Mengenal Sindrom Pasca Kekuasaan yang Dialami Oleh Para Lansia

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 31 Mei 2023 15:06 WIB

Mengenal Sindrom Pasca Kekuasaan yang Dialami Oleh Para Lansia

Optika.id - Mungkin sebagian dari kita pernah menghadapi seorang lansia (kakek, nenek, atau kerabat) yang sering tantrum dan seolah-olah menyebalkan. Padahal, bisa saja mereka terkena sindrom pasca-kekuasaan atau Post Power Syndrome sehingga mereka rentan mengalami depresi terselubung.

Baca Juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Hal tersebut diungkapkan oleh Praktisi Kesehatan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Ukuh Tri Anjarsari.

Ukuh menyebut, ketika para lansia ini sudah tidak bertemu lagi dengan lingkungan kerja yang sebelumnya mengakui dan menerima dirinya, maka itu dapat menjadi faktor pemicu depresi yang terselubung sehingga disalurkan ke hal-hal yang tidak tepat. Misalnya, marah-marah dan tantrum tidak jelas ke anggota keluarga lainnya.

Lebih lanjut, lansia yang sebelumnya produktif di pekerjaannya dulu, akan mengubah rutinitas kebiasaannya ketika memasuki masa pensiunnya. Sehingga hal tersebut menyebabkan lansia merasa bosan, tidak ada rutinitas seperti sebelumnya, merasa tidak diakui lagi, serta menimbulkan stress dan depresi.

"Tidak semua orang bisa langsung beradaptasi dari masa produktif ke masa pensiun," tutur Ukuh dalam keterangan yang dikutip Optika.id, Selasa (30/5/2023).

Maka dari itu, dia menganjurkan kepada keluarga lansia agar merawat mereka dengan baik dan sabar serta memenuhi ego yang tertunda para lansia tersebut. Kemudian, para lansia bisa menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitar dan berinteraksi baik dengan mereka. Hal ini agar mereka bisa tetap terhubung dengan orang lain, merasa gembira dan diakui, kendati mereka sudah tidak produktif lagi.

Ukuh menilai saat ini sudah banyak para lansia yang menyalurkan kesepian dan depresinya melalui wadah sosial sehingga mereka dapat mengaktualisasi diri. Misalnya, mereka terlibat aktif di lingkungan RT/RW, acara keagamaan, memelihara binatang, merawat tumbuhan, menekuni hobi, atau bermain alat musik. Dia juga menganjurkan agar para lansia tetap menjaga kesehatan, berolahraga ringan secara rutin dan tetap menjaga pola makannya.

Tak hanya itu, Ukuh juga menyarankan agar para lansia tetap membina hubungan baik dengan lingkungan sekitar, berjalan-jalan ke luar rumah, mengikuti acara reuni, dan mengunjungi teman lama agar tidak merasa bosan dan membangkitkan memori mereka agar tetap merasa bahagia seperti jaman dulu.

"Manusia adalah individu sosial yang merasa bahwa dirinya ada dan ingin diperhatikan. Hal ini juga ada pada lansia, tapi kadang lansia merasa sudah tuauntuk apa sering keluar. Padahal ini juga kebutuhansebagai makhluk sosial," ujar Ukuh.

Baca Juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

Gejala Depresi Terselubung

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di sisi lain, dirinya juga mengimbau kepada masyarakat agar mawas dengan gejala dan tanda depresi yang terselubung kepada para lansia ini karena bisa menggerogoti kualitas hidup mereka. Menurut Ukuh, depresi yang terus berlanjut bagi lansia tanpa perawatan dan penanganan dari anggota keluarga bisa meningkatkan risiko kematian bahkan bisa melakukan percobaan bunuh diri.

Dia menjelaskan, tanda depresi terselubung pada lansia ini yakni adanya keluhan sakit berkepanjangan yang cukup dominan pada tubuh. Keluhan sakit ini sekilas menyerupai penyakit umum dalam dunia medis, akan tetapi, ketika dibawa ke layanan kesehatan, tidak dapat terdeteksi oleh medis.

Perasaan nyeri tubuh, jantung berdebar, otot tegang dan perasaan tidak nyaman serta tidak bisa dideteksi oleh medis ini sering dialami oleh lansia dengan depresi terselubung. Selain itu, mungkin ada penyakit kronis yang diderita oleh lansia dalam waktu yang panjang namun tertutupi oleh adanya depresi terselubung.

"Biasanya diagnosis dokter terkait penyakit ini sulit diterima oleh pasien dibandingkan dengan diagnosis penyakit fisik lainnya, padahal seiring bertambahnya usia ini akan berbahaya," kata Ukuh.

Baca Juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa depresi terselubung ini bukan merupakan istilah diagnosis medis yang digunakan dalam ilmu kedokteran jiwa. Akan tetapi, istilah tersebut dipakai ketika seseorang mengalami depresi tanpa adanya gejala khas dan cenderung menunjukkan gejala fisik.

Secara umum, imbuhnya, orang yang mengalami gejala depresi terselubung ini secara kasat mata terlihat baik-baik saja, tidak terlihat adanya gangguan psikis, dan tetap produktif. Maka dari itu, keluarga yang merawat lansia pun harus peka terhadap adanya perubahan perilaku lansia yang mendadak karena umumnya mereka merasa malu dan segan untuk mengungkapkan perasaannya.

Perubahan perilaku tersebut menurut Ukuh yakni lansia lebih menutup diri dari lingkungannya, pola makan dan tidur yang berubah, dan beberapa tanda yang bisa dilihat ketika mereka mengalami depresi.

Oleh sebab itu, dia menganjurkan keluarga agar memberikan perhatian kepada lansia agar tidak mengalami depresi terselubung, memahami kebutuhan dan keinginannya, dan segera membawa mereka ke dokter untuk mendapatkan proses pengobatan yang perlu sehingga harapan hidup mereka tinggi.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU