Soal Polemik JIS, Ini Kata Anies Baswedan pada Rezim Jokowi

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Minggu, 09 Jul 2023 08:57 WIB

Soal Polemik JIS, Ini Kata Anies Baswedan pada Rezim Jokowi

Optika.id - Anies Baswedan menunjukkan kemampuannya untuk menantang rezim Jokowi tanpa menggunakan argumen yang mematikan. Ia melakukan hal tersebut dengan diam dan menunggu waktu yang akan membuktikan hal-hal yang seharusnya tidak perlu diperdebatkan. Karakter Anies memang cenderung tidak berkonfrontasi di ruang publik.

Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!

Jakarta International Stadium (JIS) menjadi topik perbincangan. Setelah lama tidak terdengar kabarnya, tiba-tiba muncul pernyataan spekulatif politis dari istana mengenai rumput yang digunakan di stadion tersebut. Mulai dari permasalahan pintu masuk yang hanya satu, hingga area parkir yang tidak cukup untuk menampung banyak kendaraan penonton. Namun, Anies tidak terlalu khawatir dengan hal tersebut dan memberikan respons pembelaan.

Anies membiarkan polemik berlanjut dan tetap fokus pada ibadah haji serta menjalin silaturahim dengan tokoh dan ulama di Mekkah dan Madinah. Semua orang paham bahwa upaya untuk merendahkan dirinya sedang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Keributan seputar JIS di tanah air tidak mengganggu agenda Anies di Tanah Haram. Anies tidak terganggu sama sekali. Ia hanya mengatakan, "Silahkan JIS direnovasi" setelah mendapat verifikasi dari FIFA. Hal tersebut disampaikannya melalui politisi PKS, Mardani Ali Sera, yang dikutip di akun Twitter pribadinya pada Kamis (6/7/2023).

"Mas @aniesbaswedan bilang JIS bukan miliknya, tapi milik bangsa Indonesia karya anak bangsa. Jika mau direnovasi, monggo. Namun, jangan terburu-buru dan menghakimi, biarkan FIFA yang menilai. Setorkan saja 6 stadion di Indonesia, kemudian periksa rekomendasinya, dan ikuti saja jika ada perbaikan yang diperlukan."

JIS merupakan salah satu warisan yang ditinggalkan oleh Anies. Karena itu, stadion tersebut diidentikkan dengan Anies. JIS memang megah dan menakjubkan jika dilihat dengan mata yang tidak terpengaruh oleh pandangan sempit. Pembangunannya juga tidak main-main, melibatkan jasa perusahaan konsultan desain dan konstruksi asal Inggris, Buro Happold, yang telah memiliki pengalaman lebih dari 45 tahun dan membangun banyak stadion terkenal di berbagai tempat, termasuk stadion Tottenham Hotspur dan beberapa stadion di Qatar.

Jika tidak ada politisasi, seharusnya melihat apakah JIS sudah memenuhi standar FIFA atau ada bagian tertentu yang perlu direnovasi menjadi hal yang sederhana. Namun, yang dilakukan oleh Ketua Umum PSSI sekaligus Menteri BUMN, Erick Thohir, terkesan kurang sopan saat mengunjungi JIS. Seperti sedang mengecilkan prestasi Anies.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, juga ikut serta dengan membawa "tukang rumput" untuk menilai kelayakan rumput JIS sesuai standar FIFA. Plt Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, juga turut serta dalam rombongan tersebut, yang didampingi oleh sekelompok wartawan untuk memastikan langkah mereka segera diberitakan.

Setelah mendengar penjelasan dari "tukang rumput" bahwa rumput JIS tidak layak digunakan, maka rumput tersebut perlu diganti. Saran tersebut muncul karena waktu yang terbatas menjelang Piala Dunia U-17, sehingga direkomendasikan untuk mengganti rumput dengan yang sudah jadi dari lapangan golf. Diperkirakan biaya renovasi rumput mencapai Rp 6 miliar. Kemudian Menteri Basuki Hadimuljono memberikan penjelasan kepada media bahwa rumput JIS tidak layak dan akan diganti sesuai saran dari "tukang rumput".

Baca Juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia

Langkah yang diambil oleh pembantu Presiden Jokowi ini terkesan kasar. Dapat dipastikan bahwa itu merupakan suara rezim dalam menanggapi hal yang berkaitan dengan Anies. Meskipun tanpa isyarat yang jelas, mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk merendahkan Anies. Tidak cukup hanya dengan serangan melalui buzzer yang terbukti tidak efektif, tetapi masih tetap digunakan. Proyek yang menghamburkan uang puluhan bahkan ratusan miliar untuk melawan Anies, justru semakin meningkatkan elektabilitasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh karena itu, cara lain digunakan, yaitu dengan menghancurkan warisan yang ditinggalkan Anies di Jakarta. Kali ini JIS yang dipilih. Tidak mengherankan jika suatu saat nanti, trotoar yang dibangun oleh Anies sepanjang ratusan kilometer juga akan dipersoalkan.

Hal itu mudah dilakukan, misalnya dengan mengkritik keramik yang terlalu licin dan berbahaya bagi pejalan kaki. Upaya tersebut hanya ingin menunjukkan bahwa Anies membangun Jakarta tanpa perencanaan yang matang. Jika harus mengeluarkan ratusan miliar untuk mengganti keramik, itu tidak masalah asalkan dapat merendahkan Anies.

Ketika Anies kembali ke tanah air, mungkin kita akan mendengar penjelasan darinya jika dirasa perlu. Mungkin itu hanya sekadar pengulangan dari pernyataannya sebelumnya, yaitu "Silahkan JIS direnovasi", tetapi menunggu penilaian dari FIFA. Anies sepertinya tidak perlu membela diri terhadap intimidasi terkait JIS, karena sudah banyak pihak yang membela tanpa diminta.

Oleh karena itu, menarik untuk mencermati ungkapan pengamat bola, Tommy Welly atau Bung Towel, yang mengomentari pernyataan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengenai penggantian rumput di JIS.

Baca Juga: Meski Tak Ikut Kontestasi Pilgub, Pengamat Prediksi Karier Anies Tak Meredup!

"Menteri PUPR bukan asesor FIFA. Oleh karena itu, ia tidak berhak berbicara di luar kewenangannya. Pihak yang berhak memberikan pernyataan adalah FIFA sebagai regulator sepak bola dunia."

Banyak suara dari para pengamat sepak bola yang sepakat dan menyBanyak suara dari para pengamat sepak bola yang sepakat dan menyayangkan jika hal ini ditarik ke dalam konteks politik daripada memfokuskan pada penggunaan JIS untuk Piala Dunia U-17. Yang terpenting adalah menciptakan kesan bahwa JIS tidak sempurna, dan itu sudah cukup. Selanjutnya, JIS akan dibiarkan. Tidak akan disentuh, karena di situ terdapat jejak Anies.

Tindakan Erick Thohir dan rombongannya terlihat sia-sia. Terkesan sembrono dan hanya menimbulkan kehebohan sesaat, yang kemudian diikuti oleh caci maki dari masyarakat terhadap rezim Jokowi. Sebaliknya, simpati terus mengalir kepada Anies. Hal ini merupakan tamparan bagi rezim Jokowi.

Anies Baswedan mampu menampar rezim Jokowi tanpa perlu menggunakan argumen yang mematikan. Ia melakukan hal tersebut dengan diam dan menunggu waktu yang akan membuktikan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipersoalkan. Karakter Anies memang tidak suka berdebat di ruang publik.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU