Kontruksi Stigma Masyarakat Mengenai Fenomena Childfree

author Mei Nurkholifah

- Pewarta

Rabu, 01 Sep 2021 21:06 WIB

Kontruksi Stigma Masyarakat Mengenai Fenomena Childfree

i

canva

Optika.id - Surabaya: Fenomena childfree kini sedang trending dalam kalangan pasangan muda, childfree sendiri adalah kondisi dimana sepasang suami istri memilih untuk tidak memiliki keturunan.

Hal ini tentu menimbulkan berbagai macam pandangan dalam masyarakat Indonesia, memiliki keturunan merupakan suatu hal yang lumrah atau bisa dikatakan menjadi kewajiban untuk memiliki anak bagi pasangan yang sudah menikah.

Baca Juga: Benarkah Childfree Bisa Bikin Awet Muda?

Banyak kontroversi yang terjadi dalam menyikapi kasus childfree ini, Namun ada beberapa pihak yang memberikan kebebasan dalam memilih keputusan.

Terkait dengan kondisi ini, PARAPUAN telah menghubungi Intan Kusuma Wardhani, M.Psi, seorang Psikolog Anak dan Klinis pada Jumat (28/08/2021)

"Dalam relasi pertemanan memang sebaiknya kita bisa saling bertoleransi karena pilihan untuk childfree ini adalah sebuah bentuk keberagaman, jelas Intan.

Di Indonesia, kita mengenal Veronica Wilson, salah satu perempuan yang berani speak up terkait dengan keputusannya untuk tidak mempunyai anak. Meski sempat terhalang tradisi orang tua masing-masing, Veronica dan suami tetap untuk memilih dan mengambil keputusan childfree ini.

"Jadi, kalau sekarang muncul perempuan yang mengumumkan tidak ingin punya anak, itu adalah perkembangan baru. Sah-sah saja dilakukan. Hanya saja pada titik tertentu nantinya, saya yakin kerinduan untuk punya anak akan muncul," jelas Prof. Dr. Bagong Suyanto, M.Si yang dikutip dari laman Unair

Baca Juga: Apa Sih Beda Childfree dan Childless? Ini Penjelasannya

"Saya yakin childfree adalah sikap sebagian kecil perempuan. Sebagai hak pribadi, boleh-boleh saja mereka memilih seperti itu dan masyarakat tidak perlu merespons secara serius," ucap Prof. Dr. Bagong Suyanto, M.Si

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, opsi tersebut sulit diambil di Indonesia, mengingat kuatnya budaya patriarki dan juga masih bertahannya stigma sosial bahwa perempuan yang menikah harus memberikan keturunan pada suaminya.

"Kalau ditinjau secara sosiologis, fenomena childfree ini sebagai refleksi dari pergeseran VOC (Value of Children). bahwa nilai sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi yang diacu orang-orang usia subur. Anak tidak lagi dianggap memiliki nllai-nilai positif (menguntungkan) secara sosial, ekonomi, budaya." ujar Drs. Doddy Sumbodo Singgih, M.Si (01/09/21)

"Jika fenomena childfree ini merebak, akan menjadi masalah yang serius, karena bertentangan dengan hakekat perkawinan dan pernikahan (UU No. 1 thn 1974) bahwa tujuan pernikahan yang sakinah, yang antara lain melahirkan seorang anak." imbuhnya

Baca Juga: Ketua Muhammadiyah Jatim: Jangan Terpengaruh Sensasi Digital, Komentarnya atas Video Pernikahan antar Laki-laki

(Mei)

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU