Guru Besar UI Ungkap Survei Kompas Lemah, Punya Tujuan Penggiringan Opini

author Danny

- Pewarta

Selasa, 22 Agu 2023 22:51 WIB

Guru Besar UI Ungkap Survei Kompas Lemah, Punya Tujuan Penggiringan Opini

Optika.id - Secara Sebaran sampel,Survei terakhir yang dilakukan Litbang Kompas meragukan. Sebab, jumlah sampel cuma 1.364 orang untuk mencakup populasi seluruh Indonesia di 38 Provinsi, berarti tiap Provinsi rata-rata sampel cuma 36 orang. Dalam metodologi apapun, sampel itu terlalu kecil untuk menyimpulkan populasi.

Baca Juga: Guru Besar UI Sebut Masa Depan Demokrasi Indonesia Pesimis!

Guru besar Ilmu Komunikasi UI Zulhasril Nasirmenyatakan hal itu kepada wartawan, Selasa, (22/8/2023),menanggapi hasil survei Litbang Kompas tentang elektabilitas Capres yang baru saja dirilis pada 21 Agustus kemarin. Dalam data yang disajikan Kompas, Ganjar Pranowo unggul di angka 24,9 persen, Prabowo di 24,6 persen dan Anies Baswedan cuma meraih 12,7 persen.

Sebagai orang yang paham dan terlibatpenelitiansosial selama puluhan tahun, saya berpendapatapa yang disajian Kompas itu tidak ada nilainya. Hanya bermaksud mengiring opini seperti yang kehendaki mereka. Semakin jelas bagi kità survei ini dipaksakan untuk jadi head-line (HL) pada hari Senin dimana para pengambil keputusan otaknya sudah sehat usai liburan.

Menurut pengajar Departemen Komunikasi di FISIP UI dan beberapa kampus terkenal di Indonesia itu, sebaiknya kita selalu meragukan hasil survei atau polling pada masa menjelang pemilihan umum. Ada beberapa alasan yang menjadi dasarnya.

Pertama, jelas survei itu dilaksanakan berkaitan dengan pemilu. Pemilu berhubungan dengan suara (vote) seseorang untuk memilih partaicalon legislatif atau presiden. Padahal media dekat sekali dengan sebaran informasi kepada khalayak pemilik suara.

Maka tali temali antara pemilu, informasi media dan pemilik suara adalah sesuatu yang berarti bagi pihak tertentu dalam pemilu. katanya.

Faktor kedua, industri media tidak akan pernah beranjak dari bisnis karena merekaadalah perantara informasi yang memiliki nilai keuntungan (value,gain) kepada pihak lain sebagaimana iklan juga.

Ketiga, media massa memiliki apa yang dikenal dengan editor policy alias politik redaksi. Suatu pedoman internal redaksi untuk menentukan sesuatu dari banyak hal yang bersifat umum dan khusus. Semua yang menyangkut isi/konten adalah atas nama kebijakan/politik redaksi, seperti: pilihan halaman berita, pilihan narasumber, tipe huruf, bunyi judul serta uraian berita dan sebagainya.

Baca Juga: Harkristuti Harkrisnowo: Dulu Jokowi Mendengarkan Rakyat, Sekarang 'Walik Grembyang'!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Karena itu, tegas peraih Doktor Komunikasi dari Malaysia itu,redaksi (redaktur) tidak dapat disebut sebagai independen dalam makna yang sejati. Ia tetap saja sebagai alat dari politik redaksi media.

Warna-warni

Lalu begitu pulalah kita menilai berita Kompas dengan judul Ganjar dan Prabowo Bersaing Ketat si Puncak ? pada Halaman Utama yang dihiasi disain grafis warna-warni, serta pemakaian tipe huruf tebal melintang pada 5/7 kolom, sangat mendaulat perhatian.

Dari judul saja, Kompas hanya tonjolkan dua capres dari yang tiga. Anies hanya ditempatkan di buntut piramida terbalik, tidak dianggap penting. Mengapa begitu, jawabannya, itulah Kompas dalam menulis berita survei Pilpres. Kenapa Kompas melupakan Anies?

Baca Juga: Ini Kata Guru Besar UI Soal Sosok yang Akan Dampingi Anies di Pilpres 2024

Jawàbannya tentu, Anies tidak menarik dalam persaingan dua calon Prabowo dan Ganjar. Jawaban bisa juga, Anies telah akan kalah atau akan menang. Tidak ada arah ke kesimpulan terakhir ini. Namun tampilan grafis juga tidak menunjukkan bahkan Anies dalam angka terendah.

Kelemahan lainnya, sisi waktu dalam metodologi. Survei yang mencari kesahihan bukan dalam masa sebelum pemilihan tetapi ketika berlangsung. Survei yang mencari kepastian tapi arahnya pada persepsi responden jelas hanya dapat dimaklumi sebagai polling bukan dalam survei. Karena itu survei Kompas ini hanya dilihat sebagai polling semata.

Karena itu pula semakin tidak yakin saya bahwa hasil polling Kompas mendekati yang sahih, karena info lapangan malah suara untuk Anies Rasyid Baswedan semakin naik ketimbang Prabowo Dan Ganjar terutama di Sulsel, Kaltim, Jatim dan Jabar, demikian Zulhasril Nasir.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU