Stafsus Presiden: Jokowi Akan Balas Kritik Akademisi, Tunggu Waktunya!

author Danny

- Pewarta

Jumat, 09 Feb 2024 10:12 WIB

Stafsus Presiden: Jokowi Akan Balas Kritik Akademisi, Tunggu Waktunya!

Jakarta (optika.id) - Staf khusus presiden, Billy Mambrasar, mengatakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan merespons kritik para akademisi dan guru besar pada waktu yang tepat.

Kalau ditanya apakah presiden mendengar, presiden mendengar. Ada tim khusus yang kemudian melakukan telaah untuk melakukan respons tentunya mengikuti sistem kenegaraan yang ada, jelas Billy dalam dialog Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (8/2/2024) malam.

Saat ditanya kapan waktu yang tepat tersebut, Billy justru balik bertanya apakah ini waktu yang tepat bagi pihak-pihak yang dianggapnya partisan, untuk menyampaikan kritik.

Apakah ini saat yang tepat ketika kita akan melakukan pemilu dengan harapan pemilu aman, nyaman dan kondusif, lalu partisan sekitar 30 kampus dari 4.500 kampus dan sekian profesor dari ratusan profesor, sebagian besar profesor tidak bersuara dan menyampaikan apresiasi positif atas performance Jokowi? tanyanya.

Apakah itu juga saat yang tepat bagi mereka melakukan manuver politik untuk melakukan ekpresi ini?

Ia mempertanyakan kenapa kritik dan keprihatinan terhadap kondisi demokrasi tidak disampaikan sebelumnya.

Apakah ada keinginan agar masyarakat resah? Padahal semuanya excited untuk pemilu, semua excited untuk memilih, menyoblos, ujarnya.

Billy pun meminta agar tidak ada pihak yang memunculkan "disinformasi" dan "pendapat-pendapat yang tidak berdasar."

Saat disebut bahwa aksi yang dilakukan sivitas akademika sejumlah kampus tersebut dipicu oleh pernyataan Jokowi yang menyebut presiden boleh berkampanye, Billy kemudian bertanya kapan presiden berkampanye.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Semua pembicara (dalam dialog Sapa Indonesia Malam) juga belum menunjukkan bukti kapan secara gamblang presiden berkampanye, kata Billy.

Kapan presiden kampanye? Kapan presiden menyampaikan, Pilih anak saya Gibran? Tidak ada juga rekam jejaknya."

Menanggapi pernyataan Billy tersebut, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Simon Petrus Lili Tjahjadi, mengatakan kampanye tidak harus dilakukan secara blak-blakan.

Tetapi kan kampanye tidak harus kemudian kelihatan blak-blakan begitu. Saya membagi sesuatu di jalanan, lalu ada latar belakang foto siapa, itu kan sebenanrnya sudah dukungan juga, ungkap Simon dalam dialog yang sama.

Manusia, kata dia, merupakan makhluk simbolis, sehingga simbol-simbol itu bisa ditafsirkan.

Penafsiran itu legitimate. Tidak harus kemudian mengatakan blak-blakan dukung A, dukung B, tidak ada yang mengatakan begitu, saya yakin. Tetapi simbol-simbolnya menyatakan demikian, tuturnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU