Optika.id - Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 48 Tahun 2022, seleksi masuk PTN seperti SBMPTN ini disebut sebagai seleksi nasional berdasarkan tes. Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK SBMPTN) per 1 September 2022 tidak lagi menggunakan Tes Kompetensi Akademik (TKA).
Seleksi nasional berdasarkan tes dilakukan dengan tes terstandar yang mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. Tes ini umum disebut siswa sebagai tes skolastik atau tes potensi skolastik (TPS) seperti di penyelenggaraan SBMPTN tahun ini.
Baca Juga: 14 Ribu Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Unair
Dalam pasal 7 Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022, diatur bahwa PTN dapat menambahkan persyaratan portofolio untuk prodi seni dan olahraga, serta persyaratan lainnya untuk prodi tertentu yang membutuhkan keterampilan spesifik. Tambahan ini diajukan PTN pada Kemendikbudristek.
Lantas, seperti apa gambaran SBMPTN di Universitas Airlangga (Unair) tahun depan tanpa TKA beserta kemungkinan persyaratan tambahannya?
Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih angkat bicara atas seleksi nasional berdasarkan tes dan sejumlah siswa yang bingung dan menyayangkan hilangnya TKA, Minggu (11/9/2022).
Ia menuturkan, prestasi akademik siswa dalam mata pelajaran (mapel) sesuai minat tetap dihargai pada seleksi nasional berdasarkan tes atau SBMPTN di Unair nanti.
"Gambaran kita adalah, kalau ada kawan-kawan ambil (prodi) Farmasi misalnya, kami akan lihat prestasi atau nilai dari yang bersangkutan untuk mata pelajaran Biologi dan Kimia. Itu tetap menjadi dasar yang kami pertimbangkan. Jadi jangan patah arang dan kemudian tidak belajar Biologi, Kimia, karena tetap akan kita pertimbangkan," kata Nasih.
Nasih menuturkan, prestasi di sekolah untuk mata pelajaran atau materi yang relevan dengan pilihan prodi sesuai minat juga dihargai dalam seleksi masuk Unair. Ia mencontohkan seseorang mengambil Kedokteran Unair, tapi ternyata nilai Biologi di sekolahnya hanya 50 itu menjadi pertimbangan. Sebab nilai Biologi di sekolah sebagai mapel pilihan utama minat mereka adalah minimal 80.
Pertimbangan Memilih Prodi dan Peluang Lintas Jurusan
Nasih menuturkan, pertimbangan memilih prodi dan lintas jurusan juga harus mempertimbangkan konsekuensi drop out (dikeluarkan dari kampus/DO). Ia mengatakan, peluang lintas jurusan pada dasarnya ada bagi siswa yang sekolahnya masih menerapkan penjurusan. Namun, peluang ini kecil karena siswa tersebut cenderung tidak memiliki nilai mapel pendukung prodi yang ia minati.
"Misalkan semua (peserta seleksi) boleh (bebas memilih prodi) asal bisa mengikuti, perlu diperhatikan peluang DO-nya. Jangan lupa, ketika nanti kuliah, itu diperlukan bekal di awal yang cukup untuk prodi-prodi sesuai dengan spesifikasi prodinya. Jangan sampai begini: nanti misalkan anak IPS daftar FK (Fakultas Kedokteran), mata kuliah yang harus ditempuh di awal Biokimia, misalnya. Biokimia ini misal dapat nilainya 30-40, bagaimana melanjutkan kuliah? DO akhirnya," kata Nasih.
Jangan DO
Ia menuturkan seorang mahasiswa yang DO tidak hanya berdampak pada diri sendiri dan kampus, namun juga sekolah asal.
Baca Juga: Halal Bihalal, Khofifah Ingin Unair Jadi Kampus Top Dunia
"Konsekuensinya kalau DO dan seterusnya itu akan mengurangi indeks sekolah. Kalau turun, maka peluang untuk di beberapa jalur SNMPTN, atau jalur prestasi, itu akan menurun juga bagi sekolah. Karena itu, kawan-kawan harus pertimbangkan dampaknya bagi adik-adik kelas itu dengan berusaha menjadi mahasiswa berprestasi di mana pun berada, karena itu akan menentukan indeks kualitas sekolah bersangkutan. Dampaknya adalah kepada pendaftar tahun-tahun berikutnya," terang Nasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Kalau (dampak ke kampus) sendiri jelas ya, (kuota di prodi seharusnya) bisa diisi yang lain yang lebih sesuai, itu (jadi) menghilangkan hak orang lain. Menurut saya nggak bagus, ya. Itu harus menjadi pertimbangan utama kalau sampai lolos (seleksi masuk)," sambungnya.
Peluang Siswa SMK
Nasih menuturkan, pada penyaringan awal di SBMPTN ke depan, kampus bisa menetapkan bahwa harus ada mata pelajaran relevan untuk pilihan program studi tertentu. Hal ini berpotensi tidak memungkinkan peserta lintas jurusan terlalu jauh.
"Tidak memungkinkan untuk lintas (jurusan) yang terlalu ekstrem, tetapi mungkin sifatnya enggak sangat ketat ya, agak longgar. Misalnya mereka punya (latar belajar belajar) Fisika, Kimia, lalu ambil (prodi) yang berkaitan dengan itu, kita berikan kesempatan," terang Nasih.
Karena itu, sambungnya, siswa SMK dengan latar linear juga masih mungkin untuk memilih prodi sesuai minat.
"SMK itu di beberapa tempat masih liner, (SMK) Kefarmasian lanjut Farmasi, (di sekolah) diajari Kimia, Biologi. Termasuk (memilih prodi) Kedokteran pun masih mungkin karena bekal dan modalnya ada, tetapi enggak SMK ekonomi ya, sulit," ucap Nasih.
Baca Juga: Berikut Keketatan dan Daya Tampung Prodi Soshum UNAIR
"Jadi ada saringan awal, persyaratan awal, yakni (materi pelajaran) yang mereka ambil di SLTA itu sebagai penyaring untuk kelanjutan ke depan," sambungnya.
Ia mengatakan, gambaran syarat SBMPTN di Unair ke depan ini juga berlaku bagi siswa yang sekolahnya tidak menerapkan penjurusan IPA dan IPS lagi.
"Sehingga diharapkan fokus belajar sesuai minat," tegasnya.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi