Gerakan Investasi Untuk Planet Kita

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 23 Apr 2022 11:20 WIB

Gerakan Investasi Untuk Planet Kita

i

images - 2022-04-23T041710.315

Optika.id - Kemarin 22 April, kita memperingati Hari Bumi. Tema yang diusung pada tahun ini Invest Our Planet atau diartikan Investasi untuk planet kita. Pernahkah terbayang di benak kita apa yang harus kita lakukan untuk bumi yang kita pijak Kita sering mendengar istilah Bumi Makin Panas karena terjadi pemanasan global (global warming).

Hal ini terjadi karena adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Peningkatan suhu rata-rata ini disebabkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.

Meningkatnya suhu global akan menyebabkan perubahan seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, punahnya berbagai jenis hewan, terpengaruhnya terhadap hasil pertanian serta hilangnya gletser. Apa yang harus kita perbuat untuk investasi pada planet kita?

Hari Bumi pertama kali diperingati tahun 1970, sekitar 20 juta orang turun ke jalanan di Fifth Avenue New York untuk mengecam para perusak Bumi. Momen ini kemudian diperingati sebagai Hari Bumi. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk merayakan hari Bumi oleh masyarakat dari seluruh penjuru dunia.

Salah satunya kampanye untuk mengajak masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Berbagai macam aksi juga telah dilakukan seperti penanaman pohon, pembersihan sampah di sekitar lingkungan, memadamkan lampu selama satu jam atau yang biasa kita sebut Earth Hour, car free day, fun bike, talkshow tentang lingkungan dan penyelamatan Bumi serta kegiatan lainnya.

Memperingati Hari Bumi Sedunia, yang perlu dilakukan secara serentak adalah Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan. Aksi yang dilakukan untuk bumi kita terutama penanaman pohon,membersihkan lingkungan, seperti sungai, saluran air serta sampah secara bersama-sama.

Langkah mertibumi secara bersama-sama dan menyeluruh merupakan penyadaran akan pentingnya bumi sebagai titipan Tuhan untuk umat manusia yang harus dijaga keberadaannya dengan sebaik-baiknya."

Upaya penyelamatan bumi dengan gerakan saying lingkungan tidak hanya sebagai slogan pada level atas tetapi harus merupakan gerakan menyeluruh yang melibatkan pihak pemerintah, swasta melalui program CSR(coorporate social responsibility) LSM, dan seluruh lapisan masyarakat mulai karangtaruna, warga masyarakat mulai dari tingkat RT, RW dan lebih luas lagi. Aksi kampanye untuk menyelamatkan bumi juga perlu diperkenalkan kepada anak-anak usia dini, siswa TK, Sekolah Dasar, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Apresiasi Hari Bumi merupakan satu langkah untuk mendukung konsep pembangunan ekonomi hijau (green economy development) sebagai jawaban bahwa bumi telah memberi servis lingkungan dan kebutuhan hidup kepada seluruh makluk hidup dengan cuma-cuma. Sementara manusia sebagai khalifah bumi justru telah merusak instalasi raksasa bumi dalam menyediakan oksigen, air, pangan, pakan, pupuk, obat, temperatur, dan sumber kehidupan lain.

Dengan peningkatan jumlah penduduk dunia, yang menurut Badan Kependudukan PBB telah mencapai 7,9 miliar jiwa pada tahun 2021 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025, laju peningkatan jumlah penduduk seperti itu, maka tekanan kerusakan terhadap bumi terutama di negara-negara berkembang semakin berat dirasakan.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari bumi, umat manusia sudah selayaknya merawat bumi dengan baik. Semua itu demi kepentingan bersama, sebab jika manusia ikut merusak dan menentang bumi, maka bumipun memberikan respon yang justru sangat merugikan penduduk dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karena itu, upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup di bumi perlu kontribusi yang nyata dari berbagai pihak dalam hidup keseharian. Kuncinya, setiap manusia perlu membuat harmoni dengan bumi, sehingga bumi senantiasa menyediakan air, udara, kelembaban, temperatur dan penopang kehidupan yang sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan.

Secara alamiah siklus hidrologi sebenarnya tetap dan tidak terjadi perubahan. Hanya saja, akibat aktifitas manusia yang berlebihan seperti penggundulan hutan, penggunaan air yang berlebihan menyebabkan siklus hidrologi menjadi bergeser. Hal ini telah ditunjukkan dengan pergeseran musim yang tidak terstruktur seperti di satu daerah yang sebelumnya mengalami curah hujan selama 6 bulan, bisa berubah curah hujannya lebih panjang atau kemaraunya yang lebih panjang di daerah lain.

Untuk itu, masyarakat harus lebih sadar bagaimana cara menghargai alam dan lingkungan sekitar kita, melestarikan alam dan menjaga keseimbangan siklus hidrologi dan ekosistem di alam kita ini. Jangan kita biarkan pemanasan global mengancam kehidupan kita dan anak cucu kita kelak. Gejala pemanasan global di Indonesia sudah nampak sekitar duapuluh tahun yang lalu, mestinya sebagai umat manusia yang diberikan amanat oleh bumi harus menjaga bumi ini dan menjadikan bumi sebagai Low Impact Development atau pembangunan yang mempunyai dampak lingkungan, misalnya jangan membabat hutan kita sebagai penyangga bumi, pembangunan perkotaan juga harus ramah lingkungan. Yang paling penting adalah merubah budaya manusia Indonesia untuk sayang kepada bumi dan lingkungan. Dengan gerakan menanam pohon yang dimulai dari rumah, sekolah adalah langkah awal Gerakan investasi untuk planet kita.

Sejak kira-kira tigapuluh tahun yang lalu, para ilmuwan sudah memberi peringatan pada dunia berkenaan dengan akibat buruk yang ditimbulkan oleh Global Warming atau Pemanasan Global, yang merupakan ancaman paling serius bagi umat manusia yang harus segera diatasi secara kolektif, di mana setiap negara dan setiap pemerintah harus bekerja sama dan segera mempromosikan kesadaran lingkungan kepada warga-negara mereka, bagaimana mereka memberikan kontribusi dalam upaya mengatasi situasi yang amat serius ini tanpa mementingkan diri sendiri.

Gerakan yang paling utama untuk dilakukan adalah stop penggundulan hutan dan menghijaukan lingkungan kembali untuk keseimbangan ekologi lingkungan. Pendidikan lingkungan di Indonesia memang membutuhkan waktu yang cukup panjang, sepuluh tahun belum akan mampu memberikan jawaban. Hal ini terkait dengan faktor kemiskinan dan lapangan kerja yang susah sehingga masyarakat belum mampu memikirkan bagaimana menyelamatkan bumi karena urusan perut belum terselesaikan. Apalagi dengan kondisi saat ini dimana harga kebutuhan pokok dan energi terus meroket. Jadi, gerakan penyelamatan bumi memang merupakan pendidikan yang kompleks yang tidak hanya menjadi slogan tetapi penyadaran ini harus dibarengi dengan upaya pemerintah bagaimana mensejahterahkan masyarakat.

Oleh: Shanty

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU