Adu Gagasan Capres, Ganjar dan Prabowo Rebutan Jokowi, Anies Belum Lepas!

author Danny

- Pewarta

Kamis, 21 Sep 2023 09:21 WIB

Adu Gagasan Capres, Ganjar dan Prabowo Rebutan Jokowi, Anies Belum Lepas!

Optika.id - Ketiga bakal calon presiden (Bacapres) Pilpres 2024 Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subiantosaling memaparkan gagasan mereka di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada Rabu (20/9/2023) kemarin.

Dalam acara 'Mata Najwa: 3 Bacapres Bicara Gagasan' yang disiarkan di Youtubeitu, bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan misalnya menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus independen seperti dahulu sebelum revisi UU KPK.

Selain itu Anies juga turut menyoroti indeks kebebasan berpendapat di Indonesia yang dirasa sedang bermasalah dengan memberiskor lima dari sepuluh angka. Sementara itu Bacapres dari PDIP Ganjar Pranowo menyampaikan salah satu targetnya yakni untuk menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia.

Ganjar juga menyinggung soal kualitas sumber daya manusia (SDM) RI dibandingkan TKA China. Terakhir, bacapres dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto mengaku memiliki program makan siang dan susu gratis di sekolah jika terpilih menjadi presiden.

Prabowo juga menegaskan bakal melanjutkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Sembako, Kartu Prakerja, hingga Program Keluarga Harapan. Ia mengatakan keberlanjutan program itu dalam rangka mengentaskan kemiskinan absolut di Indonesia.

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago memandang masing-masing bacapres membawa gagasan yang dekat secara personal. Ia memandang pelbagai gagasan yang dibawa ketiga bacapres sengaja dipilih untuk merepresentasikan posisi mereka dalam Pilpres 2024 mendatang.

Gagasan Anies misalnya, kata dia, memiliki pendekatan berbeda lantaran citra perubahan yang melekat kepada dirinya. Arifki menilai kebanyakan gagasan Anies dalam agenda kemarin berasal dari isu-isu yang kerap disuarakan publik.

Mulai dari isu kebebasan berpendapat, akuntabilitas serta penegakan hukum, hingga terkait daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Kondisi itu menurutnya berbeda ketimbang Ganjar dan Prabowo yang terkesan melanjutkan pelbagai program dari Presiden Joko Widodo.

"Anies memiliki pendekatan berbeda dengan lebih membawa isu soal SDM dan hak-hak publik. Anies secara politik memainkan narasi yang lebih melihat publik sebagai bagian dari program," jelasnya dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (20/9/2023).

Meski begitu, Arifki menilai dalam acara tersebut Anies masih terkesan 'tertahan' atau setengah-setengah menyampaikan gagasannya sebagai oposisi. Ia menduga hal itu salah satunya disebabkan oleh posisi Anies yang sarat dilematis.

Pasalnya meski mengusung wacana perubahan, dua partai besar pendukungnya yakni NasDem dan PKB saat ini masih menjadi bagian dari partai koalisi pemerintahan Jokowi.

"Saya lihat gagasan yang dikeluarkan Anies masih ditahan-tahan. Masih belum ada gagasan yang tegas oleh Anies untuk'All Out' sebagai oposisi. Masih sangat normatif untuk melihat isu yang akan dimainkan oleh Anies ke depannya," tuturnya.

Anieskurang berani sebagai oposisi

Pandangan tersebut juga diamini oleh Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul. Adib menilai pelbagai gagasan yang dibawakan oleh Anies masih terkesan umum dan tidak langsung spesifik membahas permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia.

Ia mencontohkan, dalam beberapa gagasannya Anies menyinggung soal kemerataan akses serta masyarakat yang adil dan makmur. Akan tetapi, kata dia, Anies luput berbicara soal langkah-langkah yang akan diambil terkait gagasan tersebut.

"Misalnya kalau ingin keadilan di sektor pendidikan, anggaran Kemendikbud yang tadinya segini saya naikkan, dampaknya kepada masyarakat nanti jadi begini," tuturnya.

"Itu kan bicara detail, jangan semuanya global dan akhirnya cap sebagai teoretis jadi melekat di situ. Sungguh disayangkan karena ini terjadi di diskusi," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Padahal menurutnya, Anies bisa saja memaparkan hasil-hasil kerjanya ketika dulu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk dijadikan contoh kepada publik. Oleh sebab itu, ia memandang Anies kurang memanfaatkan citranya sebagai oposisi dalam panggung tersebut.

"Seolah-olah tersandera dengan kawannya sendiri. Mau ngomong yang langsung gas tapi tertahan karena NasDem dan PKB DNA-nya partai koalisi pemerintah," jelasnya.

"Representasi oposisi gagal dimanfaatkan oleh Anies dalam panggung itu. Harusnya all out serang semuanya karena oposisi. Jadi menurut saya gagasan Anies tidak keluar semua. Masih pada tahapan narasi global," sambungnya.

Kondisi itu dinilai berbanding terbalik dengan gagasan-gagasan yang diusung oleh Ganjar dan Prabowo. Arifki menilai kedua bacapres itu mampu memberikan gagasan yang spesifik lantaran mengusung keberlanjutan program-program pemerintahan yang sudah ada.

Baik Ganjar maupun Prabowo misalnya yang berbicara soal program hilirisasi, menurut Arifki, keduanya sedang mencoba membangun citra sebagai sosok Presiden yang melakukan pembangunan berkelanjutan kepada publik.

"Artinya dua bacapres ini ingin menampilkan diri sebagai figur yang bakal melanjutkan program Jokowi. Baik secara simbol ataupun narasi," tuturnya.

Adib menilai langkah yang diambil Ganjar maupun Prabowo tersebut tidak terlepas dari upaya untuk menggaet suara-suara pendukung Jokowi. Sebab tidak dapat dipungkiri banyak hasil survei mencatat angka kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi masih ada di atas 70 persen.

Karenanya ia mengaku tidak heran apabila ada kemiripan gagasan yang disampaikan keduanya seperti soal hilirisasi ataupun investasi. Hal itu disebabkan sosok pemimpin yang dianggap sebagai 'penerus' berperan penting mendulang suara di Pilpres mendatang.

"Endorsment Jokowi masih penting untuk pertarungan Pilpres di 2024 terkait dukungan terhadap siapa. Jadi Jokowisme memang lagi perebutkan oleh Ganjar dan Prabowo makanya gagasannya tidak terlalu berbeda jauh," tuturnya.

Secara khusus, Adib mengatakan 7 gagasan strategis yang dipaparkan oleh Ganjar sejatinya merupakan penanda bahwa semua kebijakan Jokowi akan dilanjutkan. Menurutnya tidak ada satupun pernyataan Ganjar bahwa ada program Jokowi yang harus diperbaiki atau dianggap negatif.

"Komunikasinya jelas bahwa semua program Jokowi akan dilanjutkan. Jokowi adalah ganjar itu yang coba dimunculkan dalam diskusi. Bahwa Jokowi mengendorse Ganjar, makanya semua program itu sebenarnya meneruskan saja," jelasnya.

Di sisi lain, Adib menilai dalam agenda tersebut Prabowo juga tengah berupaya membangun citra sebagai sosok pemimpin yang legowo dan tegaspada saat bersamaan.

Menurutnya hal itu tercermin lewat pernyataan yang disampaikan oleh Prabowo soal isu dirinya menampar dan mencekik Wamentan Harvick Hasnul Qolbi ataupun ketika diejek saat sekolah di luar negeri.

"Ini yang menurut saya terus berusaha ditampilkan oleh Prabowo. Makanya ketika misalnya ada pertanyaan soal kader Gerindra korupsi, dia jawab dengan taktis bahwa sudah dicoret," ujarnya.

"Jadi penguatan itulah yang ketika melebur ke Kabinet Indonesia Maju menjadi jualan Prabowo sampai saat ini. Bahwa citra dia secara positif sebagai kesatria yang legowo , pemimpin yang mempunyai ketegasan," pungkasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU