Pengamat Hubungan Internasional: Trump Proteksionis, Harris?

author Pahlevi

- Pewarta

Selasa, 17 Sep 2024 01:00 WIB

Pengamat Hubungan Internasional: Trump Proteksionis, Harris?

Optika.id - Probo Darono Yakti, pengamat Hubungan Internasional (HI) dari Fisip Universitas Airlangga, memprediksi jika Donald Trump menang maka policy ekonominya bakal proteksionis. Hal itu sama halnya dengan AS (Amerika Serikat) yang menantang Tiongkok. Kemungkinan akan ada penaikan tarif pada komoditas barang tertentu.

Pengamat politik internasional itu menganggap jika Trump menang bisa memberi arti khusus bagi Indonesia. Kemenangan Trump bakal mengarahkan policy ekonominya konsentrasi dan proteksi ekonomi nasional sehingga bisa menimbulkan persoalan bagi hubungan ekonomi dengan negara tertentu, termasuk Indonesia. Tradisi Partai Republik dan karakter Trump selama menjadi presiden 2017-2021 menunjukkan hal tersebut, urainya lebih lanjut lewat WhatsApp kepada Optika.id, Senin (16/9/2024).

Baca Juga: Trump Terpilih Jadi Presiden, Bagaimana Nasib Palestina?

Pada aspek hubungan diplomatik, kemenangan Trump bakalmenimbulkan efek-efek kejutan, kata Probo lebih lanjut. Menurutnya kejutan itu bisa khusus bagi Indonesia. Hal itu terjadi karena pendekatan yang hawkish atau koersif bagi konstelasi regional, lanjut dosen muda HI tersebut.

Sementara itu dalam bidang militer dan keamanan, Indonesia justru akan banyak merasakan kerja sama keamanan berbasis pada keuntungan daripada sebatas fungsionalitas.

Di sisi lain, jika Kamala Harris yang menang bakal memberi arti khusus bagi perekonomian Indonesia. Menurut Probo jika Harris yang menang maka bakal banyak menguntungkan Indonesia karena membuka peluang kerja sama multilateral dalam perekonomian internasional.

Kemenangan Harris bakal mengurangi suasana perang dagang internasional. Dampak negatif perang dagang yang timbul akibat kepemimpinan Trump terdahulu akan berkurang.

Harris akan menekankan nilai diplomasi berbasis nilai-nilai khususnya demokrasi pada Indonesia, urai Probo yang juga menjabat Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan Dewan Kesenian Jawa Timur.

Dampak internasional jika tokoh Partai Demokrat itu menang bakal memberi ruang luas bagi aktivitas HAM (Hak Asasi Manusia). Warna policy HAM itu bakal sama dengan yang ditekankan oleh Presiden Biden saat ini.

Selain itu, di bidang keamanan dan militer AS akan menekankan pada kerja sama multilateral sehingga mencoba menciptakan stabilitas regional sampai saat ini, pungkas Probo.

Siapa yang Unggul?  

Baca Juga: Mantan Presiden Trump Bekerja di McDonald

Persaingan dua kandidat presiden Amerika Serikat dalam pemilihan presiden November 2024 itu sangat ketat. Saking sengit dan ketatnya Probo belum berani membuat prediksi: siapa yang bakal unggul. Memang ada beberapa lembaga survei coba mengekspose hasil survei setelah debat kedua Rabu (11/09/2024) WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

The New York Times dan Siena College mengekspos hasil survei terbarunya yaitu Trump lebih unggul tipis dengan angka 48 persen jika dibandingkan Harris yang berada dalam angka 47persen. Sayangnya kemenangan tipis Tramp itu belum bermakna kuat karena margin error dalam survei tersebut sebesar 3 persen.

Survei ini jelas belum ada yang lebih unggul karena selisih kemenangannya masih di dalam margin error. Yang menarik adalah survei tersebut mendapatkan perilaku pemilih tidak akan berubah pilihan lagi.

Akibatnya baik Harris maupun Trump bakal mengandalkan swing voters, orang yang mencermati program, gagasan, performance, dan hasil debat kandidat.

Sementara itu, menurut survei CNN, pemilih yang menonton debat secara umum setuju Harris unggul atas Trump. Pasalnya, ketika debat Trump kerap tersulut dengan isu-isu yang dipancing oleh Harris. Suara pemilih yang menonton debat sebesar 63% menilai Harris menunjukkan penampilan lebih baik ketimbang Trump (37%).

Baca Juga: Saat Kampanye, Donald Trump Terkena Tembak di Bagian Telinga

Para pemilih yang menyaksikan debat tersebut juga merasa memeroleh pandangan yang lebih baik tentang Harris dibandingkan dengan kesan sebelum debat. Untuk pemilih Trump, hanya sedikit yang mengubah pendapatnya. Harris, dinilai unggul atas rivalnya dari Trump, dalam hal manajemen ekonomi.

Gambaran itu mengemuka berdasarkan hasil survei Financial Times dan Ross School of Business (FTRSB) dari Universitas Michigan yang dirilis pada Ahad (15/09/2024). Survei tersebut mendapati kesimpulan bahwa 44 persen responden lebih memercayai Harris dalam menangani perekonomian, sementara 42 persen mendukung Trump.

Sementara itu menurut data dari FTRSB, 58 persen responden mengatakan bahwa isu ekonomi, seperti pekerjaan dan biayahidup, adalah faktor yang paling mereka anggap penting dalam menentukan preferensi memilih dalam pemilihan presiden.

Survei tersebut dilakukan pada 11-12 September dengan melibatkan 1.002 responden. Margin kesalahan survei ini kurang lebih sebesar 3,1 poin persentase. Pada 10 September, Donald Trump dan Kamala Harris berhadapan dalam debat pertama mereka yang disiarkan oleh ABC News. Menariknya performance Harris dalam debat kedua tersebut sehingga Trump menolak untuk rencana debat ketiga. Padahal pemilihan presiden AS akan diselenggarakan pada 5 November 2024.

Tulisan: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU