'Sura ing Baya', Kejuangan dan Kepahlawanan serta Wani adalah Jiwa Surabaya

author Seno

- Pewarta

Sabtu, 20 Agu 2022 20:32 WIB

'Sura ing Baya', Kejuangan dan Kepahlawanan serta Wani adalah Jiwa Surabaya

i

IMG-20220820-WA0011

[caption id="attachment_34017" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Nanang Purwono[/caption]

Optika.id - Menggelorakan semangat Kejuangan dan Kepahlawanan bagi segenap warga dan aparat Surabaya tidak boleh padam. Apalagi kota ini menyandang status sebagai kota Pahlawan. Adalah dosa besar jika warga dan aparatnya lalai dan melupakan sejarah kejuangan dan kepahlawanan yang telah diukir oleh para pendahulu. Pesan Bunga Karno, Jas Merah, jangan sekali sekali melupakan sejarah.

Baca Juga: Peringatan 100 Tahun Perjalanan HP Berlage ke Surabaya

Sebenarnya, semangat kejuangan dan kepahlawanan itu sudah menjadi jiwa dan ruh rakyat Surabaya dari jaman ke jaman. Semangat itu tidak hanya muncul ketika para pendahulu dan arek arek Suroboyo rela berkorban Merdeka atau Mati pada pecah perang kemerdekaan pada November 1945. Semangat dwi tunggal: kejuangan dan kepahlawanan ini telah terpatri mulai awal tersebutnya nama Surabaya.

Nama Surabaya tersebut dengan jelas pada prasasti kuno yang dikeluarkan oleh Raja Hayam Wuruk (Majapahit) pada 1358 M. Yaitu prasasti Canggu. Disana tersebut i Curabhaya. Sekarang menjadi Surabaya.

i Curabhaya adalah nama sebuah desa kecil di pinggiran sungai, yang lokasinya berada di utara i Bkul atau Bungkul. Diduga i Curabhaya berada di kawasan Pandean-Pinilih.

Curabhaya adalah tempat dimana para jawara, orang pemberani, orang kuat bertempat tinggal (Eerwerd Eenstad Geboren, GH Von Faber). Mereka patuh dan setia pada raja atau pimpinan, Raja Kertanegara (Singasari).

Disadari atau tidak, gen-gen pemberani inilah yang secara cultural dan natural diwarisi oleh generasi selanjutnya.

Perang Surabaya melawan Mataram (1620-1625), perang Trunojoyo (Surabaya) melawan VOC (1677), hingga perang Surabaya melawan Sekutu (1945) adalah aktualisasi dan ekspresi natural dan kultural mereka, orang orang Surabaya.

Sebuah sesanti yang berbunyi Sura ing Baya adalah aktualisasi ruh dan semangat arek arek Surabaya. Dalam istilah kekinian, Sura ing Baya adalah Wani. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perubahan pun terjadi, maka dalam istilah kekinian Sura ing Baya, yang artinya berani menghadapi bahaya, berubah dengan istilah Wani. Wani tidak hanya menjadi jargon holigan klub kesayangan sepak bola Surabaya, Persebaya. Tetapi, jargon ini juga sudah mulai digunakan di lingkungan pemerintah kota Surabaya dalam beberapa kesempatan dan acara. Misalnya Surabaya Wani. Tidak salah.

Baca Juga: Menyongsong Hadirnya Badan Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Kota Surabaya

[caption id="attachment_37140" align="aligncenter" width="560"] Perjuangan arek-arek Suroboyo mengusir penjajah.[/caption]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam ilmu sosio-linguistik, kosa kata wani yang sebenarnya bersifat egaliter (tidak formal) dan pada awalnya lebih digunakan untuk menggambarkan semangat para holigan Persebaya dalam mendukung tim kesayangannya dalam berlaga di lapangan rumput, maka jika ekspreai semangat itu digunakan untuk pemakaian yang bersifat formal, akan lebih bagus, bijak dan santun bila menggunakan Sura ing Baya.

Sesanti Sura ing Baya, yang elok ini, patut disematkan kembali pada LAMBANG KOTA SURABAYA sebagai formalitas, seperti sesanti Bhineka Tunggal Eka pada lambang negara Indonesia, Jaya ing Baya pada lambang kota Kediri, Malang Kucecwara pada lambang kota Malang.

Bahwa sebagai upaya pemajuan nilai Sura ing Baya yang berarti berani menghadapi bahaya, lantas digunakan kata Wani, ini tidak masalah. Ada pilihan kata untuk yang bersifat egaliter untuk menggambarkan situasi yang kurang formal. Tapi untuk menggambarkan situasi dan hal hal yang resmi, maka akan lebih bagus bila menggunakan Sura ing Baya.

Menggembalikan sesanti Sura ing Baya pada lambang kota adalah bagian dalam merawat sejarah kota surabaya. Sesanti Sura ing Baya sudah menjadi dasar semangat Surabaya dari masa ke masa. Tidak hanya di masa masa klasik, kolonial hingga kemerdekaan, tapi sesanti ini tetap bisa aktual dan cocok dalam menjiwai generasi sekarang dan mendatang dalam proses pembangunan kota.

Baca Juga: Badan Pengelola Cagar Budaya Masuk Perda Cagar Budaya Kota Surabaya

Di dalam semangat Sura ing Baya terkandung nilai nilai kejuangan dan kepahlawanan. Sura ing Baya, dan Kejuangan-Kepahlawanan adalah Wani.

Penulis: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU