PKB dan PBNU Masih Terus Berseteru, Benarkah Karena Dendam Masa Lalu?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Kamis, 22 Feb 2024 13:10 WIB

PKB dan PBNU Masih Terus Berseteru, Benarkah Karena Dendam Masa Lalu?

Surabaya (optika.id) - Pilpres 2024 kali ini seolah tidak habis serba-serbi menarik yang patut dijadikan bahasan. Salah satunya adalah genderang perseteruan PBNU dan PKB. Hal ini dimulai dari Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf, yang mengajak PKB untuk kembali ke jalan yang sama seperti Nahdlatul Ulama (NU).

“Kembalilah ke jalan yang benar, yakni jalan yang sesuai dengan Nahdlatul Ulama,” kata Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (18/2/2024).

Baca Juga: Jubir AMIN: Putusan MK Besok Dihadiri Pak Anies-Muhaimin

Mantan wakil Gubernur Jawa Timur ini pun meminta agar PKB menerima hasil pemilu dengan legowo dan kembali ke NU. Gus Ipul juga mengingatkan bahwa PKB bukanlah parpol peserta pemilu untuk pertama kali sehingga seharusnya, menurut Gus Ipul, PKB paham keakuratan quick count atau hasil hitung cepat.

Dia mengklaim bisa memahami bahwa PKB bisa melaporkan hasil Pilpres 2024 jika ada masalah, namun, Gus Ipul ini meminta kepada PKB agar menjaga kesejukan proses demokrasi. Sebaiknya, PKB tidak berlarut-laru dalam masalah pemilu, tutur Gus Ipul.

“Mintalah nasihat kepada Rais Aam dan Ketua Umum [PBNU] bagaimana langkah-langkah PKB ke depan. Kalau menyadari bahwa partai ini didirikan NU, sudah sepantasnya PKB kembali ke NU,” tuturnya.

PBNU, kata Gus Ipul, sekalipun tidak pernah memusuhi PKB. Namun, PBNU menyayangkan langkah politik dari elite PKB yang tidak pernah mendengarkan ulama dan kyai. Gus Ipul menyebut bahwa hasil Pilpres kemarin jauh dari keinginan ulama, meski PKB dipercaya oleh warga NU.

“PKB salah mengambil jalan sehingga menimbulkan langkah yang membingungkan ulama, kiai, juga membingungkan warga NU. Bisa dilihat hasil pemilu ini. Jadi, segeralah kembali ke pangkuan NU,” tuturnya.

Menanggapi Gus Ipul, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin turun tangan. Dia meminta agar public tidak menghiraukan pernyataan Gus Ipul. Sebaliknya, dia menyerang Gus Ipul dengan istilah menohok, yakni makelar.

"Selamat pagi para pejuang perubahan! Teruslah bekerja menjaga suara rakyat. Jangan hiraukan makelar yang namanya saipul, mengatas namakan NU, padahal cuma makelar," kata Cak Imin dikutip Optika.id dari akun @cakiminNOW di X, Kamis (22/2/2024).

Baca Juga: PKB Resmi Buka Pendaftaran Kepala Daerah, Kader Internal dan Eksternal Dipersilahkan

Analis Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin mengomentari perseteruan PBNU dan PKB itu tidak bisa dilepaskan dari posisi kedua petinggi organisasi yang telah berseteru sejak lama. Kondisi PBNU yang berkonflik dengan PKB, kata Ujang, disebabkan oleh Gus Yahya yang menjadi Ketua PBNU merupakan bagian pengurus PKB Gus Dur yang merupakan lawan dari PKB Muhaimin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Perseteruan PBNU dengan PKB bukan sesuatu yang aneh. Saat ini PBNU-nya Gus Yahya berseteru (dengan PKB) karena memang beda kubu dari dulu. Gus Yahya dulu kubunya Gus Dur, PKB Gus Dur, dan pernah jadi wasekjen di PKB Gus Dur. Jadi memang berlawanan berlawanan dengan kubu PKB Cak Imin," kata Ujang kepada Optika.id, Kamis (22/2/2024).

Gus Yahya, sebut Ujang, sudah dipastikan berlawanan dengan Cak Imin karena hal itu adalah dendam lama ketika terjadi perebutan PKB Gus Dur dan PKB Muhaimin. Di sisi lain, Ujang menilai wajar jika Gus Ipul berkata demikian lantaran Gus Ipul sendiri berseberangan serta mengkritik PKB karena sama-sama bagian dari PKB Gus Dur itu sendiri.

"Jadi sudah lama berjalan. Itu konflik-konflik masa lalu yang terus berjalan hingga kini,” tambahnya.

Kedua lembaga ini pun menurut Ujang bakal terus bersaing dan sulit untuk melakukan rekonsiliasi. Posisi PBNU, dalam konteks Pilpres 2024 ini lebih dekat dengan pasangan Prabowo-Gibran dan Jokowi. Berbeda dengan PKB yang mengusung pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) dengan semangat perubahannya.

Baca Juga: Cak Imin Beberkan Alasan Unggah Foto dengan Sufmi Dasco, Kenapa?

Lantas, mungkinkah PKB masuk ke dalam kabinet Prabowo-Gibran yang sementara itu berada di posisi menang berdasarkan survei hitung cepat, di tengah keberadaan orang-orang PBNU di dalam kubu tersebut?

Ujang menegaskan jika sejatinya, hal tersebut kembali kepada kepemimpinan Prabowo-Gibran sendiri. meskipun demikian, dia menduga bahwa jatah PBNU dan PKB nantinya akan berbeda.

"Ya, ada lahan masing-masing. Ada jatah masing-masing. Soal PKB berapa kursi, NU berapa kursi, tergantung Prabowo-Gibran," pungkasnya.

 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU