Optika.id - Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada 21 April 2023. Maklumat itu telah menjadi keputusan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah.
Baca Juga: Vaksin Booster Jadi Prasyarat Mudik Lebaran, Ini Tanggapan Muhammadiyah Jatim
Ketua Muhammadiyah Jatim, Sukadiono mengungkapkan, pertimbangan penetapan 1 Syawal 1444 H adalah berdasarkan ijtihad dari Muhammadiyah.
Hal tersebut berlandaskan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dijadikan pedoman oleh Majelis Tarjih Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
"Perhitungan secara hisab hakiki wujudul hilal. Wujudul hilal itu artinya asal hilal sudah wujud lebih dari nol derajat. Itu berarti hilal sudah wujud," ujar Sukadiono kepada Optika.id, Kamis (13/4/2023).
Suko yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu mengajak kepada seluruh umat Muhammadiyah memulai Salat Idul Fitri pada tanggal yang telah ditetapkan.
Suko -panggilan- Sukadiono menyebut bahwa perbedaan dalam penentuan 1 Syawal bukan sesuatu hal yang baru, Suko menghimbau di tengah perbedaan yang terjadi tidak akan menjadi keretakan bagi umat Islam.
Baca Juga: Menyongsong Pemilu 2024, Muhammadiyah Gelar Sekolah Politik
Lanjut Suko, bahwa di tengah perbedaan yang terjadi nanti umat Islam harus mengedepankan prinsip saling menghargai, toleransi dan ukhuwah Islamiyah. Menurutnya inti dari semuanya adalah ibadah kepada Allah SWT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia juga mengimbau kepada warga Muhammadiyah untuk menghindari show of force yang berlebihan, bila nanti dalam penetapan 1 Syawal 1444 H ada perbedaan hari dengan ormas lain.
Pihaknya pun mengimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tetap mengikuti Maklumat Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah tersebut.
Baca Juga: Papan Nama Kehormatan Muhammadiyah Tampo Berdiri Tegak Lagi!
"Himbauan kami kepada seluruh warga Muhammadiyah tetap untuk menjaga perbedaan, menghormati perbedaan, jangan terlalu show of force. Tetap kita lakukan tidak perlu menyalahkan yang mungkin berbeda hari, toleransi," ungkapnya.
Ia menambahkan, warga Muhammadiyah juga diimbau tetap menjaga dan menghormati perbedaan. Artinya, meskipun jika nantinya terdapat perbedaan hari, tetap menjunjung toleransi.
"Yang lebih penting, tetap menjaga kebersamaan, kita ingin guyub rukun, apalagi ini tahun politik ya. Saya kira kita tidak ingin di adu domba karena perbedaan hari raya saja," pungkas Sukadiono.
Editor : Pahlevi