Kementan Gandeng BNPB dan FAO Tanggulangi Bencana Evakuasi Ternak

author Denny Setiawan

- Pewarta

Kamis, 28 Apr 2022 09:11 WIB

Kementan Gandeng BNPB dan FAO Tanggulangi Bencana Evakuasi Ternak

i

Kementan Gandeng BNPB dan FAO Tanggulangi Bencana Evakuasi Ternak

Optika.id, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan FAO Indonesia melakukan simulasi penyelamatan peternakan dalam penanggulangan bencana.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengatakan menyadari menyadari Indonesia memiliki berbagai risiko bencana dengan 127 gunung berapi. Maka, hewan ternak juga perlu mendapatkan perhatian lebih dari kehidupan manusia.

Baca Juga: Lewat 'Bangga Surabaya Peduli', Pemkot Siap Beri Bantuan Daerah di Jatim yang Kena Bencana Alam

Hal itu, juga dengan lebih dari 1,2 juta populasi tinggal di sekitar wilayah gunung berapi di seluruh Indonesia di bidang pertanian dan peternakan.

Ia menjelaskan, Kementan bersama BNPB dan pemerintah daerah akan menyusun pedoman penanganan penanganan bencana gunung berapi yang di dalamnya termasuk pengaturan pengelolaan peternakan dan rencana kontinjensi.

Adanya pedoman penanganan ternak itu diharapkan dapat melengkapi pedoman pada manusia, sehingga masyarakat memperoleh jaminan keselamatan pada saat terjadi bencana. Baik bagi dirinya dan hewan ternaknya sebagai sumber mata pencaharian utama bagi keluarga di pedesaan.

"Tujuan pedoman ini untuk mengurangi risiko dan kerugian akibat bencana gunung api. Tentu saja pemerintah ingin masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tetap selamat dan sejahtera," jelas Nasrullah, Rabu (27/4/2022).

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan, Syamsul Ma'arif, menjelaskan proses peternakan sejatinya harus memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan, agar ternak yang dievakuasi sampai ke tempat penampungan. Untuk itu, diperlukan panduan bagi petugas atau peternak pada saat melakukan pemeriksaan.

"Kami sedang menyiapkan SOP Evakuasi Ternak yang dapat digunakan sebagai panduan bagi petugas dan peternak di lapangan agar proses pelaksanaan dapat dilakukan dengan baik," ungkap Syamsul.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Mayjen TNI Suharyanto, juga memaparkan siap untuk menerapkan penerapan ternak sebagai elemen baru dan penting dalam upaya penanggulangan bencana.

Lantaran, peternakan sangat erat dengan upaya-upaya upaya manusia dan peternakan merupakan aset yang berharga. Maka, menyiapkan rute peternakan secara khusus dapat mengurangi korban jiwa maupun kerugian ekonomi.

"Untuk pertama kali kali ini, simulasi simulasi ternak menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang diperingati setiap 26 April 2017 lalu," beber Suharyanto.

Ia menambahkan, kesiapan penanggulangan bencana di Indonesia sebenarnya sudah meningkat meningkat dalam upaya manusia. Namun dalam berbagai insiden bencana, proses evakuasi manusia sering terkendala masyarakat.

Baca Juga: Komisi A Minta Anggaran BPBD Surabaya Difokuskan Untuk Tanggap Bencana

Khususnya para peternak yang enggan untuk melakukan evakuasi jika harus meninggalkan hewan ternak mereka yang merupakan aset berharga dalam kehidupan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Hal ini dapat meningkatkan risiko korban jiwa maupun kerugian ekonomi, sehingga pemerintah perlu menyusun strategi khusus untuk menanggulanginya. Salah satunya dengan pedoman ini," imbuh Suharyanto.

BNPB mencatat, setidaknya terdapat kematian 2.800 ternak sapi, pada letusan gunung Merapi tahun 2010, dengan 332 korban jiwa pada manusia. Sekitar 12,4 persen dari total kerugian ekonomi sebesar Rp4,23 triliun merupakan kerugian usaha kecil dan menengah masyarakat, termasuk di bidang pertanian dan peternakan.

paling tidak terdapat 156 ledakan gunung api di seluruh Indonesia pada periode 2010-2020 atau rata-rata 15 kali ledakan dalam setahun.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyampaikan dukungan senada. FAO akan bekerja sama erat dengan BNPB dan Kementan untuk melindungi para peternak dan petani dari kerugian akibat bencana gunung api.

"Kami memberikan berbagai dukungan teknis sesuai pedoman Sendai Framework PBB di berbagai belahan dunia untuk melakukan studi, menyusun pedoman penanganan ternak termasuk peternakan, peningkatan kapasitas, rencana penanggulangan hingga melakukan simulasi," ujar Rajendra.

Baca Juga: Bantu Korban Bencana Alam di Jatim, Pemkot Surabaya Siap Kirim Alat Berat

Ia menambahkan, sebagai presidensi G20 serta tuan rumah Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang akan diselenggarakan di Bali, pada Mei 2022, upaya penanggulangan bencana di Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia.

"Kondisi geografis di antara cincin api yang rawan bencana dan besarnya jumlah populasi tidak menahan Indonesia untuk tumbuh sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia," tuturnya.

Reporter: Denny Setiawan

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU