Peringatan Hari Raya Nyepi, Pak Yes Hadiri Pawai Ogoh-Ogoh di Desa Balun

author Danny

- Pewarta

Rabu, 22 Mar 2023 09:52 WIB

Peringatan Hari Raya Nyepi, Pak Yes Hadiri Pawai Ogoh-Ogoh di Desa Balun

Optika.id, Lamongan - Menjadi Desa Pancasila dengan tingkat toleransi antar umat beragama yang tinggi, Desa Balun yang terletak di Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ini memiliki keunikan dalam hal harmonisasi keberagamaan, seperti tempat ibadah yang jaraknya berdekatan tanpa ada salah satu pihak yang merasa terganggu atau dirugikan, hingga gotong-royong dalam pelaksanaan ritual salah satu kelompok keagamaan.

Baca Juga: Festival Kerapu Lamongan, Pertegas Potensi Desa Labuhan Sebagai Produsen

Seperti contoh pelaksanaan Pawai Ogoh-ogoh yang merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945, pada Selasa (21/3/2023) di Desa Balun, yang tidak hanya dilaksanakan oleh umat Hindu tapi juga di dalamnya terdapat partisipasi dan gotong-royong masyarakat lainnya (Kristen dan Islam).

Ogoh-ogoh sendiri merupakan boneka atau patung yang menjadi simbol unsur negatif, sifat buruk, dan kejahatan dalam kehidupan manusia yang harus dimusnahkan sebagai bentuk penyucian dari segala hal buruk yang ada di dunia. Prosesi pawai ini dilakukan dengan mengarak ogoh-ogoh mengelilingi Desa Balun dan berakhir dengan proses pembakaran. Mengambil start dari Pura Sweta Maha Suci dan finish di Alun-alun Desa Balun, kegiatan yang sempat 3 tahun terhenti karena pandemi ini berjalan secara meriah dengan antusias masyarakat yang tinggi.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengatakan bahwa Pawai Ogoh-ogoh yang masuk dalam kalender event Kabupaten Lamongan 2023 ini merupakan bentuk masyarakat yang penuh toleransi dan keharmonisan.

Baca Juga: Anugerah Pandu Negeri, Tata Kelola Lamongan Diakui Internasional

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Mudah-mudahan tahun tahun ke depan akan terus bisa dilaksanakan dengan tambah baik. Ini sekaligus kita menunjukkan tidak hanya kepada masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat dunia bahwa ada Desa Balun, yang di dalamnya masyarakatnya penuh toleransi, keharmonisan. Tadi juga disampaikan bahwa ada beberapa patung ogoh-ogoh yang tidak dibuat justru oleh pemuda Hindu, tapi beberapa pemuda Muslim, pemuda Kristen yang secara bersama-sama ikut membantu, bahkan membuat patung yang tadi dibakar," ungkap Pak Yes.

Hal tersebut menurut Pak Yes memiliki makna filosofi selayaknya Idul Fitri yang membuat masyarakat muslim kembali ke fitri (tanpa dosa). "Punya makna filosofi yang sangat dalam pada Pawai Ogoh-ogoh ini, karena membakar segala sifat-sifat negatif, keangkaramurkaan, kesombongan, dan hal-hal yang buruk di dalam diri manusia. Sehingga setelah Hari Raya Nyepi ini berarti kembali menjadi fitri (bersih), layaknya masyarakat muslim yang merayakan hari raya idul Fitri," tambahnya.

Baca Juga: Kalapas Lamongan Serah Terima Jabatan, Sinergi Wujudkan Lingkungan Nyaman!

Diungkapkan oleh Tadi salah satu pemangku di Pura Sweta Maha Suci, bahwa tahun ini jumlah Ogoh-ogoh dalam pawai merupakan jumlah terbanyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dilaksanakan dengan toleransi antar umat, dari 13 Ogoh-ogoh yang diarak 9 diantaranya merupakan hasil karya kelompok luar (Kristen, Islam, dan kelompok lainnya).

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU