Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Pihak barat dalam hal ini Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa seringkali mengecam pencaplokan wilayah suatu negara oleh negara lain, misalnya dalam kasus penyerbuan Rusia atas wilayah Ukraina bagian timur yaitu Donbas dimana Rusia berhasil menguasai lebih dari 20% wilayah negara Ukraina. Amerika Serikat dan sekutunya mengecam tindakan Rusia itu karena melanggar hukum internasional tentang kedaulatan suatu negara. AS dan sekutunya itu tidak hanya mengecam namun juga menjatuhkan lebih dari 5.000 sanksi kepada Rusia.
Namun perlakuan keras pihak barat dalam menentang pencaplokan wilayah itu tidak berlaku bagi Israel yang merupakan sekutu abadinya. Meskipun dunia mengecam tindakan Israel mencaplok wilayah negara lain seperti di Palestina; namun Amerika Serikat dan sekutunya selalu mencari pembenaran atas tindakan salah Israel itu.
Seperti diketahui Departemen Luar Negeri AS mendukung perebutan wilayah Israel di Suriah yang terjadi setelah runtuhnya pemerintahan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, membingkainya sebagai tindakan defensive bukan land grab atau pencaplokan atau perampasan tanah.
Israel merebut zona penyangga antara Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan sisa wilayah Suriah yang didirikan pada tahun 1974 dan juga merebut beberapa daerah di luar zona tersebut. Ketika ditanya tentang perampasan tanah, juru bicara Departemen Luar Negeri Matt Miller mengatakan penting untuk menempatkan situasi dalam "konteks."
Miller juga bersikeras pendudukan Israel atas tanah itu bersifat sementara. " bahwa Israel telah mengatakan bahwa tindakan ini bersifat sementara untuk mempertahankan perbatasannya. Ini bukan tindakan permanen," katanya.
Baca Juga: Suriah Jatuh
Padahal Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebaliknya menyatakan secara terang-terangan bahwa Dataran Tinggi Golan akan menjadi wilayah Israel "selamanya", meskipun tidak jelas apakah dia mengacu pada wilayah yang baru saja direbut. Banyak media melaporkan bahwa wilayah yang dicaplok Israel meluas diluar Dataran Tinggi Golan 20 km mendekati Ibu Kota Damaskus.
Beberapa negara Arab, termasuk Irak, Arab Saudi, dan Qatar, mengutuk keras perebutan Israel atas wilayah Suriah. Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan pihaknya menganggap langkah itu "perkembangan berbahaya dan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan persatuan Suriah serta pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional." Arab Saudi mengatakan perampasan tanah itu menegaskan "pelanggaran Israel yang berkelanjutan terhadap aturan hukum internasional dan tekadnya untuk menyabotase peluang Suriah untuk memulihkan keamanan, stabilitas dan integritas teritorialnya."
Zona penyangga yang direbut Israel dipatroli oleh pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai UNDOF, dan ada tanda-tanda Israel ingin bergerak di daerah itu sebelum runtuhnya Assad. Associated Press melaporkan bahwa Israel memulai konstruksi di sepanjang zona penyangga pada bulan September, mengutip citra satelit. Setelah laporan itu, UNDOF memperingatkan bahwa Israel melakukan pelanggaran "berat" terhadap kesepakatan dengan Suriah yang membentuk zona penyangga.
Pihak berwenang Suriah yang baru menyerukan kepada masyarakat internasional untuk campur tangan dan membantunya menghentikan serangan Israel, kata kepala kelompok jihadis Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Julani. Dalam sebuah wawancara pada hari Sabtu di saluran TV Suriah yang berbasis di Istanbul, Ahmad al-Sharaa, yang lebih dikenal dengan nama de guerre, berbicara tentang Israel untuk pertama kalinya sejak mengambil alih negara itu. Kelompok-kelompok militan yang dipimpin oleh HTS melancarkan serangan terhadap pasukan Suriah pada bulan November, merebut kota-kota besar dan maju menuju Damaskus.
Awal pekan ini, Israel meluncurkan operasi besar, dilaporkan menyerang persediaan senjata dan kapal angkatan laut milik tentara Assad sebelum kelompok oposisi bersenjata menguasai negara itu. Pasukan Israel juga tetap berada di zona penyangga yang dipatroli PBB antara Israel dan Suriah, mengklaim itu adalah "zona pertahanan steril" sementara di Suriah selatan untuk mencegah "ancaman teroris.
Hampir seluruh pemimpin negara barat beserta medianya bungkam terhadap tindakan Israel yang menyalahi hukum internasional itu, termasuk perampasan tanah secara paksa terhadap tanah milik bangsa Palestina.
Baca Juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat
Editor : Pahlevi