Parpol Perlu Pertimbangkan Peluang Suara Gen Z dan Milenial

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 20 Jan 2023 09:19 WIB

Parpol Perlu Pertimbangkan Peluang Suara Gen Z dan Milenial

Optika.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat ada sejumlah 30,1 juta milenial atau sekitar 35,9ri total jumlah pemilih di data pemilih tetap/DPT. Dan ada sebanyak 67,8 juta centenial (Gen Z) atau sekitar 35,59% yang terdaftar sebagai pemilih di Pemilu 2024 nanti.

Baca Juga: PKB: PBNU Tak Punya Hak Menyerobot dan Intervensi Parpol!

Melihat hal tersebut, Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa menilai jika ceruk suara milenial dan gen Z masih dikuasai oleh partai politik (parpol) yang sudah besar dan mempunyai nama. Dia memprediksi jika suara milenial dan Gen Z tersebut bakal mengalir ke PDIP dan Partai Demokrat.

"Tentu kan kita tidak bisa lepaskan dari sisitop of mind.Pasti partai yang mereka kenal selama ini yang mereka pilih. Jadi, memang dari pilihan sendiri biasanya PDI-P dan Demokrat," kata Ardha dalam keterangannya kepada Optika.id, Jumat (20/1/2023).

Ardha menilai jika tidak ada isu khusus yang menjadi pembeda antara generasi milenial, generasi Z maupun generasi pendahulunya. Tiap-tiap pemilih lintas zaman baik muda maupun tua mamandangpersoalan kesejahteraan menjadi isu penting yang harus menjadi atensi khusus bagi para parpol. Dia menegaskan jika yang menjadi pembeda hanyalah kemasannya saja (tua atau muda).

Tak hanya itu, menurut Ardha saat ini pemilih muda atau pemula sudah tidak terlalu tertarik dengan gagasan partai dengan metode pidato yang berapi-api. Sebaliknya, para pemilih muda dan pemilih pemula lebih senang jika politisi menggunakan cara kampanye yang lebih santai dan terkesan elegan.

Dia memberi contoh yakni Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ridwan Kamil yang lebih memiliki kedekatan dengan para pemilih muda di media sosial sehingga mendapatkan perhatian dari mereka.

"Tiga nama ini sejauh ini mereka cukup bagus memanfaatkan sosial media," ucap Ardha.

Baca Juga: Pantauan Media Sosial: Putusan MK Memicu Kekhawatiran Soal Gibran

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kemudian dirinya membandingkan kinerja ketiganya di media sosial dengan geliat aktivitas politik Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Nama Prabowo dalam beberapa lembaga survei sempat muncul sebagai kandidat capres dengan elektabilitas kedua tertinggi setelah Ganjar Pranowo. Akan tetapi, Prabowo Subianto tidak laku di medsos.

"Ganjar, Anies dan Ridwan Kamil itu sangat naik di TikTok. Saya enggak melihat di Prabowo bertiktok ria, kemudian joget-joget," ucap Ardha.

Dalam aktivitas politik di tahun politik yang mulai menghangat ini, Parpol memandang generasi milenial dan gen Z tak hanya penting sebagai alat ceruk suara semata. Anggota kedua kelompok usia tersebut menurut Ardha saat ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam preferensi politik di keluarga.

Baca Juga: Pemilih Pemula Ramaikan Pemilu 2024: Tidak Rasional dan Masih Dipengaruhi Keluarga

"Pemilih muda itu sumber informasi bagi keluarganya. Pada tahun 70-an. Arah pilihan keluarga itu dipengaruhi bapak-ibunya, lalu anak. Bergerak ke 80 dan 90-an itu, ibu-ibu itu lebih jadi sumber informasi, seperti di arisan di pengajian. Nah, era sekarang pemilih-pemilih muda atau anak muda ini yang justru lebihngertiketika adainfodari masing-masing kandidat," uraiArdha.

Ketika disinggung soal media sosial yang paling efektif untuk digunakan sebagai media kampanye, Ardha merinci TikTok, Facebook dan Instagram adalah media yang tepat. Di antara ketiganya, Ardha melihat peluang TikTok akan menjadi medsos yang paling tepat sebagai ajang menyampaikan gagasan-gagasan singkat parpol atau kandidat semasa kampanye Pemilu 2024.

"Jadi, TikTok ini, menurut saya, akan sangat dimanfaatkan dari kekuatan-kekuatan politik. Kemudian juga Instagram. Dua media sosial itu yang sepertinya bakal meramaikan pertarungan politik pemilu," tuturArdha.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU