Optka.id - Sinopsis film hororSewu Dinoberkisah tentang Sri (Mikha Tambayong), seorang perempuan muda yang rela bekerja untuk keluarga Atmojo demi mendapat gaji besar buat pengobatan ayahnya. Namun, tugas Sri ternyata enggak mudah. Soalnya, ia harus melakukan ritual basuh sudo untuk menenangkan Della Atmojo, cucu dari keluarga Atmojo yang terkena santet 1.000 hari.
Baca Juga: Kisah 4 Bocah Sampang di Sampang Disembunyikan Jin, Kisah Nyata Loh!
Sewu Dinoadalah tipikal film hororslow-burn, alias film yang konfliknya terbangun dengan cukup lama. Apalagi, film ini memiliki durasi sekitar dua jam sehingga enggak heran jika ada penonton yang merasa bosan saat menyaksikannya, terutama pada paruh awalnya. Namun, penggunaan konsepslow-burnini sebenarnya memiliki alasan khusus.
Sebab, penceritaan yang cukup lamban ini sangat berfungsi dalam menjelaskan cerita horornya dengan lumayan detail.Sewu Dinobenar-benar menjelaskan sejumlah elemen horor yang berkaitan dengan ritual untuk Della Atmojo secara perlahan dari awal hingga akhir filmnya. Intinya, menurut optika.id penceritaan pada film ini jauh lebih baik dan rapi ketimbang pendahulunya, yaituKKN di Desa Penari.
Meski begitu, konsepslow-burnyang ada dalam film ini cukup berpengaruh terhadapending-nya. Soalnya, bagian akhir dari film ini terasa cukup kewalahan atau terburu-buru dalam menyelesaikan konfliknya karena sebelumnya terlalu bersantai dalam bercerita. Meski enggak terlalu mengganggu, penyelesaian konflik yang agak terburu-buru ini agak membuat ceritanya menyisakanplot hole.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
FilmSewu Dinomelibatkan sejumlah aktor ternama Indonesia sebagai pemainnya. Mulai dari Mikha Tambayong, Rio Dewanto, Karina Suwandi, Agla Artalidia, hingga Marthino Lio. Jadi, rasanya sangat wajar jika para pemain dalam film ini memiliki kemampuan akting yang mumpuni. Bahkan, Gisellma Firmansyah yang terbilang pendatang baru berhasil tampil mencekam sepanjang filmnya sebagai Della Atmojo.
Sama seperti alur ceritanya, elemen horor dalamSewu Dinojuga terbilang lebih baik ketimbangKKN di Desa Penari. Namun, perlu ditekankan bahwa unsur horor yang ada pada film ini masih belum berada pada level tertinggi perfilman horor. Film ini masih lebih mengandalkanjumpscareuntuk menakuti penonton serta elemengoreyang memang sudah menjadi ciri khasnya Kimo sebagai sutradara horor.
Selain itu, penggunaan efek visualCGIdanmake-upuntuk beberapa adegan horor pada film ini juga memiliki kualitas yang biasa saja, tidak bagus dan tidak buruk-buruk banget alias seadanya. Sama halnya denganscoringdalam film ini yang terdengar biasa saja, walau cukup berperan untuk momenjumpscare.
Editor : Pahlevi