Optika.id - Perkembangan karakter anak selalu dibayangi dengan tindakan bullying yang menjadi ancaman terbesar. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman, justru sangat potensial terjadi bullying.
Bahkan, saat ini banyak dari orang tua yang lepas kendali serta abai pada anaknya yang menjadi korban bullying.
Ironisnya, jika perundungan tidak segera berakhir hal itu dapat berdampak panjang terhadap kesehatan mental anak hingga ia dewasa.
Baca Juga: Bullying Terjadi Lagi, FSGI: Sekolah Tak Boleh Cuci Tangan dan Main Aman
Sebuah studi yang diterbitkan "The Lancet Psychiatry" melaporkan dampak perundungan yang dilakukan oleh teman sebaya. Bullying yang dilakukan oleh teman ternyata memiliki efek lebih buruk terhadap kesehatan mental anak, jika dibandingkan dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa.
Profesor Psikologi, Diere Wolke dalam tulisan tersebut menjelaskan jika anak yang menjadi korban bullying mengalami tingkat kecemasan, depresi, serta kecenderungan untuk bunuh diri lebih tinggi. Hal tersebut juga harus menjadi perhatian khusus.
"Mereka bisa melukai diri sendiri, dengan meminum racun, menyayat nadi, dan upaya bunuh diri lainnya. Perundungan dapat memiliki konsekuensi fisik dan mental yang serius dan pada akhirnya menyebabkan kematian dini," ujar Wolke, seperti dikutip dari Healthline, Minggu (24/7/2022).
Anak-anak yang mendapat tindakan bullying menyebabkan anak tumbuh dengan rasa tidak percaya diri dan memiliki hubungan sosial yang buruk. Korban perundungan nantinya juga bakal sulit mempertahankan pekerjaan karena tidak dapat menjalani komunikasi yang baik dengan rekan dan tim.
Wolke juga menjumpai beberapa kasus yang menunjukkan anak menghadapi tindakan bullying memiliki konsentrasi dan fokus yang buruk akibat kecemasan berlebihan. Hal ini menyebabkan dirinya tidak banyak memahami pelajaran dan berdampak pada nilai akademik yang buruk.
Melihat rangkaian dampak yang signifikan pada korban tersebut, Wolke berharap jika setiap negara memperluas cakupan perlindungan anak. Ini tidak hanya menyangkut soal penganiayaan dan penelantaran, akan tetapi juga soal perlindungan dari kekerasan serta perundungan yang dilakukan oleh teman sebaya.
Baca Juga: Mencegah Anak Bunuh Diri
Oleh sebab itu, peran sekolah dan orang tua dalam menghentikan bullying sangat diperlukan. Dalam hal ini Wolke juga menyayangkan banyak sekolah yang enggan melapor apa yang terjadi pada siswa kepada orang tuanya dengan pertimbangan dan berbagai alasan. Terutama jika sekolah menganggap wajar anak-anak saling mengejek, mengganggu, bahkan melakukan kekerasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Ditindas bukan kejadian yang tidak berbahaya atau tidak bisa dihindari dari proses tumbuh dewasa. Ditindas memiliki konsekuensi jangka panjang yang serius," tegas Wolke sembari menjelaskan jika banyak anak cenderung menyembunyikan dari orang tua bahwa ia telah menjadi korban perundungan.
Dikutip dari laman UNICEF, hal ini karena di sekolah anak tidak mendapat bantuan dari teman dan guru, sehingga ia merasa terabaikan, tidak ada yang peduli padanya, dan merasa tidak memiliki tempat berlindung.
Maka dari itu, setiap orang tua harus memperhatikan perubahan yang terjadi pada anak ketika ia sampai di rumah. Orang tua juga harus memahami bahwa perundungan tidak hanya bertanda pada fisik saja seperti memar, atau tas dan buku yang rusak, namun bisa pula berupa kata-kata yang menyakitkan.
Baca Juga: Guru Dituntut Kuasai Teknologi Pedagogi
Umumnya, ketika anak menjadi korban bullying ia akan mudah marah, lebih banyak menyendiri di kamar. Selain itu, jika anak menunjukan sikap tidak semangat bahkan mengatakan tidak ingin bersekolah, ini dapat menjadi alarm bagi orang tua.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi