Optika.id - Indonesia yang mendapatkan tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2023 mendapat sejumlah kritik dari masyarakat.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Tarif Listrik di Indonesia Lebih Murah dari Negara ASEAN
Publik mempertanyakan dampak kepemimpinan Indonesia di kawasan ini. Achmad Nur Hidayat, seorang pakar Kebijakan Publik dari Universitas Veteran Jakarta, menyatakan bahwa kepemimpinan Indonesia di ASEAN seharusnya memperkuat posisi Indonesia di tingkat internasional, setidaknya di dalam ASEAN.
Ia menyebutkan bahwa ada keuntungan yang dapat diperoleh negara, seperti memperkuat posisi kepemimpinan regional dalam pemulihan ekonomi, keuangan, dan sistem pembayaran regional, mempromosikan kepentingan nasional, mempengaruhi kebijakan regional, serta meningkatkan citra internasional.
Namun, Hidayat menyoroti kurangnya sosialisasi mengenai agenda kepemimpinan ASEAN ini kepada publik.
"Meskipun agenda kepemimpinan ASEAN sangat penting dan mendesak, namun masalahnya adalah minimnya sosialisasi mengenai agenda kepemimpinan ini di tingkat publik," ujar Hidayat, Rabu (10/5/2023).
Baca Juga: Tolak Usulan Malaysia, Nadiem Ajukan Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi ASEAN
Menurut Hidayat, dalam konteks internasional ini, kerja pemerintah jauh berbeda ketika Indonesia menjadi tuan rumah G20 pada tahun 2022 yang lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Dibandingkan dengan kepemimpinan G20, sosialisasi mengenai penyelenggaraan dan relevansi agenda kepemimpinan ASEAN jauh lebih sedikit dan terkesan sangat elitis dan teknokratis," ungkapnya.
Akibatnya, CEO Narasi Institute tersebut menganggap kepemimpinan ASEAN yang diperoleh Indonesia pada tahun ini hanya sebatas seremonial yang tidak memberikan dampak yang signifikan kepada masyarakat.
Baca Juga: Atlet Jatim Perkuat Kontingen ASEAN Paragames Indonesia
"Sehingga kepemimpinan ASEAN dianggap hanya sebagai perayaan semata, jauh dari keinginan kuat untuk membantu masyarakat Indonesia keluar dari masalah ekonomi dan pemulihan ekonomi masyarakat," tambahnya.
Hidayat merekomendasikan agar kepemimpinan ASEAN tidak terkesan sebagai agenda yang hanya dimiliki oleh para elit, terutama mereka yang bergerak di sektor keuangan dan penguasa energi. Menurutnya, kepemimpinan ASEAN harus memasukkan agenda rakyat dan pelaku usaha kecil agar terhindar dari kesan tersebut.
Editor : Pahlevi