Optika.id - Kasus Covid-19 varian Omicron subvarian BA4 dan BA5 sudah terdeteksi di Indonesia beberapa waktu lalu. Meski kasus positif Covid-19 maupun pasien meninggal dunia relatif masih rendah, namun adanya Omicron subvarian BA4 dan BA5 ini tentu patut diwaspadai masyarakat.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menuturkan hal ini guna mengantisipasi agar tidak terjadi gelombang Covid-19 seperti yang terjadi di Indonesia pertengahan tahun 2021 silam.
Baca Juga: Peneliti Unair Ini Berhasil Temukan Senyawa Penghambat Kanker
"Varian baru Covid-19 BA.4 dan BA.5 ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan sedikitnya ada delapan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan," terang Laura seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (25/6/2022).
Berikut beberapa poin yang perlu diperhatikan terkait Covid-19 BA.4 dan BA.5
1. Kasus Omicron BA.4 dan BA.5 bergejala ringan
Laura menuturkan, dari kedelapan kasus yang ditemukan di Indonesia tiga di antaranya berasal dari kasus impor. Selain itu, terdapat juga kasus transmisi lokal yang terdeteksi di Bali dan Jakarta.
"Dari delapan kasus tersebut tiga orang yang teridentifikasi merupakan kasus impor dari Mauritius, Amerika Serikat, dan Brazil. Sementara sisanya merupakan kasus transmisi lokal," ungkap Laura.
Menurut Laura, sebagian besar penderita positif Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5 yang terdeteksi di Bali dan Jakarta, merasakan gejala ringan. Sedangkan satu penderita merasakan gejala sedang.
Pada temuan kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini, Laura menyebutkan terdapat dua penderita yang terjangkit BA.4. Selain itu juga ada enam penderita terjangkit BA.5.
"Dari temuan kasus itu, dua penderita dilaporkan terpapar Omicron BA.4. Sementara enam penderita terpapar Omicron BA.5," imbuh Laura.
Mereka sudah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap, booster atau tiga dosis, bahkan ada yang empat dosis.
2. Prokes dan vaksinasi jadi kunci pencegahan
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair ini menegaskan, tindak pencegahan yang dapat dilakukan hingga kini tetap dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi.
Baca Juga: 14 Ribu Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Unair
"Tindakan pencegahan Covid-19 dengan varian apa saja masih sama dengan sebelumnya," imbuh Laura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia menekankan, protokol kesehatan masih menjadi kunci yang penting dan tentunya vaksinasi yang perlu didorong. Terutama untuk vaksin booster yang cakupannya masih rendah di bawah 30 persen.
Antibodi yang terbentuk pascavaksinasi, lanjut Laura, dapat berkurang dengan periode waktu lebih dari 6 bulan.
"Untuk itu, perlu dibangkitkan kembali antibodi untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap kemungkinan varian baru yang muncul," tegas Laura.
3. Lebih ringan dari varian Delta
Pada subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, memiliki gejala yang hampir sama dengan varian sebelumnya sesama Omicron. Namun, lebih ringan dari pada varian Delta.
Pada varian baru tersebut hingga kini kasus mengalami kenaikan namun masih dalam batas yang aman. Sementara kenaikan akibat kemunculan BA.4 atau BA.5 di Indonesia, hingga hari ini ditemukan sebagian besar sudah transmisi lokal.
Baca Juga: Halal Bihalal, Khofifah Ingin Unair Jadi Kampus Top Dunia
Laura menyebut, hingga kini belum ada kematian yang disebabkan oleh virus Omicron BA.4 dan BA.5.
Namun Omicron BA.4 dan BA.5 ini memiliki severitas rendah, dan tidak ditemukan kematian. Di Afrika Selatan sudah mencapai puncak dari BA.4/BA.5. Tinggi puncak kasusnya sekitar 1/3 dari puncak Omicron BA.1.
"CRF cuma 5 per 100.000 kasus positif, dibandingkan dengan CFR pada subvarian sebelumnya yang 1-4 per seratus kasus positif," tandas Laura.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi