[caption id="attachment_34017" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Nanang Purwono[/caption]
Optika.id - Prasasti Canggu, yang juga disebut Prasasti Trowulan I, adalah piagam kerajaan yang dikeluarkan pada masa raja Hayam Wuruk (1350-1359) dari kerajaan Majapahit. Prasasti ini berisi tentang peningkatan status desa-desa penyeberangan di seluruh Mandala Jawa dan aturan-aturan yang ditetapkan berkenaan dengan aktivitas penyeberangan yang dilakukan.
Baca Juga: Peringatan 100 Tahun Perjalanan HP Berlage ke Surabaya
Salah satu dari desa desa penyeberangan (naditira pradeca) ini adalah desa Surabaya, yang tersebut pada lempeng ke 5 a (sisi depan) di baris ke 4, yang berbunyi:
"i bukul, °i surabhaya, muwa? prakarani? naditira pradesa sthanani?-anamba?i,
(....di Bungkul, di Surabaya, semua desa-desa ditepi sungai tempat perahu penyeberangan tambangan.).
Prasasti ini terbuat dari tembaga, bentuknya lempeng persegi panjang dengan ukuran 36.5 x 10,5 cm. Prasasti ini berasal dari dukuh Pelem, desa Temon Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jatim. Prasasti Canggu ditulisi dengan baris kalimat pada dua sisi (depan dan belakang lempeng.
Lempeng ini adalah lempeng ke-5 dari sebuah prasasti, yang berhuruf dan bahasa Jawa Kuna. Ketika pertama kali ditemukan, prasasti ini terdiri dari 5 lempengan, yaitu lempeng 1,3, 5, 9. (E.54 a-d) dan 10 (E.36). Dikutip dari https://sejarahjawaid.wordpress.com/2021/02/18/prasasti-canggu-trowulan-i/ , dituliskan bahwa prasasti ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris E.54.
Prasasti Canggu Penting Bagi Kota Surabaya
Prasasti Canggu adalah prasasti yang dengan jelas menyebut nama desa Surabaya dan lokasi desa Surabaya. Namanya tertulis dalam. bahasa Jawa Kuna (Curabhaya) dan lokasinya berada setelah desa Bungkul (Bukul) sesuai aliran sungai, tepatnya di posisi sungai paling hilir.
Dari hasil penelusuran Begandring Soerabaia, desa Surabaya diduga kuat di Peneleh, Surabaya. Secara geografis, Peneleh berada di sebuah delta Sungai antara Kalimas (Kali Surabaya) dan Pegirian. Apalagi baru baru ini, (2018) diketemukan benda arkeologi berupa Sumur Jobong di kampung Pandean I, kelurahan Peneleh. Dari hasil uji karbon di Australian National University, Canberra, Australia, sumur ini telah ada pada 1430 M.
Sejarawan, budayawan, penulis dan wartawan, GH Von Faber, dalam buku "Er Werd Een Stad Geboren" (1953) menuliskan bahwa "Kota Surabaya", yang bertempat di antara sungai Kalimas dan Pegirian, telah dibuka pada 1275 M oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari.
Sementara Prasasti Canggu sendiri, yang ditulis oleh Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit pada 1358 M, menggambarkan kondisi dan lokasi desa yang tidak berbeda dari deskripsi GH von Faber dan gambaran ini dikuatkan dengan temuan arkeologi berupa sumur Jobong di Peneleh.
Ditambah lagi dengan catatan Mahuan (1433), juru tulis Laksamana Cheng Ho, yang menuliskan bahwa letak Surabaya berada di hilir sungai sebelum ekspedisi mereka sampai di pelabuhan Canggu setelah berperahu sejauh 80 li dari Surabaya ke Canggu.
[caption id="attachment_48615" align="aligncenter" width="472"] Sumber sejarah dari China.[/caption]
Dikutip dari YING-YAI SHENG-LAN, "The Overal Survey of the Ocean's Shores", yang ditulis Mahuan pada 1433 dan diterjemahkan oleh J. V. G. Mills, Cambridge (1970):
" and Tu-pan (Tuban) to the north-east
corner of Java, and then south-east-by-south past Chi-li-shih (Gresik) then to Su-lu-ma-i (Surabaja), where the FLEET stopped for about four months, between March and July.
From Surabaja Cheng Ho went by BOAT up the Kali Mas as far as Chang-ku
(Canggu), whence he travelled by land to Man-che-po-i (Majapahit)".
(... dan dari Tu-pan (Tuban) ke timur laut
Baca Juga: Menyongsong Hadirnya Badan Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Kota Surabaya
sudut Jawa, lalu tenggara-ke-selatan melewati Chi-li-shih (Gresik) lalu ke Su-lu-ma-i (Surabaya), tempat dimana armada berhenti selama sekitar empat bulan, antara bulan Maret dan Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari Surabaya Cheng Ho naik perahu menyusuri Kali Mas sampai ke Chang-ku (Canggu), dan dari sana ia melakukan perjalanan darat ke Man-che-po-i (Majapahit).
Sayang, hingga saat ini belum ada kajian terhadap desa Surabaya sebagaimana disebutkan dalam sumber sumber sejarah tersebut: a. Prasasti Canggu (1358), b. Catatan Ma huan (1433), c. Sumur Jobong (1430) dan d. Literatur Er Werd Een Stad Geboren (1953).
Curabhaya menurut Prasasti Canggu (1358 M) adalah sebuah desa kecil di tepian sungai. Surabaya (sekarang) adalah kota besar dengan luas sekitar 335 km persegi.
Melihat perkembangan Surabaya dari desa kecil menjadi kota besar, kiranya perlu dibuat narasi formal tentang asal mula kota Surabaya. Selama ini belum ada narasi sejarah tentang asal mula kota Surabaya. Padahal sumber sumber sejarah baik berdasarkan literatur, prasasti dan temuan arkeologi telah menunjukkan tanda tanda awal mula keberadaan Surabaya.
Di antara sumber-sumber sejarah diatas, yang terhitung sumber premier adalah Prasasti Canggu. Karenanya Prasasti Canggu sangatlah penting bagi kota Surabaya.
Penelusuran ke Museum Nasional
Menyadari pentingnya Prasasti Canggu bagi kota Surabaya, Begandring Soerabaia menelusuri nya ke Museum Nasional di Jakarta pada Rabo, 23 November 2022, sebagaimana media massa menyebut dimana keberadaan Prasasti ini.
Tidak hanya disebut oleh sejumlah media massa, sejumlah sejarawan dan pegiat sejarah pun menyebut demikian. Bahkan ada yang menyebut bahwa keberadaan Prasasti menjadi misteri.
Karenanya penulis menelusurinya ke Museum Nasional dengan tujuan utama sebagai dasar faktual tentang sejarah kota Surabaya. Surabaya dalam Prasasti itu tersebut sebagai salah satu desa di tepian sungai (naditira pradeca).
Baca Juga: Badan Pengelola Cagar Budaya Masuk Perda Cagar Budaya Kota Surabaya
Penulis sempat menanyakan ke beberapa petugas Museum yang berjaga tentang dimana Prasasti Canggu dipajang. Namun, tidak satupun mengetahui keberadaan Prasasti dan bahkan tidak mengenal Prasasti tersebut.
[caption id="attachment_48613" align="aligncenter" width="788"] Penulis menemui Yeni, Humas Museum Nasional.[/caption]
Tidak sekedar bertanya, Begandring.com juga mengunjungi dan memeriksa ruang ruang pamer yang memajang beragam Prasasti baik yang terbuat dari batu dan logam. Namun tidak dijumpai Prasasti yang bernama Prasasti Canggu atau Trowulan I.
Selanjutnya, penelusuran menuju ke ruang humas Museum Nasional yang terletak di lantai 7 gedung baru Museum. Begandring.com ditemui staf Humas, Yeni. Ia pun tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan Begandring: tentang nomor registrasi atau inventarisasi, termasuk keberadaan Prasasti.
Yeni selanjutnya meminta agar Begandring menulis surat formal, yang berisi tentang permohonan penelusuran artefak Prasasti Canggu. Surat permohonan data sejarah pun dibuat tertanggal 24 November 2022 dengan tembusan Dirjen Kebudayaan, Kemendikbudristek RI.
Prasasti Canggu tidak hanya penting bagi kota Surabaya, tapi juga bagi Propinsi Jawa Timur karena nama nama yang tersebut dalam Prasasti itu meliputi daerah daerah di sekitar sungai Brantas dan Bengawan Solo.
Prasasti Canggu termasuk Prasasti populer dan banyak dibahas dan dikaji oleh kalangan akademisi, sejarawan, epigrapher dan budayawan. Semoga dapat diketahui dimana keberadaan Prasasti Canggu.
Penulis: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya Begandring Soerabaia)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi