Diskusi Akhir Pekan: Pers dan Pilpres 2024, Prof Bagir Ungkap Pers Harus Utamakan Kejujuran!

author Danny

- Pewarta

Sabtu, 04 Mar 2023 01:03 WIB

Diskusi Akhir Pekan: Pers dan Pilpres 2024, Prof Bagir Ungkap Pers Harus Utamakan Kejujuran!

Optika.id - Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024, masyarakat Indonesia akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden. Masyarakat harus memilih Presiden dan Wakil Presiden yang tepat, sehingga ke depannya bisa membawa negara lebih baik ke depannya.

Akhir-akhir ini, sudah bermunculan kandidat-kandidat capres-cawapres yang sudah dimunculkan oleh partai politik. Mengetahui hal ini, Forum Insan Cita (Forum Doktor dan Guru Besar) mengadakan Diskusi Akhir Pekan bertajuk "Pers dan Pilpres 2024." Diskusi ini dilaksanakan secara daring pada hari Jumat (3/3/2023) kemarin, melalui platform zoom dan juga disediakan melalui akun YouTube @foruminsancita.

Prof Bagir Manan mantan Ketua Dewan Pers Indonesia menuturkan, peran dari Pers termasuk salah satu pilar demokrasi.

Sehingga perannya dianggap sangat penting bagi kemajuan bangsa serta suara-suara rakyat yang tidak tersampaikan. Selain itu, Pers juga memiliki standar etik, akurasi informasi, check dan recheck sehingga kalangan (pers) memiliki peran yang objektif dan rasional dalam memberitakan sesuatu di kalangan masyarakat.

"Pers merupakan cabang kekuasaan yang keempat, Pertama, Pers itu harus bekerja atas dasar kejujuran, Kedua, pers itu harus loyal kepada warga, loyal terhadap masyarakat disekitarnya, loyal dalam rangka loyalitas itu katakanlah bahwa Pers harus senantiasa menjaga kepercayaan warga dan kepercayaan publik. Ketiga, untuk menjaga kepercayaan yang berbeda-beda, prinsip Pers demokratis itu harus independen. Yang Kelima, adalah standar Etika, bisa dikatakan begini, dalam kaitannya dengan korupsi, tau bahwa perbuatan mereka melanggar hukum. Mereka itu tau, dalam undang-undang juga tau, jadi ada sesuatu hal yang diluar persoalan hukum. Diluar persoalan hukum, barangkali sudah memperhatikan, korupsi itu berkaitan dengan fenomena politik, ekonomi dan fenomena sosial," ungkap Prof Bagir seperti yang dikutip Optika.id melalui kanal YouTube Forum Insan Cita, Jumat, (3/3/2023).

Dia mengatakan, Pers harus memiliki etika yang menurut Teori bisa dilihat melalui perspektif internal dan eksternal. Perspektif internal berdasarkan bagaimana Pers berperilaku, sedangkan perspektif eksternal didasarkan melalui moral yang berkaitan dengan keasusilaan.

"Maka dari itu, sangat perlu memperhatikan etika, etika ini menurut teori dapat diluar dari perspektif yaitu dari internal dan eksternal. Internal dari pers sendiri, bagaimana mereka berperilaku, dari eksternal merupakan dari moral, bagaimana orang itu berkaitan dengan keasusilaan. Kita harus membuat bahwa salah satu ciri eksternal adalah taat kepada hukum. Tetapi, prinsip itu tadi bahkan ada Pers berkembang karena suatu bisnis, biasanya Pers terdapat aliran politik, biasanya dimiliki oleh aliran politik dan pemilik bisnis," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meski demikian, Pers harus tetap memegang standar-standar tertentu agar dikatakan baik, seperti tetap berpihak pada publik, masuk dalam standar jurnalisme yang jelas. Itulah hal yang semestinya dipegang teguh oleh Pers dalam kegiatan apapun.

"Pemilu kita yang akan datang tidak hanya memilih Pres dan Wapres, tetapi juga anggota DPR, DPD, Kepala Daerah dan lain sebagainya. Jangan sampai kita seolah-olah tidak memberi perhatian yang cukup banyak karena kita sangat terpaku dalam pemilihan Presiden, karena Presiden dalam sistem pemerintahan Indonesia sangatlah terdepan," terangnya.

Kemudian, ada beberapa hal disampaikan beliau, bahwa dirinya ingin menegaskan kembali sebenarnya apa fungsi dari Pemilu. Bagir menilai kedaulatan masyarakat bukan hanya berdasarkan azas-azas tertentu, tetapi harus bisa menjelaskan bahwa penyelenggara negara didukung oleh rakyat.

"Sebenarnya apa fungsi pemilu? Pemilu itu ada pada saat kita memberikan suara itulah saatnya kita menciptakan kedaulatan masyarakat. Kedaulatan masyarakat hanya berdasarkan azas-azas saja, pemilu itu juga menjelaskan bahwa penyelenggara negara itu didukung oleh rakyat. Pemilu juga menunjukkan adanya jawaban atas pertanyaan rakyat, keempat, pemilu harus menjamin partisipasi, bukan hanya sekedar mobilisasi. Kelima, pemilu harus terjamin etika bernegara, cita-cita negara hukum, hak asasi manusia dan prinsip negara berkonstitusi, karena prinsip berekonstrusi adalah the limited power. Azas-azas itu perlu dipegang teguh," tuturnya.

Pemilu, lanjutnya, dapat dikatakan sebagai suatu hal memantapkan demokrasi.

"Jangan sampai tidak ada pengaruh, haruslah diingat oleh Pers, Pers harus berdiri paling depan untuk menjamin partisipasi, kedua, Pers harus bersikap sebagai mata dan telinga rakyat, dia harus bijak sehingga tidak terlena hal-hal seperti itu. Berpihak atas dasar kebenaran, kebenaran nyata dan faktual, jangan sampai berpihak kepada hal lain yang tidak berkaitan dengan Pers. Ketiga, Pers harus bisa mewujudkan kesejahteraan umum, kemakmuran rakyat dan keadilan sosial. Pilihlah Presiden yang bisa mewujudkan keadilan sosial," pungkasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU