Teknologi Pencegah Banjir di Sejumlah Negara, Bisa Cegah Banjir Hingga 1 Kali dalam 4000 Tahun

author Jenik Mauliddina

- Pewarta

Sabtu, 08 Okt 2022 21:13 WIB

Teknologi Pencegah Banjir di Sejumlah Negara, Bisa Cegah Banjir Hingga 1 Kali dalam 4000 Tahun

i

ee1b2afb-6ba9-43ba-9ae3-4fe662d91cf6

Optika.id - Banjir hingga kini, banjir Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia selalu jadi masalah tahunan. Pemerintah terus mengupayakan jalan keluar untuk permasalahan tersebut. Di sejumlah negara, banjir berada di urutan teratas bencana alam dengan tingkat kerusakan tinggi.

Berikut ini adalah deretan teknologi penanggulangan banjir di berbagai negara seperti dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (8/10/2022):

Baca Juga: Kronologi Kekacauan di Surabaya Barat: Banjir Melanda, Lalu Lintas Terhambat, dan Kendaraan Mogok Menumpuk

1. Delta Plan

Letak Belanda yang lebih rendah dari permukaan air laut membuatnya rentan dilanda banjir. Karenanya, pemerintah Belanda membangun mega proyek pengendalian banjir yang disebut Delta Plan atau Delta Works.

Dibangun setelah terjadinya banjir laut utara pada 1953, Delta Plan menutup laut Zuiderzee dengan tanggul sepanjang 30 km. Penutupan laut tersebut merupakan proyek terbesar yang pernah dilakukan di bidang pengeringan laut yang digunakan sebagai tanah pertanian dan peternakan.

Cara yang digunakan untuk membendung laut adalah dengan memakai kotak-kotak raksasa dari besi beton yang diturunkan ke dalam air laut. Proyek yang selesai tahun 1997 ini mengurangi risiko banjir menjadi 1 kali dalam 4.000 tahun. Karena keberhasilan ini, Delta Plan disebut-sebut sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia modern.

2. Gorong-gorong Raksasa

Untuk melindungi kota Tokyo dari banjir yang kerap melanda, pemerintah Jepang membangun tangki-tangki berukuran raksasa yang tersembunyi 22 meter di bawah tanah.

Tangki bawah tanah ini terhubung dengan terowongan-terowongan yang akan mengalirkan air dari permukaan tanah dan ditampung ke bawah tanah. Saluran itu menyedot air dari sungai yang berukuran lebih kecil dan sedang di Tokyo utara dan memindahkannya ke sungai Edo yang bisa menangani volume air lebih besar.

Ketika salah satu sungai meluap, air akan jatuh ke satu dari lima tangki silindris setinggi 70 meter yang tersebar di sepanjang saluran ini. Sebagai gambaran seberapa besar tangkinya, masing-masing tangki cukup untuk menampung pesawat luar angkasa atau patung Liberty!

3. Pembelah Lautan

Di balik kecantikan Venesia di Italia, kota ini jadi langganan banjir sejak berabad lalu. Banjir itu disebabkan oleh air pasang dari laut Adriatik. Untuk mengatasinya, pemerintah memasang semacam teknologi yang membelah lautan.

Ya, seperti kisah Nabi Musa yang membelah Laut Merah, teknologi ini dinamakan MOSE yang merupakan singkatan dari MOdulo Sperimentale Elettromeccanico.

Proyek ini adalah sistem terintegrasi yang terdiri dari barisan gerbang yang dipasang di ceruk Lido, Malamocco, dan Chioggia yang mampu mengisolasi wilayah Venesia dan laguna dari terjangan gelombang laut Adriatik selama terjadi gelombang tinggi.

4. Dinding Anti Banjir

Untuk mengatasi wilayahnya yang sering terkena banjir dari luapan sungai Danube, pemerintah kota Grein, Austria memasang dinding anti banjir. Uniknya, dinding dengan tinggi mencapai 3,6 meter ini bisa dipindah-pindah sehingga bisa dilepas ketika banjir usai.

5. Bendungan

Selain digunakan untuk keperluan pengairan dan pertanian, bendungan atau waduk dan tempat penampungan air lainnya digunakan untuk mengurangi debit air yang melintas lewat sungai, apalagi jika bendungan tersebut dibangun dengan kapasitas untuk menanggulangi air berlebih saat musim hujan.

Setidaknya, bendungan bisa sedikit menghambat banjir. Teknologi ini sudah sukses diterapkan oleh bendungan Mount Morris dan Seven Oaks di Amerika Serikat.

Dalam kondisi banjir Jakarta, bendungan Katulampa di Bogor, Jawa Barat dijadikan patokan untuk memprediksi limpahan air yang akan datang ke Jakarta. Selain Katulampa, di berbagai daerah di Indonesia saat ini tercatat ada 231 bendungan (data Kementerian PUPR per Mei 2021).

Jumlah bendungan ini masih sedikit untuk menampung potensi air di Indonesia yang cukup tinggi sebesar 2,7 triliun m3/tahun, sehingga pembangunan infrastruktur yang dilakukan Kementerian PUPR salah satunya adalah memperbanyak pembangunan waduk dan bendungan.

6. Terowongan SMART

Baca Juga: Banjir di Bangkalan, DPRD Waspada Penyakit Diare dan Leptospirosis

Di Kuala Lumpur, negeri tetangga kita Malaysia, ada proyek pengendali banjir bernama Terowongan Stormwater Management and Road Tunnel (SMART). Awalnya, terowongan ini hanya untuk mengatasi banjir, namun kemudian berkembang idenya sehingga dijadikan juga sebagai jalan tol bawah tanah pengurai kemacetan bila tidak sedang banjir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan panjang 9,7 km, terowongan SMART menjadi terowongan air terpanjang di Asia Tenggara dan terpanjang kedua di Asia. Terowongan ini bisa menampung 3 juta meter kubik air dan mengalirkannya guna mencegah banjir di pusat kota. Ketika banjir sudah surut, terowongan akan langsung dibersihkan dan bisa dilewati kembali oleh kendaraan.

Pada banjir yang terjadi pada 2013, teknologi ini langsung terkenal karena dinilai efektif mengatasi banjir. Namun di saat yang bersamaan, seperti terlihat pada foto, volume air yang berhasil ditahan dinding ini viral karena terlihat menyeramkan.

7. Tubewall

Teknologi pengendali banjir buatan Swedia ini memanfaatkan tabung dari bahan kain anti bocor yang dapat menggelembung dan saling tersambung.

Meski agak repot karena harus memompa terlebih dahulu, alat ini cukup mudah pemasangannya. Sebagai gambaran, hanya diperlukan waktu 1 jam dan 2 orang untuk memasang instalasi Tubewall sepanjang 60 meter.

Tabung ini pun tidak akan bergeser karena berat air dari banjir akan menekannya ke bawah. Ketika banjir sudah surut, Tubewall tinggal dikempeskan dan dilipat kembali.

8. Penghalang Banjir

Sungai Thames di London, Inggris, punya penghalang banjir yang merupakan terbesar kedua di dunia. Penghalang banjir ini dibangun di hilir pusat kota London dan beroperasi sejak 1982.

Penghalang banjir ini dibangun untuk mencegah banjir dari air laut yang pasang dan kadang meluap ke daratan London dan sekitarnya. Bekerja secara semi otomatis, gerbang akan tertutup dan menghalangi air ketika air pasang datang. Begitu selesai, gerbang air pun dibuka kembali.

9. Tembok Raksasa Lousiana

Baca Juga: Dilanda Banjir, BPBD Pamekasan Tetapkan Status Siaga

Great Wall of Louisiana atau Tembok Raksasa Louisiana diandalkan menjadi penghalau banjir dan gelombang badai di New Orleans, Amerika Serikat. Tembok sepanjang 2,8 km dan tinggi 8 meter ini dibangun setelah badai Katrina yang menghantam New Orleans di 2005.

Tembok yang dibangun di bawah proyek sistem pengurangan risiko bencana badai dan angin topan ini adalah bangunan sipil terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Saking besarnya, tembok ini dilengkapi pelabuhan, terowongan, dan pompa terbesar di dunia dengan kekuatan 5.000 tenaga kuda.

10. Terowongan Air

Proyek Terowongan Nanjung di Curug Jompong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat menjadi sub-sistem pengendalian banjir Sungai Citarum. Terowongan ini digadang-gadang bakal menjadi solusi untuk mengatasi banjir khususnya di wilayah Bandung.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama KSO PT Wijaya Karya dan PT Adhi Karya merampungkan pembangunan Terowongan Nanjung pada Desember 2019, dengan nilai anggaran APBN sebesar Rp316,01 miliar.

Terowongan Nanjung terdiri dari dua tunnel dengan panjang masing-masing 230 meter dan diameter 8 meter. Kedua terowongan disiapkan untuk mengurangi banjir di daerah Baleendah, Dayeuh Kolot, Andir, dan daerah sekitarnya.

Dengan dirampungkannya pengerjaan proyek tersebut, total luas genangan di Kabupaten bandung ditargetkan berkurang dari yang tadinya 3.461 hektare menjadi 2.761 hektare. Keberadaan terowongan juga akan meningkatkan kapasitas sungai Citarum dari 570 meter kubik per detik menjadi 669 meter kubik per detik.

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU