sebagai wakil presiden. Sebelumnya, pada Pilpres 2004, Ketua Umum PBNU saat itu, Hasyim Muzadi juga maju sebagai cawapres bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, namun kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla pada putaran kedua pemilihan.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU