Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Deteksi Penyakit Rematik Lewat Kuku

author Danny

- Pewarta

Selasa, 13 Agu 2024 11:05 WIB

Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Deteksi Penyakit Rematik Lewat Kuku

Malang (optika.id) - Mahasiswa lintas program studi UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) bekerjasama ciptakan alat deteksi dini penyakit rematik melalui kuku. 

Penyakit rematik merupakan penyakit autoimun dengan gangguan peradangan jangka panjang pada sendi. Penyakit ini, sering ditemui pada lansia, tetapi orang dewasa atau remaja juga dapat mengalami. 

Baca Juga: UMM Latih Warga Batu, Buat Bakso Rumput Laut

Abi Mufid Octavio, salah satu anggota tim pembuat alat itu mengatakan penyakit ini sudah memasuki masa akut, tak dapat disembuhkan sehingga bisa lumpuh, Senin, (12/8/2024). 

Maka, perlu adanya identifikasi dini untuk mengetahui potensi seseorang terkena penyakit rematik. Alat pendeteksi ini, telah diujicobakan kepada 100 sampel dan mendapatkan respon positif. 

"Sampel kami banyak, mulai remaja, dewasa dan lansia. Usai menggunakan alat kami untuk deteksi dini, kemudian melakukan recheck lebih lanjut, ternyata didapati hasil efektif," ujar dia. 

Abi kembali mengatakan, alat itu bekerja dengan analisis kondisi kuku, mulai dari tekstur, ridging atau berlubang, kuku menguning, rapuh dan pendarahan serpihan. 

Baca Juga: Bantu Tingkatkan Produksi Pertanian, UMM Luncurkan Profeed

Kondisi itu tidak dapat dilihat secara langsung lewat mata telanjang, jika ditemukan indikasi rematik, akan dilakukan observasi lebih lanjut dengan dokter. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Indikasi rematik itu banyak, alat kami bertugas memvisualisasi hasil dari kuku yang telah difoto untuk diidentifikasi lebih lanjut," terangnya. 

Setiap inovasi, ia mengaku dibuat pasti mengalami kesulitan dalam pengembangan. Itu berlaku juga bagi timnya. 

Baca Juga: UMM Kembali Jadi Tuan Rumah Final Kontes Kapal Tak Berawak Nasional

Tim ini memerlukan waktu lebih dari satu bulan untuk melakukan pengembangan untuk inovasi itu. Kedepannya, alat itu akan dibuat secara massal untuk menambah ragam inovasi dalam dunia kesehatan. 

"Dengan biaya produksi sebesar 7 juta, kami nilai itu dana kecil untuk inovasi dalam dunia kesehatan. Ke depan, kami akan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang nantinya dapat di komersialkan," ujar dia. 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU