Optika.id - Klarifikasi yang diberikan oleh Buro Happold tidak membawa kejelasan, malah memunculkan pertanyaan baru tentang pembangunan Jakarta International Stadium (JIS). Bangunan yang direncanakan akan direnovasi menjadi venue Piala Dunia ternyata dibangun dengan kontroversi, karena tidak sesuai dengan panduan desain dari Buro Happold.
Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan, seperti siapa yang sebenarnya menjadi acuan dalam pembangunan stadion ini, apakah pembangunannya sudah sesuai dengan standar internasional, dan apakah ada penyimpangan dalam pembangunan JIS.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tersebar di media sosial, termasuk dalam unggahan dari Penggiat Media Sosial, Eko Kuntadhi. "Jari ketika membangun JIS mengikuti panduan dari siapa ya?" cuitnya melalui akun @ekokuntadhi1, dikutip pada Selasa (11/7/2023).
"Mungkin sama seperti sumur resapan, konsepnya bagus, tetapi implementasinya bagaimana; membuat lubang di tengah jalan," balasan dari @QiuQiu_Official.
Baca Juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia
"Jangan bilang panduannya berasal dari berhala, nanti ada yang protes," komentar yang menyentil dari @_username_eror.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Pemerintah harus mengaudit penggunaan anggaran untuk proyek pembangunan JIS yang menghabiskan biaya hingga 4,5 triliun rupiah karena sudah mulai timbul kecurigaan adanya penyimpangan anggaran," ungkap @NuelMend.
Baca Juga: Meski Tak Ikut Kontestasi Pilgub, Pengamat Prediksi Karier Anies Tak Meredup!
Sementara itu, terkait dengan tidak diikutsertakannya bantuan dari Buro Happold, pihak Anies Baswedan membela diri melalui Sekretaris Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta, Muhammad Taufik Zoelkifli. Ia mengatakan bahwa perusahaan tersebut hanya bertugas sebagai pembuat pedoman desain JIS, dan pedoman tersebut dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan dan situasi lapangan.
"Konsultan hanya bertugas memberikan konsultasi terkait hal-hal yang akan kita bangun, tetapi keputusan akhir ada pada pengembang, dalam hal ini Jakpro atau Jakkon yang digunakan," jelasnya pada tanggal 10 Juli.
Editor : Pahlevi