Perlakuan Yang Tidak Adil Terhadap Korban Palestina

author Dani

- Pewarta

Sabtu, 06 Apr 2024 09:44 WIB

Perlakuan Yang Tidak Adil Terhadap Korban Palestina

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Di Tempat Saya Satu Bungkus Nasi Rp 5.000,-

Surabaya (optika.id) - Serangan udara Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan di Gaza bergema di seluruh dunia, Dunia berduka atas kehilangan mereka yang mengantarkan makanan ke Palestina yang terkepung dengan badan amal World Central Kitchen *WCK). Mereka yang tewas adalah tiga warga negara Inggris, seorang Australia, seorang warga negara Polandia, seorang warga negara ganda Amerika-Kanada dan seorang Palestina. Beberapa telah berkeliling dunia, berpartisipasi dalam upaya bantuan setelah perang, gempa bumi dan kebakaran hutan.

Chef sekaligus pendiri World Central Kitchen (WCK) Jose Andreas mengatakan serangan Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan makanan di Gaza sudah ditargetkan sebelumnya. Jose mengungkap militer Israel mengetahui gerakan para pekerja bantuan setiap harinya. Dalam pengakuannya, Jose Andreas mengatakan serangan Israel terhadap WCK terjadi dengan sistematis dan terukur yang sudah direncanakan. Hal ini lantaran Jose menjalin komunikasi dengan intes dengan militer Israel terkait pergerakan WCK. "Ini bukan sekedar situasi sial dimana ‘oops’ kami menjatuhkan bom di tempat yang salah. Iniberjarak lebih dari 1,5, 1,8 kilometer, dengan konvoi kemanusiaan yang sangat jelas yang memiliki tanda-tandadi bagian atas, di atap, logo yang sangat berwarna-warni yang tentunya sangat kami banggakan,” kata Jose Andreas, dikutip Reuters, Kamis (4/4/2024).

Para pemimpin dan media di Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di Eropa, Kanada, Australia mengutuk serangan tentara Israel IDF kepada ketujuh pekerja sosial WCK itu dan meminta pemerintah Israel menyelidiki insiden itu dan menghukum para pelakunya. Beberapa politisi Inggris meminta pemerintahnya untuk menghentikan bantuan militer kepada Israel.

Baca Juga: Komunikasi Politik Yang Menyentuh Perasaan

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Jumat menyatakan keprihatinan serius atas laporanbahwa Israel menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence untuk mengidentifikasi target di Gaza, yang mengakibatkan banyak kematian warga sipil karena kesalahan identifikasi di sistem algoritmenya. Pemerintah Israel menyatakan bahwa pembunuhan terhadap 7 pekerja sosial itu karena kesalahan identifikasi dan dua komandan tentara Israel-IDF yang terlibat dalam insiden itu dipecat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dunia barat menunjukkan sikap yang keras mengtuk serangan Israel terhadap pekerja WCK, namun kenapabarat diam seribu bahasa terhadap kekejaman tentara Israel yang membunuh sekitar 33.000 lebih warga Gaza Palestina. Dunia barat juga diam ketika pemerintah Israel membolokade Gaza dari bantuan makanan, air, bahan bakar dan medis yang mengakibatkan ribuan orang terutama anak-anak mati karena kelaparan dan tidak mendapatkan pelayanan medis. Para warga Palestina yang kelaparan dan berada di antrian panjang untuk menerima bantuan juga dibunuh oleh bom-bom tentara Israel. Ibu-ibu Palestina yang sudah melambaikan bendera putih pun juga dibunuh oleh sniper tentara Israel. Para dokter dan perawat di berbagai Rumah Sakit di Gaza juga dibunuh oleh IDF. Nampaknya kebijakan pemerintah dan militer Israel itu tidak menghancurkan pasukan perjuangan Hamas di Gaza, namun ingin melenyapkan seluruh bangsa Palestina dari tanah airnya. Bahkan seorang politisi Israel menyarankan agar untuk melenyapkan warga Palestina itu lebih baik digunakan bom nuklir.

Baca Juga: Pelajaran dari Kejadian di Kenya

Atas semua insiden yang brutal dan kebijakan genosida pemerintah Israel itu dunia barat diam.

Karena itu kita bertanya apakah nyawa ribuan orang Palestina itu oleh barat dianggap tidak ada nilainya dibandingkan dengan nyawa 6 pekerja WCK yang berasal dari negara barat (satu korban adalah warga Palestina yang bertugas sebagai sopir)?.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU