Optika.id - Begandring Soerabaia terus beraktivitas yang memberi arti bagi semua. Utamanya di bidang sejarah dan budaya. Dalam bulan puasa lalu, Begandring berkolaborasi dalam dua kegiatan edukatif. Pertama bersama TVRI Jawa Timur untuk pembuatan dua film dokumenter. Pertama film dokumenter Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan kedua Jalan Sunyi dr. Soebandi".
Berikutnya berkolaborasi dalam Ekspedisi Bengawan Solo 2022. Apa kaitannya Bengawan Solo dengan Sejarah dan Budaya yang menjadi passion Begandring Soerabaia?
Baca Juga: Peringatan 100 Tahun Perjalanan HP Berlage ke Surabaya
Bengawan Solo adalah sajadah peradaban yang telah tergelar jutaan tahun lalu. Situs purba di Trinil Ngawi dan Sangiran di Sragen menjadi saksi bisu dan sakai buta peradaban manusia Jawa purba.
Apa lagi dasar pertimbangan yang digunakan Begandring Soerabaia dalam aksi kolaborasi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 ini?
Berikut catatan Begandring Soerabaia
Salah satu prasasti penting peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Prasasti Canggu (1358). Prasasti ini merupakan piagam kerajaan yang dikeluarkan pada masa raja Hayam Wuruk (1350-1389). Isinya tentang peningkatan status desa-desa tepian sungai (naditira) yang melayani jasa penyeberangan (anambangi) di Mandala Jawa dan aturan-aturan yang ditetapkan berkenaan dengan aktivitas penyeberangan yang ada.
Nama nama desa di tepian sungai seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo berikut anak anak sungainya, yang ditulis pada piagam kerajaan ini, umumnya masih eksis hingga sekarang, meski sebagian sudah ada yang hilang dan berganti ejaan.
Bahkan fungsi desa-desa tepian sungai, yang menyebabkan pencatatan oleh raja pada piagam (prasasti), kini sudah kehilangan fungsinya. Fungsi penyeberangan sudah tidak ada. Hanya sebagian kecil saja dan ini menjadi infrastruktur minor. Jasa penyeberangan, yang dulu vital, kini telah digantikan Jembatan jembatan.
Meski demikian, dinamika peradaban masa lalu yang kala itu membutuhkan infrastruktur penyeberangan sungai masih menyisakan bukti buktinya. Bukti bukti itu sangat beragam: mulai dari kuburan kuno, tempat ibadah kuno (candi petirtaan dan semacamnya), struktur bangunan kuno, serpihan perangkat rumah tangga yang terbuat dari keramik dan terakota, mata uang kuno, hingga senjata tradisional seperti keris.
Peninggalan peninggalan ini tercecer di desa desa, yang dulu tercatat pada piagam kerajaan yang disebut Prasasti Canggu. Di sepanjang Bengawan Solo saja terdapat sekitar 40 desa tambangan (penyeberangan). Desa paling dekat dengan hulu adalah Luwayu. Lokasinya ada di kabupaten Surakarta. Luwayu adalah nama kuno dari Bengawan Solo. Dulu disebut Bengawan Luwayu. Sementara desa paling dekat dengan hilir Bengawan adalah Bedanten di Kabupaten Gresik. Dulu Bedanten bernama Madanten.
Baca Juga: Menyongsong Hadirnya Badan Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Kota Surabaya
Nama-nama kuno lainnya yang masih ada hingga sekarang diantaranya adalah Jipang (Jipang) dan Balun (Balun) di kabupaten Blora Jawa Tengah, Kembu (Kembu) di Kabupaten Sragen Jawa Tengah, Ngawi (Ngawi) di kabupaten Ngawi Jawa Timur, Malo (Malo) kabupaten Bojonegoro, Widang (Widang) di kabupaten Tuban, Prijik (Prijik) kabupaten Lamongan, Bulangan (Pabulangan) dan Wringin Wok (Wringin Wok) di kecamatan Gresik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak sekali yang telah berubah. Masa lalu juga terlupakan.
Nah, melalui ajang eksplorasi Bengawan Solo Expedition (BSE) 2022, saya dari komunitas pegiat sejarah yang bernama Perkumpulan Begandring Soerabaia tertarik untuk membawa dan mengaktualisasikan nilai nilai peradaban budaya dan sejarah naditira pradeca (desa desa tepian sungai penyedia jasa tambangan kala itu) yang terdokumentasikan pada prasasti Canggu yang tidak lain adalah wujud peradaban maritim kerajaan Majapahit, dalam kegiatan ekonomi kreatif yang berbasis sejarah dan budaya (historical and cultural based creative economy) untuk menyongsong masa depan dalam wadah Desa Wisata.
Berbekal dasar dan sumber sejerah berupa Prasasti Canggu (1358) dan didukung oleh dasar hukum Undang Undang nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya (2010) serta Undang Undang nomor 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan (2017), kiranya potensi kearifan lokal di desa desa di 12 Kabupaten dan dua Propinsi yang dilalui Bengawan Solo dapat digali, dilestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Aksi Bengawan Solo Expedition (BSE) 2022 akan membuka kesadaran bersama dan peluang kerjasama antar daerah yang bertumpu pada kolaborasi pentahelix (pemerintah, dunia usaha, masyarakat/komunitas, akademisi dan media), dan aksi ini mampu membawa manfaat bagi semua.
Baca Juga: Badan Pengelola Cagar Budaya Masuk Perda Cagar Budaya Kota Surabaya
Itulah mengapa Begandring Soerabaia terlibat dalam misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022.
Oleh: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi