Tragedi Kanjuruhan: Tak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa!

author Seno

- Pewarta

Minggu, 02 Okt 2022 15:23 WIB

Tragedi Kanjuruhan: Tak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa!

i

IMG-20221002-WA0009

Optika.id - Miris! 127 orang dikabarkan menjadi korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pasca laga Arema FC vs Persebaya yang berakhir kekalahan tipis 2-3 bagi tim berjuluk Singo Edan. Tetapi seperti kata pepatah: Tidak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa!

Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta mengungkapkan sebanyak 127 orang tewas terdiri dari suporter Arema FC dan dua anggota polisi. Sementara 180 orang lainnya kini dalam perawatan di rumah sakit. Nico mengatakan yang meninggal di dalam stadion ada 34 orang. Sementara korban yang lain meninggal di rumah sakit pada saat proses pertolongan.

Baca Juga: Duel Tim Papan Bawah, Persikabo Akan Jamu Persebaya Surabaya Besok!

"Yang meninggal di dalam stadion ada 34 kemudian yang lain-lain di rumah sakit pada saat proses penolongan," kata Nico di Mapolres Malang, seperti dilansir dari detikJatim, Minggu (2/10/2022).

Nico juga mengungkapkan penyebab para korban meninggal dunia. Menurutnya, tragedi maut itu terjadi karena penumpukan massa.

"Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen," katanya.

Nico menambahkan untuk 180 orang yang menjadi korban luka kini telah dilakukan perawatan. Mereka kini telah dievakuasi di beberapa rumah sakit.

"Oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," tukasnya.

Minta Liga 1 Dibubarkan 

Trending topic di linimasa Twitter pun dipenuhi mayoritas bahasan mengenai tragedi ini. Dari Arema, suporter, FIFA, Kanjuruhan, PSSI sampai polisi. Tentu semua sangat sedih dan menyayangkan tragedi besar ini.

"Bubarkan liga 1, tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia, rip malang turut berduka cita dri kmi Bonek mania," tulis seorang suporter di linimasa.

"Tragedi di kanjuruhan arema vs persebaya , liga indonesia lebih dari 100 orang meninggal dunia,semurah itu kah nyawa hanya untuk sepakbola, lebih baik bubarkan sepakbola indonesia. semoga FIFA menghukum berat bola indonesia," sebut yang lain.

"Jika menonton sepakbola taruhannya Nyawa , Udah lah bubarkan saja sepak bola di indonesia. Dari tahun ke tahun selalu ada kejadian seperti ini. RIP SEPAK BOLA INDONESIA," tulis komentar berikutnya.

"Bekukan tidak apa, atau jika perlu, bubarkan saja. lebih baik hidup tanpa sepakbola jika harus dibayar nyawa," cetus yang lain.

"Minim prestasi, berat di anggaran, murah di nyawa. Bubarkan sepakbola Indonesia," usul warganet berikutnya.

Diketahui, kericuhan bermula saat para suporter Arema menyerbu lapangan usai timnya kalah melawan Persebaya. Banyaknya suporter yang menyerbu lapangan direspons polisi dengan menghalau dan menembakkan gas air mata.

Gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun. Tembakan gas air mata tersebut membuat para suporter panik, berlarian, dan terinjak-injak.

Alasan Penggunaan Gas Air Mata

Polisi mengungkapkan alasan penggunaan gas air mata di Kanjuruhan.

Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyebut suporter Arema FC merasa kecewa karena timnya kalah. Untuk melampiaskan kekecewaannya itu, suporter turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan official Arema FC.

"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).

"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," tambahnya.

Setelah polisi menembakkan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion. Saat itulah terjadi penumpukan suporter hingga kekurangan oksigen.

Baca Juga: Persebaya Kembali Menelan Kekalahan di Kandang Sendiri!

Tak Boleh Pakai Gas Air Mata 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations, penggunaan gas air mata sebenarnya dilarang. Pada pasal 19 b) tertulis, 'No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used' atau bisa diartikan 'senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan. Yang berarti dilarang menggunakan gas air mata di dalam stadion!

Pernyataan Arema FC

Manajemen Arema FC sudah membuat pernyataan terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan. Mereka meminta maaf dan siap ikut tanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi.

"Arema FC menyampaikan duka mendalam atas musibah di Kanjuruhan. Manajemen Arema FC turut bertanggung jawab untuk penanganan korban baik yang telah meninggal dunia dan yang luka-luka," ungkap Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris.

"Manajemen juga akan membentuk crisis center atau posko informasi yang menghimpun dan menerima laporan untuk penanganan korban yang dirawat di rumah sakit," tambahnya.

"Kepada keluarga korban, manajemen Arema FC memohon maaf sebesar-besarnya serta siap memberikan santunan. Manajemen siap menerima saran masukan dalam penanganan pascamusibah agar banyak yang diselamatkan," tukasnya.

Tragedi Terbesar Kedua

Angka 127 korban jiwa sudah menempatkan tragedi di Kanjuruhan menempati urutan kedua dalam sejarah sepakbola dunia.

[caption id="attachment_42505" align="aligncenter" width="962"] Tragedi berdarah sepak bola internasional.[/caption]

Dikutip dari Priceonomics, kasus terbesar ada di Peru pada 24 Mei 1964. Estadion Nacional pada saat itu menggelar babak kualifikasi kedua Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina.

Baca Juga: Persebaya Targetkan Raih Tujuh Poin dalam Tiga Laga Mendatang

Laga berlangsung rusuh usai wasit menganulir gol dari Timnas Peru. Seorang suporter kemudian masuk ke stadion dan memukul wasit, yang kemudian polisi secara brutal menghajar pria itu.

Kerumunan suporter pun kemudian tak terhindarkan. Perkelahian membesar dan berujung 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih banyak.

Sebelum tragedi Kanjuruhan pecah, kejadian di Afrika adalah yang memakan korban jiwa terbanyak kedua. Insiden itu terjadi di Stadion Accra Sports, Kinbu Road, Accra, Ghana, pada 9 Mei 2001.

Para penonton berada di Accra pada malam itu untuk menonton pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama klub dari Accra, Asante Kotoko. Tim tamu unggul 1-0 mendekati akhir pertandingan, namun tuan rumah mencetak dua gol untuk berbalik unggul pada laga tersebut.

Memasuki lima menit terakhir, para pendukung Asante Kotoko yang frustrasi mulai menjebol kursi dari tribune dan langsung melemparkannya ke lapangan. Polisi menanggapi aksi ini dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan yang menyebabkan kepanikan.

Tragedi diperparah oleh fakta bahwa gerbang stadion terkunci sehingga mengakibatkan orang-orang tidak bisa keluar stadion. Akibat insiden tersebut, 126 orang meninggal karena kekurangan oksigen.

Kasus tersebut membuat enam polisi didakwa atas pembunuhan. Pemerintah Ghana kemudian memberikan beasiswa khusus untuk anak-anak dari para korban.

Di belakang tragedi Accra ada kejadian memilukan di Hillsborough. 95 orang meninggal pada kejadian dalam laga Liverpool vs Nottingham Forest. Seorang lagi meninggal setelah mendapatkan perawatan sehingga menambah jumlah korban menjadi 96 orang.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU