Oleh: Agus Triyono, S.Pd, dan Suyanto, M.Si
Surabaya (optika.id) - Munculnya beragam fenomena alam kemanusian menjelang pesta demokrasi, Rabu 14 Februari 2024 adalah gaya lama di negeri ini yang telah muncul lama dan tak.kunjung dibenahi. Siapa yang harus disalahkan?. Pemerintah, kampus FISIP, Sekolah, LSM, KPU, politikus, atau anggota DPR DPRD.? Beragam peristiwa politik di tengah masysrakat seperti bagi-bagi amplop bergambar capres/caleg, sembako, pemasangan media peraga kampanye yang menyalahi.prosedur, kisah curi start, koar-koar tentang calon yang tidak representatif dengan data, serangan fajar, serangan dhuha, dan beragam fenomena megatrend di bulan-bulan politik lainnya adalah potret tradisi ke-Nusantara-an. Kesalahan alamiah yang terus ada dan akan terus ada bahksn terus diadakan, ini justru nantinya akan mengerdilkan nalar politik praktis di tengah masyarakat.
Perbedaan Pendapat Akan Memunculkan Debat Kusir di Tengah Masyarakat
Tak ayal beragam peristiwa politik tradisional itu sejatinya akan menjadi pembicaraan yang buruk di tengah budaya tradisional itu sendiri. Bahkan di grup-grup WA milik komunitas atau keormasan, percikan debat kusir di WA bermunculan. Tak etis sebenarnya diungkap di media.mainstream ini. Tetapi apa boleh buat, ternyata (maaf) debat kaleng-kaleng itu menjadi lelucon publik yang menggelikan, karena nalar politiknya masih dangkal dan dianggap remeh temeh. Orang-orang dewasa di perkotaan dan perdesaan sudah.lanyah bicara politik kebangsaan sedangkan kaum milenialnya sibuk mendeteksi dimana ada tokoh.bagi-bagi.uang mereka mendekat dan benar-benar berpraktik politik, karena nalar politiknya belum terasah secara emosional. Pengembaraan ilmu politiknya pun masih belum selebar orang dewasa. Inilah yang dalam kondisi lokal orang menyebutnya sebagai kecelakaan polutik. Politik affairs ini makin lama dipredikai akan menjadi politik.hitam yang dikomandani anggota inti dan dinilai mampu untuk berbuat banyak bagi orang kebanyakan.
Cara sederhana yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah Kabupaten Bondowoso (Sabtu, 27 Januari 2024) adalah Diklat Jurnalistik dan Sastra yang dilaksanaka di Aula.lantai 2 SD Muhammadiyah. JL MT.Haryono nomor 10 Kauman Kotakulon Bondowoso. Meski tidak secara vulgar mengarah ke ranah pendidikan politik rakyat, tetapi substansi jurnalistik akan memahamkan dan mencerahkan pe ndidikan yang tak hanya berada dalam dimensi politik ansig akan tetapi semua ranah musti dilalui menjadi sawah besar dunia pendidikan di Indonedia. Agus Triyono lebih memandang bahwa semua lini kehidupan harus dianggap urgen atau penting dan menjadi ladang amal yang diurgenkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pendidikan politik dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat merupakan keniscayaan. Sejak sekian kali pergantian mendikbud, belum ada kurikulum tentang pendidikan politik rakyat. Sementara Aniies Rasyid Baswedan dengan mudahnya membuat mata.kuliah baru Anti KKN di Indonesia ketika menjadi rektor termuda di Universitas Paramadina Jakarta. Ini butuh etos dan nyali yang kuat serta keberanian untuk memulainya. Terakhir, kita ingat pendapat Bertolt Brecht, bahwa buta terburuk adalah buta politik. Camkan.
Penulis Pertama adalah Kepala SMK Muhammadiyah Bondowoso.
Penulis Kedua adalah Esais dan pengarang prosa. Ketua Forum Banyuwangi untuk Kebudayaan (ForBuK) Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) cabang Banyuwangi dan Staf ahli Dewan Pendidikan Kabupaten Banyuwangi itu kini tinggal di Gentengkulon sebagai guru sastra di SMPN 1.
Editor : Pahlevi