Pesan Kesetaraan Dari Rasul

author Pahlevi

- Pewarta

Minggu, 16 Jun 2024 14:37 WIB

Pesan Kesetaraan Dari Rasul

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah 

Baca Juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump

Surabaya (optika.id) - Pada saat hampir 2 juta ummat Islam berkumpul di padang Arafah sebagai puncak ibadah haji hari Saptutanggal 15 Juni 2024 lalu saya menemukan unggahan diatas dari akunnya Paul Williams seorang Mualaf Inggris lulusan university of London dibidang filsafat dan theology yang memiliki podcast terkenal Blogging Theology. Unggahannya itu tentang penggalan khutbah terakhir Kanjeng Nabi Muhammad SAW di Haji Wada atau haji perpisahan.

Unggahan Paul Williams diatas adalah deklarasi prinsip-prinsip Islam tentang persamaan hak dan martabat manusia tanpa memandang ras, suku bangsa dan warnakulit. Wahai segenap manusia! Sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa (Satu), dan nenek moyangmu adalah satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang yang bukan Arab, atau non Arab yang merasa unggul terhadap Arab, demikian pula tidak ada orang kulit putih yang merasa unggul terhadap orang berkulit hitam dan sebaliknya, melainkan dengan takwa dan berbuat kebajikan. Demikian terjemahan unggahan sang Muallaf itu.

Prinsip hak azasi manusia tentang kesetaraan manusia itu dikumandangkan Rasul di padang Arafah menandakan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan ras, suku, warna kulit dan bangsa 1.400 tahun lalu. Man is Created Equal manusia diciptakan sama. Tidak boleh ada suku atau bangsa yang merasa lebih unggul atau mulia dibandingkan suku atau bangsa lain. Persamaan derajat manusia itu ditunjukkan dalam ibadah haji itu dimana jutaan lautan manusia berdesakan sambil memuji nama Allah, mereka yang berdesakan itu tidak membedakan status duniawi, presiden, perdana menteri, raja, menteri, jendral, direktur, orang laing kaya, selebriti dsb berdesakan dengan orang yang berstatus biasa seperti pegawai, buruh, supir, petani dsb. 

Baca Juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol

Kita membaca sejarah kelam bagaimana suatu bangsa merendahkan bangsa lain. Bangsa-bangsa penjajah seperti Inggris, Belanda, Belgia, Perancis, Jerman dan Itali yang menjajah negara-negara di Afrika selama ratusan tahun menganggap bangsa Afrika yang berkulit hitam itu derajatnya rendah dan karena itu dengan mudahnya penjajah itu membunuh jutaan orang Afrika. Pada perang dunia ke 2 tahun 1939-1945, Nazi Jerman memandang orang keturunan Yahudi dan minoritas lainnya derajatnya dibawah bangsa Aria yang diklaim pemimpin Nazi Hitler sebagai suku bangsa yang murni derajatnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jejarah kelam juga terjadi ketika ada pembunuhan masal atau genosida di Rwanda Afrika ketika ada perang saudara antara suku Hutu dan Tutsi tahun 1994 dimana sekitar 800.000 orang Tutsi sebagai minoritas dibunuh oleh suku mayoritas dengan menggunakan klewang, pedang dijalan-jalan, di desa-desa.

Baca Juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Sekarang kita sedang menyaksikan pembataian bangsa Palestina di Gaza oleh tentara Israel yang menganut ideologi zionisme dan selama 75 tahun melakukan kebijakan apartheid dengan membatasi hak-hak warga Palestina. Genosida yang dilakukan pemerintah dan tentara Israel terhadap warga Gaza itu dilakukan dengan anggapan bahwa orang Palestina itu derajatnya dibawah manusia atau sub-human, ada pejabat Israel yang menggunakan kata human animal dalam menyebut bangsa Arab Palestina itu, bahkan ada pejabat tinggi Israel yang usul agar seluruh warga Arab palestina itu di bom nuklir saja biar terbunuh semua.

Khutbah Rasul di Arafah itu sangat berarti bagi kemanusiaan saat ini karena memberi konfirmasi bahwa dalam ajaran Islam kita tidak boleh membedakan suku, bangsa, warna kulit dsb. Karena yang paling mulia dihadapan Allah bukanlah klaim suatu bangs aitu lebih unggul dari bangsa lain, melainkan yang paling takwa kepada sang Pencipta.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU