Berbagai Tradisi di Jatim Rayakan Tahun Baru Islam 1444 H

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Minggu, 31 Jul 2022 07:14 WIB

Berbagai Tradisi di Jatim Rayakan Tahun Baru Islam 1444 H

i

040340000_1659161006-tolak_bala

Optika.id - Berbagai tradisi digelar untuk merayakan 1 Muharam atau tahun baru Islam 1444 Hijriah di beberapa daerah di Jawa Timur. Semua perayaan bertujuan sebagai ucapan syukur dan harapan kepada Allah SWT. Berikut rangkuman Optika.id, beberapa tradisi yang digelar, Minggu (31/7/2022):

Barikan, Kabupaten Kediri

Baca Juga: Meriahkan Pergantian Tahun Baru 1444 H, Lamongan Kembali Adakan Pawai Ta'aruf

Puluhan orang warga Kabupaten Kediri menggelar tradisi Barikan. Barikan adalah tradisi berdoa dan menggelar makan tumpeng bersama di awal Bulan Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharam.

Tradisi Barikan oleh Warga Desa Sumbercangkring Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri ini digelar di tanah yang dipercaya menjadi cikal bakal desa itu.

Sejak 1 Muharam 1325 hijriah atau 1907 Masehi, tradisi ini sekaligus menjadi upaya warga untuk membangkitkan kembali sejarah masa lampau untuk terus dilestarikan berupa arak-arakan tumpeng lengkap oleh warga dan puluhan santri Pondok Pesantren Pari Ulu.

Usai mengarak 70 tumpeng keliling desa, tumpeng yang terdiri dari buah dan ayam ingkung milik warga ini dikirab di sepanjang jalan desa. Warga lantas mengikuti doa bersama di tanah yang konon dipercaya jadi cikal bakal Desa Sumbercangkring lalu menyantapnya bersama-sama.

Jamas 97 Pusaka, Kabupaten Mojokerto

Jamas (mensucikan) 97 pusaka menjadi bagian Ruwat Agung Nuswantoro yang menjadi agenda Pemkab Mojokerto setiap malam satu suro yang bertepatan dengan malam tahun baru hijriah. Kali ini, tradisi tersebut digelar di Pendopo Graha Maja Tama Kantor Bupati Mojokerto di Jalan A Yani pada Jumat (29/7/2022) malam.

Total 97 keris, tombak dan pedang pusaka yang dijamas di Pringgitan pada malam satu suro. Puluhan pusaka itu mayoritas dari Mataram abad 17 dan 18 masehi.

"Menjamas pusaka adalah ritual membersihkan pusaka yang memiliki makna agar kita dapat membersihkan diri dengan cara merawat warisan para leluhur. Salah satunya berupa pusaka yang banyak mengandung makna filosofi, falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan. Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun," kata Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Jumat (29/7/2022).

Grebeg Suro dan Larung Saji Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo 

Baca Juga: Khofifah Maknai Tahun Baru Islam 1444 H: Momen Hijrah dari Keterpurukan Pandemi Covid-19

Saat malam satu Suro, ribuan warga tumplek blek menggelar acara larung sesaji di Telaga Ngebel. Warga melarung kepala kambing kendit. Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Di tiap masjid juga ada pengajian, selamatan," terang Hartono warga setempat, Sabtu (30/7/2022).

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menambahkan kegiatan ini serangkaian dari Grebeg Suro 2022, sebagai generasi penerus yang diberi amanah masyarakat Ponorogo untuk menanggalkan ego dan gengsi.

Oncor-oncoran, Kabupaten Banyuwangi

Momentum Tahun Baru Islam yang jatuh pada 30 Juli 2022 disambut meriah oleh warga Banyuwangi, Jawa Timur. Salah satunya lewat tradisi Oncor-oncoran alias berkeliling kampung dengan mengarak obor.

Baca Juga: Alas Purwo Buka 24 Jam Saat Malam 1 Suro, Untuk Apa?

Pawai ini diawali doa bersama di masjid seusai salat Magrib. Tak kurang dari seribu orang yang memadati halaman masjid hingga meluber ke jalan raya. Mereka membawa oncor yang beraneka bentuk. Di sepanjang jalan, peserta kirab mengumandangkan istigfar, tahmid dan salawat.

Ketika sampai di sudut-sudut kampung, dikumandangkan azan dan iqamah. Hal ini sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT untuk menjauhkan marabahaya dan musibah dari kampung tersebut.

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU