Ribuan Warga Muhammadiyah Salat Idul Adha di Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 09 Jul 2022 17:58 WIB

Ribuan Warga Muhammadiyah Salat Idul Adha di Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik

i

idul-Adha-khutbah

Optika.id Warga Muhammadiyah di Indonesia melaksanakan salat Idul Adha pada hari ini, Sabtu (9/7/2022). Ribuan jemaah tampak memadati halaman Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik yang digelar Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Cerme.

Dosen Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Muhajir Lc MA tampil sebagai khotib Idul Adha, Sabtu (9/7/2022).

Baca Juga: 112 Tahun Muhammadiyah dan Harapan Masyarakat

Berkumpulnya jutaan jamaah haji saat wukuf di Padang Arafah dengan pakaian ihram yang sama, serba putih, menjadi simbol bahwa manusia itu sama derajatnya. Sesungguhnya manusia sama derajatnya di hadapan Allah. Yang membedakannya adalah takwa. Semangat persaamaan derajat manusia itu pula yang menjadi salah satu pesan Nabi Muhammad SAW dalam haji wada (perpisahan), ujarnya dalam khutbah yang dibacakan seperti dilansir pwmu.co, Sabtu (9/7/2022).

"Nabi SAW, mengatakan, orang yang paling baik atau mulia di antara kalian ialah yang paling bertakwa kepada Allah. Tidak ada keistimewaan bagi orang Arab atau bangsa yang bukan Arab (ajam), kecuali dengan Takwa," imbuhnya

Ustadz Muhajir kemudian mengupas surat al-Hujurat ayat 13.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Menurut Muhajir, ada tiga hikmah yang bisa dipetik dari ayat tersebut. Pertama, manusia itu satu keturunan dari Adam dan Hawa. Karena itu dia menepis teori-teori penciptaan manusia yang mengatakan manusia bukan dari Adam dan Hawa.

Kedua, prinsip hubungan sesama manusia adalah saling mengenal (litaarafu) karena manusia diciptakan berbeda-beda: bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.

Ketiga, kemuliaaan manusia di sisi Allah didasarkan pada ketawaannya. Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk manusia tapi melihat ketawaannya, ujarnya.

Dia lalu menghubungkan ketakwaan itu dengan Nabi Ibrahim. Muhajir menjelaskan Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah contoh simbol ketaatan hamba pada Tuhannya.

Berbagai ujian telah dialami oleh Ibrahim. Tapi karena ketaatan, keikhlasan, dan ketawaannya itu membuatnya lulus dalam ujian, termasuk saat harus mendapat perintah berat untuk menyembelih anak yang disayanginya. Itulah sebabny Nabi Ibrahim mendapat gelar khalilullah yakni kekasih Allah.

Di bagian lain khutbahnya, Muhajir menerangkan keteladanan Nabi Ibrahim dalam membina keluarganya

Sementara itu, KH Drs Shodikin MPd, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, tampil sebagai khotib pada salat Idul Adha di tanah lapang Sawogaling, Babat, Lamongan, Sabtu (9/7/2022)

"Dalam sejarahnya, ibadah kurban sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS, yaitu ketika dua putranya: Qobil dan Habil, diperintahkan untuk berkurban. Lalu berkurbanlah keduanya. Dan Allah SWT menerima salah satunya yaitu kurban dari Habil karena dilakukan dengan hati yang ikhlash semata-mata karena Allah SWT," tuturnya.

Dia melanjutkan, pada zaman Nabi Ibrahim AS, ibadah kurban juga disyariatkan sebagaimana disebutkan dalam al-Quran surat ash-Shaffat ayat 100-108 yang artinya Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh, maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.

Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah adalah Pilar Kemajuan Bangsa dan Kemanusiaan

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya) .Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.

Shodikin melanjutkan, pada kerasulan Nabi Muhammad SAW, Allah memperjelas syariat kurban ini di dalam al-Quran surat al-Kautsar yang artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang bayak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.

Dia menambahkan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA: Barang siapa yang mempunyai keluasan rezeki dan tidak berkurban, maka jangan pernah mendekati tempat shalat kami (HR Ibnu Majah).

Shodikin mengatakan, hadits ini menegaskan, kurban itu bukan sekali seumur hidup, tetapi setiap tahun sepanjang kita memiliki kelapangan rezeki.

Sunnah muakkadah kifayah hukumnya. Artinya sunnah yang sangat dianjurkan dan keterwakilan dari ahlul bait (keluarga besar) kita," tegasnya.

Dia mengatakan bagi orang yang sepanjang hidupnya miskin (tidak mampu), janganlah khawatir karena Rasulullah SAW telah menyebutkan kurban beliau juga untuk keluarga besarnya, umatnya, dan untuk orang yang tidak mampu berkurban sepanjang hidupnya.

Hal itu terungkap saat beliau berdoa: Dengan menyebut nama Allah, Allah yang Maha Besar, ya Allah ini kurban dariku dan orang yang tidak pernah berkurban dari umatku. (HR Abu Dawud dan Thirmidzi)

Baca Juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah

Menurut Shodikin, kurban adalah ibadah yang menyeimbangkan kita agar secara pribadi memiliki keshalehan kepada Sang Maha Pencipta. Dan secara sosial kita memiliki kebaikan cheeped sesama, shaleh vertikal dan sholeh horisontal. Dia lalu menguti al-Quran surat al-Hajj ayat 36

. lalu, apabila telah rebah (mati), makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta. Demikianlah Kami telah menundukkannya (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur (al-Hajj: 36)

Dia menerangkan, yang diterima oleh Allah SWT bukan fisik dari binatang termasuk yang kita sembelih untuk berkurban. Tetapi ketakwaan kita, yang dengan ketakwaan itu, menumbuhkan rasa ihlas untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki untuk mendekatkan diri kipada Allah SWT. Sedangkan daging dari binatang itu untuk ibadah social kepada sesama. Shodikin lalu melengkapinya dengan surat al-Hajj : 37 Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.

Semangat untuk berkurban, semangat untuk memberi, dan rasa peduli kepada sesama, inilah nilai-nilai yang harus kita junjung tinggi dan kita sebarluaskan untuk izzul Islam wal muslimin dan islam yang rahmatan lilalamin, tutupnya.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU