Optika.id - Jelang Pilpres 2024, Prof M Din Syamsuddin MA PhD menyarankan enam hal buat warga Muhammadiyah. Dilansir dari PWMU.CO, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 2005-2010 dan 2010-2015 ini mengatakan latar belakang yang mendorongnya menyampaikan keenam hal tersebut.
Sehubungan banyaknya pertanyaan dari warga Muhammadiyah pada kesempatan kunjungan ke daerah-daerah dan juga secara langsung tentang sikap politik warga Muhammadiyah pada Pilpres 2024, saya sampaikan pikiran-pikiran berikut, ujarnya, Jumat (10/11/2023).
Baca Juga: 112 Tahun Muhammadiyah dan Harapan Masyarakat
Pertama, sesuai Khittah tahun 1971, Muhammadiyah tidak mempunyai hubungan struktural, organisatoris, serta tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. Maka dapat dipahami organisasi Muhammadiyah tidak memiliki hubungan kelembagaan dengan pasangan Capres-Cawapres manapun, tegas Prof Din.
Maka, Prof Din mengingatkan, Jangan ada lembaga baik Muhammadiyah maupun ortom-ortom dan amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang menarik warga Muhammadiyah memilih pasangan capres-cawapres tertentu!
Kedua, Prof Din menegaskan, selama ini Muhammadiyah memberi kebebasan kepada anggotanya untuk berjuang melalui berbagai partai politik. Tentu dengan niat membawa nilai-nilai dan panji Muhammadiyah ke partai masing-masing, ungkapnya.
Hanya yang terjadi, sambungnya, banyak kader Muhammadiyah dari partai politik membawa kepentingan pribadi dan partai ke Muhammadiyah. Tentu ini buruk bagi Muhammadiyah, terang Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2014-2015 ini.
Ketiga, sesuai Khittah pengembangan sejak Tanwir Denpasar tahun 2022 bahwa Muhammadiyah harus aktif dalam politik kebangsaan, Prof Din mengimbau, Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah jangan pernah berhenti mengkritik atau mengoreksi kebijakan negara dan pemerintah yang merupakan kemungkaran struktural.
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah adalah Pilar Kemajuan Bangsa dan Kemanusiaan
Sebab, kata Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) ini, kerusakan struktural yang terjadi terakhir ini harus menjadi sasaran dakwah amar makruf nahi munkar Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keempat, Prof Din menekankan, warga Muhammadiyah tidak boleh memandang Pilpres 2024 sebagai peristiwa politik rutin dan biasa dengan sikap yang pragmatis, apalagi oportunistik, baik dengan sikap pasif maupun dengan sikap safety player (cari aman).
Kelima, dalam menentukan pilihan terhadap pasangan capres-cawapres perlu berdasarkan keyakinan bahwa mereka akan peduli secara sebenar-benarnya terhadap aspirasi dan kepentingan umat Islam dalam kerangka bangsa Indonesia yang majemuk. Warga Muhammadiyah perlu mengedepankan mata hati dan mata pikiran dalam menentukan pilihan! tutur alumnus University California Los Angeles (UCLA) ini.
Seyogyanya, sambung Prof Din, warga Muhammadiyah tidak terjebak pada perasaan dan kepentingan sesaat. Semisal memilih figur yang sering datang ke acara-acara Muhammadiyah, menjanjikan posisi politik kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah, tapi pada kenyataannya kebijakan-kebijakan mereka tidak berpihak kepada Muhammadiyah dan umat Islam. Kita kenyang pengalaman tentang orang-orang seperti itu pada pilpres demi pilpres, ungkapnya.
Baca Juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Keenam, Prof Din menilai, Wis wayahe (sudah saatnya) warga Muhammadiyah memiliki literasi politik berdasarkan moral politik dari Islam untuk memilih pasangan capres-cawapres berdasarkan pesan Rasul Man ashabaha la yahtammu bi umuril Muslimin falaisa minhum.
Artinya, Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka bukanlah (bagian) dari mereka.
Menurutnya, tentu hal demikian perlu dikaitkan dengan keyakinan bahwa pasangan itu paling diyakini dapat membawa bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita nasionalnya. Dan benar-benar mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia! ujarnya.
Editor : Pahlevi