Jerusalem (optika.id) - Menteri Israel Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan darurat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu, menarik satu-satunya kekuatan sentris dalam koalisi sayap kanan pemimpin tersebut di tengah perang yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di Gaza.
Kepergian partai berhaluan tengah Gantz tidak akan menimbulkan ancaman langsung terhadap pemerintah. Namun hal ini bisa berdampak serius, membuat Netanyahu bergantung pada kelompok garis keras, perang Gaza yang tidak akan berakhir dan kemungkinan peningkatan pertempuran dengan Hizbullah Lebanon.
Baca Juga: Kelaparan Mengancam Gaza: Toko Roti Tutup Akibat Kekurangan Pasokan
Bulan lalu, Gantz memberi Netanyahu tenggat waktu 8 Juni untuk menghasilkan strategi yang jelas di Gaza, di mana Israel telah melancarkan serangan militer yang menghancurkan terhadap kelompok militan Palestina yang berkuasa, Hamas.
Netanyahu menepis ultimatum tersebut segera setelah diberikan.
Pada hari Minggu, Gantz mengatakan politik mengaburkan keputusan strategis yang menentukan dalam kabinet Netanyahu. Berhenti ketika para sandera masih berada di Gaza dan tentara yang berperang di sana adalah keputusan yang sangat menyakitkan, katanya.
Baca Juga: Hizbullah Deklarasikan 'Kemenangan Besar' atas Israel
Netanyahu menghalangi kita untuk mencapai kemenangan sejati, kata Gantz dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Itulah sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati namun dengan penuh keyakinan," ucapnya dilansir dari Reuters.
Baca Juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Netanyahu menanggapinya dalam sebuah postingan di media sosial, mengatakan kepada Gantz bahwa ini bukan waktunya untuk meninggalkan medan perang.
Dengan kepergian Gantz, Netanyahu akan kehilangan dukungan dari blok sentris yang telah membantu memperluas dukungan bagi pemerintah di Israel dan luar negeri, pada saat tekanan diplomatik dan domestik meningkat delapan bulan setelah perang Gaza.
Editor : Pahlevi