Optika.id - Pada Senin (21/11/2022) lalu telah terjadi gempa di Cianjur dengan kekuatan Magnitudo 5,6. Sejumlah kalangan sempat menduga bahwa Gempa Cianjur ini dipicu oleh pergerakan Sesar Cimandiri.
Sebelumnya, Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sempat menyebut bahwa sesar Cimandiri bertanggung jawab atas terjadinya gempa. Namun, dua pakar geologi dan akademisi, Dicky Muslim dan Dr Ismawan tak sepakat mengenai hal tersebut.
Baca Juga: Gempa dengan Magnitudo 4,2 Guncang Maluku Tenggara Barat
Dicky meragukan gempa itu berasal dari sesar Cimandiri dikarenakan karakteristik gempa susulan atau aftershock yang terjadi hingga ratusan kali.
Kalau dari peta yang dirilis dari badan geologi itu titik gempa atau episenternya itu tidak di sesar Cimandiri, jadi masih diragukan sesar Cimandiri, kata Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (FTG UNPAD), Dicky Muslim, dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (25/11/2022).
Menurut Dicky, kemungkinan sesar penyebab dari gempa ini masih belum pernah diteliti. Sehingga dibutuhkan penelitian terbaru di wilayah kegempaan.
Mungkin masih bagian dari rangkaian Cimandiri, tapi dengan sistem yang agak berbeda, ujarnya.
Kalau dilihat dari karakternya, jarang kami menemukan, bahkan terjadi gempa susulan yang begitu banyak. Harus ada penelitian lagi di wilayah ini, sambungnya.
Dosen FTG UNPAD lainnya, Dr Ismawan juga meragukan bahwa penyebab Gempa Cianjur ini dipicu oleh pergerakan Sesar Cimandiri. Salah satu yang mendukung hipotesis tersebut adalah lokasi episenter gempa yang jauh dari bentangan Sesar Cimandiri.
Yang jelas, saya yakin ini bukan bagian dari Sesar Cimandiri, meskipun arahnya sama, kata Ismawan seperti dirilis kanal resmi UNPAD.
BMKG menyampaikan, sejarah telah mencatat sebanyak 14 kali gempa merusak terjadi di kawasan Cianjur, Sukabumi.
Baca Juga: Komeng Bongkar Cerita Dibalik Foto Nyeleneh di Surat Suara Pemilu 2024
Untuk pertama kalinya, gempa Cianjur, Sukabumi tercatat pada tahun 1844. Sebelum tahun 1844 pernah juga terjadi gempa, tapi tidak tercatat, kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat (25/11/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sesar Cimandiri sendiri merupakan sesar atau patahan geser aktif yang memanjang sekitar 100 kilometer, mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.
Daryono mengatakan bahwa karakteristik gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake dengan kekuatan magnitudo 4 5 bisa merusak secara signifikan.
Karena gempanya rata-rata dangkal ya, bisa kurang dari 10 kilometer, bisa kurang dari 15 kilometer. Itu tidak butuh kekuatan besar misalnya di atas (magnitudo) 7, tapi kekuatan (magnitudo) 4, 5, 6 bisa timbulkan kerusakan yang signifikan, katanya.
Menurutnya, dampak dari gempa M 5,6 di Cianjur sangat merusak diakibatkan karena beberapa hal berikut ini:
Baca Juga: Gempa Guncang Sukabumi!
- Kedalaman gempa yang dangkal
- Struktur bangunan tidak memenuhi standar aman gempa
- Lokasi permukiman berada pada tanah lunak (local site effect-efek tapak) dan perbukitan (efek topografi)
Dosen FTG Unpad, Dr Ismawan juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada mengenai bahaya gempa tektonik. Edukasi dan sosialisasi mengenai kawasan sesar juga perlu diperkuat, terutama bagi masyarakat yang hidup di kawasan patahan, agar mereka semakin sadar akan potensi sesar tersebut.
Meskipun di daerah kita disebutkan jauh dari patahan, kita tidak tahu ternyata ada beberapa retakan yang mungkin kita belum tahu, tegas Ismawan.
Reporter: Leni Setya Wati
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi