Optika.id - Kedatangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ke Solo Jawa Tengah untuk menghadiri pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono menyita perhatian. Pasalnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menggunggah momen dyang mengungkapkan kerinduannya ketika dirinya menyambut kedatangan Megawati di Bandara Adi Soemarmo, Solo.
Baca Juga: PDI-P All Out Menangkan Risma-Gus Hans di Pilkada Jatim
Ganjar, dalam video yang diunggahnya di Instagram terlihat semangat dan berbinar kala menyalami Megawati yang turun dari pesawat. Tak pelak, kedatangan pentolan PDIP ke Solo tersebut akhirnya menjadi temu kangen antar kader PDIP di Jateng.
Melihat hal tersebut, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai jika Ganjar Pranowo berpeluang besar untuk diusung PDIP sebagai calon presiden (Capres) 2024 nanti. Dosen FISIP Universitas Islam (Unis) Syeh Yusuf Tangerang ini menjelaskan alasan tersebut yakni berkaca dari Pilpres 2014 ketika Megawati menunjuk Jokowi sebagai Capres yang diusung oleh PDIP.
Untuk ditilik akarnya, kita bisa flashback, balik lagi ke Pemilu 2014 saat pertaruhan besar PDIP. Bu Mega menurut saya sosoknya legowo dalam menjadi negarawan dengan mengusung Jokowi. Padahal, saat itu ada resistensi internal juga yang luar biasa di tubuh PDIP, tetapi kan hasilnya menang dua kali di Pilpres. Dengan fakta tersebut, Bu Mega polanya juga tidak akan jauh mengulangi hal-hal itu, kata Adib ketika dihubungi Optika.id, Selasa (13/12/2022).
Dia yakin jika Megawati tidak akan melakukan pertaruhan besar dengan Puan Maharani.
Memang betul Bu Mega sering mengatakan bahwa ya survei hanyalah survei tidak jadi patokan tetapi Bu Mega pasti mempunyai insting realitas politik hari ini bahwa satu tahun ini nama yang beredar selalu tiga di lembaga survei, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, ujarnya.
Oleh sebab itu Adib menilai jika Ganjar diusung untuk bertarung di Pilpres 2024, maka dirinya memiliki peluang yang sangat besar untuk bisa menang. Di satu sisi, Adib mencermati jika Megawati merupakan sosok yang realistis dengan mempertimbangkan segala kemungkinan dan tidak akan mengorbankan atau mempertaruhkan pilihannya dalam pertaruhan akbar Pilpres 2024. Walaupun, Puan Maharani merupakan anaknya sendiri.
Baca Juga: Ahmad Muzani: Megawati Dipastikan Tak Bisa Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran
Kalau memang kans dalam politik, itu juga sama, transaksional termasuk mengorbankan darah biru trah Soekarno, kan begitu. Apalagi Jokowi tanpa trah Soekarno juga menang, kan begitu kira-kira, tutur Adib.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Adib, kepentingan PDIP untuk hattrick dalam kemenangan Pemilu di 2024 nanti menjadi prioritas utama dengan mengesampingkan status darah biru Puan. Sebabnya, saat ini darah ideologis dan darah biologis merupakan sesuatu yang tidak terlalu kental berpengaruh terhadap partai-partai politik modern.
Dia juga menyebut jika perilaku Ganjar merupakan kode-kode lembut kepada Megawati.
Kalau dalam teori Jawa itu kan biasa kalau kita ada perlu, ada maunya kan kita cium tangan, itu kan sudah biasa. Ini bisa dimaknai pesan bahwa semua memang di tangan Bu Mega, tapi dengan kelembutan anak kepada ibunya, Ganjar bisa meraih soal itu (tiket capres), ungkap Adib.
Baca Juga: Ahmad Muzani Terkait Rencana Prabowo Bertemu Megawati: Tunggu Kondisi Bu Mega Membaik
Dia juga yakin jika Megawati merupakan sosok yang gampang luluh terhadap kadernya yang memiliki militansi luar biasa bagi PDIP, seperti Jokowi maupun Ganjar. Maka dari itu, PDIP selalu nurut apa kata ibu jika berhubungan dengan partai dan keputusan-keputusan penting yang lain.
Adib mengaku jika publik selama ini bisa mengamati segala sesuatu, termasuk tanda-tanda dalam diri Megawati. Tanda-tanda tersebut bisa dilihat sebagai petanda dari Megawati.
Ingat, Bu Mega itu orang Jawa, dengan senyum, karena Bu Mega kan tipikalnya ketika dia tidak menyukai lawan politiknya, mau di forum umum sekalipun saya kira senyumnya pun akan kecut, tetapi ketika dia senyum, nggak usah ngomong apapun saya kira ini pertanda. Menurut saya kode bahwa tidak ada sesuatu yang krusial di antara Ganjar dengan Bu Mega, pungkasnya.
Editor : Pahlevi