Peta Koalisi PDIP di Pemilu 2024, ke Arah Mana?

author Seno

- Pewarta

Rabu, 01 Jun 2022 00:57 WIB

Peta Koalisi PDIP di Pemilu 2024, ke Arah Mana?

i

Peta Koalisi PDIP di Pemilu 2024, ke Arah Mana?

Optika.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga saat ini masih belum menentukan koalisi menuju kontestasi Pemilu 2024. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul menyinggung Gerindra dan PKS kala berbicara soal peta koalisi PDIP.

Bambang mulanya mengatakan pembicaraan soal koalisi PDIP terpusat di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Begitu pula soal pengusungan capres dan cawapres.

Baca Juga: Puan ke Jokowi, Ingin RUU Perampasan Aset Bisa Dipercepat!

"Untuk capres dan cawapres yang mendatang itu yang menentukan ketua umum. Berarti koalisi-koalisi yang akan dibentuk, siapa yang menentukan itu, ya ketua umum. Lobi-lobi di tingkat kepartaian itu, ketua umum," kata Bambang dalam keterangannya, Selasa (31/5/2022).

Bambang melanjutkan, dalam sebuah kerja sama politik praktis, perlu ada kecocokan elemen antarpihak. Salah satunya perlu memiliki hubungan yang baik.

"Kerja sama dalam sebuah politik itu tentu harus ada elemen yang nyambung walaupun tujuannya menang capres, maka kerja samanya tentu sebaiknya rata-rata ada unsur yang nyambung. Apakah punya relasi hubungan yang baik. Kalau aku bekerja sama dengan orang yang hubungannya nggak baik, apakah bisa, kan agak susah. (Hubungan baik) dalam sepanjang perjalanan politik," tukasnya.

Saat membicarakan kecocokan itu pula dia mengungkit hubungan PDIP dengan Gerindra dan PKS. Dia berumpama jika PDIP berkoalisi dengan PKS. Menurutnya, hal itu agak sulit diwujudkan.

"Anggaplah, misalnya, apakah kemungkinan bisa terjadi koalisi antara PDIP dan PKS. Bisa tapi kecil," katanya.

Berbeda halnya jika PDIP berkoalisi dengan Gerindra. Menurutnya, hal itu lebih mudah dilakukan lantaran kedua ketumnya sudah saling kenal dan pernah bekerja sama.

"Lebih mudah berkoalisi dengan PKS atau Gerindra, pasti lebih mudah dengan Gerindra. Di samping komandannya sudah sama-sama kenal, pernah bekerja sama, sehingga ada kesejarahan," ujar dia.

Respons Megawati 

Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkap respons Ketua Umum Megawati Soekarnoputri terkait isu ramainya pencapresan 2024. Hasto menyebut Megawati hanya tersenyum kala mendengar ramainya isu pencapresan.

"Ya kalau Ibu Mega kan tersenyum saja karena beliau kan sosok yang kenyang dengan asam garam politik," kata Hasto kepada wartawan di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (28/5/2022).

Hasto mengatakan Megawati memiliki mekanisme tersendiri terkait calon yang akan diusung jadi capres. Namun, kata Hasto, yang terpenting ialah bagaimana tanggung jawabnya terhadap negara.

"Bagi Bu Mega, menjadi presiden itu sudah ada mekanismenya, tetapi yang lebih sulit adalah bagaimana menjadi pemimpin, bagaimana bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara," ujar Hasto.

Hasto menilai seorang pemimpin bukan dilihat dari pencitraannya saja. Menurutnya, pemimpin juga harus dilihat juga dari karakternya.

"Sehingga seorang pemimpin itu harus ditentukan bukan hanya dari instrumen elektoral atas dasar pencitraan, seorang pemimpin itu dari karakternya, seorang pemimpin tidak dibangun 2 tahun ke depan. Jadi jangan bawa pemimpin dalam perspektif yang begitu sempit, seolah-olah pemimpin itu hanya dari aspek kekuasaannya, bukan pada tanggung jawab dan kemampuan ideologi, teknokratik," sambungnya.

Selain itu, politikus senior PDIP Panda Nababan mengatakan cuma PDIP yang berani mengajukan dua nama bakal capres 2024. Kedua nama tersebut adalah Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

Warning PDIP Untuk Parpol Lain

Pendiri lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio atau Hensat menilai hal ini menjadi sinyal peringatan dari PDIP untuk partai-partai lain yang akan mengusung Ganjar. Menurutnya, hal ini menunjukkan Ganjar akan dipertahankan PDIP.

"Menurut saya, hal ini menjadi sinyal bagi partai politik lain yang ingin meminang Ganjar, bahwa ada warning dari PDI Perjuangan bahwa Ganjar akan dipertahankan di PDI Perjuangan," ujar Hensat, Senin (30/5/2022).

Hensat mengatakan PDIP memang bisa mengusung calon sendiri. Namun PDIP dinilai harus memutuskan siapa yang bakal diusung di antara kedua tokoh tersebut.

"Nggak apa-apa juga karena PDI Perjuangan kan bisa sendiri, jadi artinya mereka bisa putuskan tuh di internal partai Puan atau Ganjar," tuturnya.

Ia juga menilai tidak akan ada masalah bila Puan atau Ganjar diajukan sebagai capres dari PDIP. Menurutnya, masalah justru akan muncul bila nantinya Ganjar diusung oleh parpol lain.

"Nggak ada masalah selama majunya dari PDI Perjuangan. Kalau majunya dari partai lain, ya jadi masalah. Ini kan yang pasti dari PDI Perjuangan kan Mbak Puan, Pak Ganjar misal dari KIB, koalisinya Golkar PAN dan PPP, nah itu baru jadi masalah. Ganjarnya akan ditinggal pendukung PDI Perjuangan. Ganjar juga mesti inget, dia jadi Gubernur Jawa Tengah itu bukan karena Ganjar sendiri, itu karena PDI Perjuangan. Jawa Tengah itu kan kandangnya PDI Perjuangan, jadi bukan Ganjar saja," sambungnya.

Sebelumnya, politikus senior PDIP Panda Nababan berbicara tentang bakal calon presiden 2024. Dia mengatakan cuma PDIP yang berani mengajukan dua nama bakal capres.

"Partai di republik ini yang berani mengajukan dua kandidat calon hanya PDIP Perjuangan. Golkar berani di luar Airlangga? Gerindra berani di luar Prabowo?" ujar Panda seperti dilansir detik, Rabu (25/5/2022).

"Kita ada dua, Puan Maharani sama Ganjar," jelas Panda.

Panda mengatakan hal ini merupakan realitas. Pasalnya, dua sosok itu kini marak dibicarakan masyarakat hingga kerap masuk survei.

"PDIP ini partai demokrasi. Yang muncul di permukaan kan dua (sosok), yang (sering) dibicarakan dua (sosok). Ini fakta," ujar Panda.

Baca Juga: PDIP Sebut Cakada Jabar, Jatim dan Jakarta Diumumkan Gelombang ke-4

Meski begitu, kewenangan penunjukan capres ada di tangan Megawati Soekarnoputri selaku Ketum PDIP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sinyalemen PDIP Pecah

Sinyalemen perpecahan di internal PDIP terlihat saat Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani tak menghadiri pernikahan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman dengan adik Presiden Joko Widodo (Jokowi), Idayati. PDIP menjelaskan alasan Mega-Puan tak hadir.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mulanya menepis jika tokoh PDIP tak ada yang hadir. Dia menyebut sejumlah nama kader PDIP, yakni anggota DPR Fraksi PDIP Johan Budi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Tjahjo Kumolo dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung hadir.

"Kalau nggak ada tokoh PDIP, Pak JB ke sana, kok. Pak Tjahjo, Mas Pram, datang," kata Bambang Pacul kepada wartawan, Selasa (31/5/2022).

Dia juga menepis isu ada masalah terkait ketidakhadiran Megawati dan sejumlah elite PDIP di acara pernikahan adik Jokowi tersebut. Bambang lalu menjelaskan alasan Mega hingga Puan tak datang.

"Diisuin kan karena hanya Mbak Puan sama Ibu (Megawati) nggak datang. Kalau Ibu (Megawati) webinar, di Jakarta. Webinar, Ibu. Tapi kan itu ada acara. Mbak Puan waktu itu ke Bali, acara migitasi bencana nasional. Acaranya Kamis," kata Ketua Komisi III DPR itu.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga disebut tak hadir. Bambang menyebut Hasto mungkin tak mendapat undangan acara pernikahan adik Jokowi.

"Hasto kan nggak datang. Aku juga nggak tahu (alasannya). Kelihatannya malah Mas Hasto nggak dapat undangan. Kalau saya diundang sebagai Ketua Komisi III," ujarnya.

Bambang mengaku tak hadir di acara pernikahan adik Jokowi. Dia mengatakan saat itu sedang ada acara keluarga dan diwakilkan oleh staf ahlinya.

Sebelumnya, Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo membenarkan Megawati dan Puan Maharani tidak hadir dalam acara pernikahan, baik akad nikah maupun resepsi. Namun dia tidak mengetahui apakah keduanya mendapat undangan.

"Kemarin (Megawati dan Puan) nggak datang. Nggak tahu diundang apa nggak," kata Rudy saat dijumpai di kediamannya, Jumat (27/5/2022).

Jika Megawati ke Solo, kata Rudy, dia pasti diminta untuk menemani. Rudy mengatakan Megawati selalu hadir secara virtual di acara-acara partai selama pandemi COVID-19.

"Memang kami minta nggak usah keluar dulu selama COVID itu, di rumah dulu saja," katanya.

Rudy pun menepis isu hubungan Jokowi yang merenggang dengan Mega maupun Puan. Terlebih belakangan, Jokowi seakan-akan memberi kode dukungan untuk Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Baca Juga: Megawati Respon MK: Ternyata Hakim Masih Punya Hati Nurani dan Keberanian!

"Itu cuma isu. Saya kira hubungannya baik, namanya politik ya wajar kalau diisukan apa saja," tukasnya.

Ganjar Dikesankan Tak Disukai

Terkait isu perpecahan di internal PDIP, Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menilai secara internal PDIP, Ganjar dikesankan tidak disukai.

Sementara banyak kekuatan eksternal yang ingin Ganjar Pranowo itu maju menjadi capres.

Jadi kalau memang susah, Ganjar jalan satu-satunya dibantu Jokowi. Kalau lobi-lobi gagal, ya kudeta, diacak-acak Ganjar lewat Jokowi atau dibantu kekuasaan yang lebih besar untuk mengacak-acak PDIP, katanya.

Uchok menambahkan, saat ini memang Ganjar sulit didorong dalam pilpres oleh PDIP.

Terlebih pengaruh Jokowi di PDIP juga tidak cukup kuat, sehingga lobi-lobi internal masih cukup sulit.

Namun ada potensi, Ganjar maju Pilpres asal Jokowi dapat mengkudeta kursi Ketum PDIP yang masih dipegang Megawati Soekarnoputri sejak 1999.

Uchok menambahkan, lemahnya posisi Jokowi dan Ganjar dalam internal PDIP disebabkan keduanya bukan kader yang loyal.

Hal ini yang membuat pengaruh Jokowi dan Ganjar secara internal lemah.

Ganjar dicurigai tidak berkomitmen ke PDIP. Artinya watak Ganjar dan Jokowi sama. Jadi sangat sulit milih Ganjar, kecuali keduanya mengkudeta, pungkasnya.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU