Optika.id - Bursa calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 masih alot. Sejumlah tokoh digadang-gadang menjadi pendamping kedua bakal capres yang mendominasi hasil survei ini.
Salah satu sosok yang masuk bursa cawapres Ganjar atau Prabowo adalah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Posisinya sebagai gubernur Jawa Timur, dekat dengan NU, dan sosok pemimpin wanita menjadi pertimbangan utama masuknya nama Khofifah dalam bursa cawapres di Pilpres 2024.
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah adalah Pilar Kemajuan Bangsa dan Kemanusiaan
Profil Khofifah Indar Parawansa
Khofifah Indar Parawansa lahir di Surabaya, 19 Mei 1965. Saat ini Khofifah menjabat gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 dengan didampingi Emil Dardak sebagai wakil gubernur. Khofifah menikah dengan Indar Parawansa dan pasangan ini dikaruniai empat anak.
Khofifah memulai pendidikannya di SD Taquma pada 1972 dan lulus pada 1978. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di SMP Khadijah, Surabaya pada 1978 dan lulus pada 1981. Di tahun yang sama, ia melanjutkan pendidikan di SMAN 9 Surabaya dan lulus pada 1984.
Pada jenjang pendidikan perguruan tinggi, Khofifah mendapat gelar S-1 setelah menempuh pendidikan selama 7 tahun di FISIP, Unair (1984-1991). Di waktu yang sama ia juga menempuh pendidikan S-1 di Sekolah Tinggi Dakwah, Surabaya pada 1984-1989. Kemudian ia melanjutkan pendidikan S-2 di FISIP UI pada 1993-1997.
Sebelum menempuh pendidikan S-2, Khofifah sudah menjadi anggota DPR periode 1992-1997 dan memimpin Fraksi PPP di DPR. Pada 1995, Khofifah diangkat menjadi pimpinan Komisi VII DPR sampai tahun 1997. Periode selanjutnya, ia menjadi anggota komisi II DPR selama dua tahun, yakni 1997-1998. Pemilu pertama era reformasi pada 1999, Khofifah menjadi wakil ketua DPR sekaligus sekretaris Fraksi PPP di MPR.
Pada pemerintahan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Khofifah dipercaya menjadi menteri pemberdayaan perempuan dari 1999 sampai 2001 dan sekaligus menjabat ketua BKKBN.
Pada pemerintahan periode pertama Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Khofifah kembali ke lembaga legislatif dengan menjadi ketua Komisi VII DPR dan ketua Fraksi PKB pada periode 2004-2006.
Khofifah selanjutnya, dua kali mencoba peruntungan di Pilkada Jawa Timur (Jatim) 2008 dan 2013. Namun, dalam dua kali pilkada itu, Khofifah harus merasakan kekalahan dari Soekarwo atau Pakde Karwo. Dua kali kekalahan di Pilkada Jatim itu tak menyurutkan langkah politik ketua umum PP Muslimat NU ini.
Pada Pilpres 2014, Khofifah menjadi juru bicara pasangan capres-cawapres Jokowi-Jusuf Kalla (JK). Kemenangan pasangan ini mengantarkan Khofifah duduk sebagai menteri sosial.
Baca Juga: Debat Ketiga Pilgub Jatim: Khofifah-Emil Tekankan Jawa Timur Sebagai Gerbang Nusantara
Khofifah kemudian memutuskan mengundurkan diri sebagai menteri sosial pada 2018 untuk mengikuti Pilgub Jatim kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada Pilgub Jatim ketiga kalinya ini, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Dardak meraih kemenangan dengan meraih 10,4 juta suara atau 53,55 persen dari jumlah suara sah mengalahkan pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno yang mendapatkan 9,07 juta suara atau 46,45 persen.
Selama mejabat sebagai gubernur Jawa Timur, Khofifah mendapatkan sejumlah penghargaan. Khofifah mendapat penghargaan sebagai gubernur/kepala pemerintahan provinsi terbaik pada acara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Award 2019 yang digelar pada November 2019 di Bali.
Di bulan yang sama, ia mendapatkan penghargaan sebagai alumni berprestasi Unair dan mendapatkan dua penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri, yakni Pemprov Jatim sebagai pembina ormas terbaik dan Khofifah selaku ketua umum PP Muslimat NU untuk kategori penghargaan khusus bakti sepanjang masa atau long life achievement untuk Muslimat NU.
Di masa pendemi Covid-19, Khofifah meraih dua penghargaan sekaligus dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri). Dua penghargaan itu diberikan untuk Nuzulul Quran 1441 H secara daring pertama di dunia dan Khotmil Quran Kubro secara daring terbanyak di dunia. Ia juga mendapatkan penghargaan PWI Special Award dari Persatuan Wartawan Indonesia atas kepedulian dan kedekatannya dengan insan media.
Baca Juga: Muhammadiyah Peringati Milad yang Ke-112, Khofifah Ucapkan Selamat
Pada 2022, Khofifah meraih penghargaan melalui inovasi ekonomi berbasis pesantren (ekotren) dalam ajang Top Inovasi Pelayanan Publik Terpuji yang diselenggarakan oleh Kementerian PAN dan RB.
Khofifah Indar Parawansa memiliki total kekayaan sebesar Rp 25,09 miliar berdasarkan LHKPN yang dilaporkan pada 21 Maret 2023.
Harta Khofifah tersebut terdiri dari tanah dan bangunan dengan total nilai Rp 17,93 miliar. Jumlah itu terdiri dari 35 bidang tanah, bangunan, serta tanah dan bangunan yang tersebar di Makassar, Palu, Donggala, Sigi, Gowa, Sidoarjo, Surabaya, Jakarta Selatan, Takalar, dan Purwakarta. Semuanya tercatat sebagai hasil sendiri, kecuali satu di Kota Surabaya yang tercatat sebagai warisan.
Khofifah juga melaporkan memiliki alat transportasi dan mesin dengan nilai sebesar Rp 872,7 juta. Kendaraan miliki Khofifah itu terdiri dari mobil Toyota Kijang Innova tahun 2006, mobil Toyota Alphard tahun 2018, dan motor Honda tahun 2022. Selain itu, ia juga tercatat memiliki harta bergerak lainnya sebesar Rp 602 juta dan kas setara kas sebesar Rp 5,69 miliar. Khofifah tercatat tidak memiliki utang.
Editor : Pahlevi