Digital Possession: Valve Peringatkan Produk Digital yang Kita Beli Bukan Milik Kita

author Pahlevi

- Pewarta

Rabu, 18 Des 2024 17:31 WIB

Digital Possession: Valve Peringatkan Produk Digital yang Kita Beli Bukan Milik Kita

Oleh: Aqiel M.M & Bahraini D.A

Optika.id - Steam, platform terbesar untuk game digital, telah mengubah cara kita membeli dan menikmati video game. Namun, pembaruan terbaru dari Steam mengenai pembelian produk digital memicu perdebatan di kalangan komunitas gamer. Steam mengingatkan bahwa saat membeli produk digital di platform ini, kita tidak membeli kepemilikan game tersebut, melainkan hanya lisensi untuk mengaksesnya. Pernyataan ini kembali menyoroti isu hak-hak konsumen, transparansi pembelian, dan masa depan game digital.

Baca Juga: “Tower Of Fantasy” Berikan Skin “Garuda Mi-a” Gratis Bernuansa Indonesia

Konsep lisensi bukanlah hal baru, tetapi penegasan ini membuka kembali diskusi tentang bagaimana kita memahami pembelian game digital. Ketika membeli game di Steam, kita tidak memperoleh kepemilikan penuh atas game tersebut. Sebaliknya, kita hanya membeli hak terbatas untuk mengakses dan menggunakannya, sesuai dengan syarat tertentu. Hal ini sangat berbeda dengan membeli game fisik, di mana kita benar-benar memiliki salinan game tersebut. Produk digital memiliki keterbatasan, seperti tidak bisa dijual kembali atau dipindahtangankan antar pengguna.

Apa Arti Lisensi bagi Konsumen?

Platform digital seperti Steam memudahkan pembelian dan akses game, namun perbedaan antara membeli produk fisik dan lisensi digital seringkali tidak dipahami dengan jelas oleh konsumen. Banyak orang beranggapan bahwa membeli game digital setara dengan membeli barang fisik. Padahal, menurut Steam Subscriber Agreement yang diperbarui, pengguna hanya memperoleh lisensi untuk menggunakan game, bukan kepemilikan penuh.

Lisensi ini melindungi hak kekayaan intelektual pengembang, tetapi bisa merugikan konsumen. Contohnya, jika sebuah game ditarik dari Steam karena masalah lisensi atau hak cipta, pengguna yang telah membayar sebelumnya berisiko kehilangan akses ke game tersebut tanpa kompensasi atau pengembalian uang. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita membayar, kita tidak benar-benar memiliki game yang dibeli.

Kelalaian atau Ketidakjelasan?

Baca Juga: Riot Games Buka Lounge Ala Gamers di Bandara Incheon Korea Selatan 

Saat membeli produk di Steam, pengguna menyetujui syarat dan ketentuan yang berlaku, yang mencakup penggunaan, pembagian, dan transfer game antar akun. Salah satu perbedaan signifikan antara game digital dan fisik adalah masalah hak jual kembali. Game fisik bisa dijual atau diperdagangkan, tetapi game digital tidak bisa, karena lisensi yang terikat dengan akun pengguna. Jika Steam ditutup atau game dihapus, pengguna bisa kehilangan akses ke game yang telah mereka beli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu contoh nyata dari masalah ini adalah kasus game The Crew (2014). Setelah Ubisoft mengumumkan penutupan game tersebut pada 31 Maret 2024, game ini secara diam-diam dihapus dari akun pengguna yang sudah membelinya. Walaupun Ubisoft menjanjikan layanan offline untuk The Crew (2014), ini menimbulkan ketidakpastian bagi pemain yang merasa kehilangan akses ke game yang telah mereka beli. Kasus ini menegaskan kerentanannya pembelian game digital, di mana konsumen bisa kehilangan akses tanpa pemberitahuan atau kompensasi.

Dampak pada Pasar Game Bekas

Baca Juga: PUBG Mobile Influencer Championship 2022 Digelar November 2022

Model lisensi digital ini juga berdampak pada pasar game bekas. Pada game fisik, pemain bisa menjual kembali game mereka, tetapi pada game digital, lisensi tidak bisa dipindahkan atau dijual kembali. Steam melarang penjualan atau perdagangan game digital, yang membatasi konsumen yang ingin mendapatkan kembali sebagian uang mereka dengan menjual game bekas. Meski penjualan game fisik masih ada, tren semakin mengarah ke digital, yang mengurangi pilihan bagi gamer.

Dengan semakin banyaknya game digital, penting untuk memahami hak-hak konsumen. Pembelian digital seharusnya tidak hanya tentang akses ke konten, tetapi juga tentang transparansi dan perlindungan hak pengguna. Konsumen perlu memahami perbedaan antara membeli lisensi dan membeli produk fisik, serta potensi risiko kehilangan akses pada game yang telah mereka beli.

Steam, sebagai platform terbesar, telah berusaha untuk meningkatkan transparansi tentang hak-hak konsumen. Meskipun ini mendapat kritik, peringatan terbaru dari Steam menunjukkan pentingnya menyadari sifat pembelian digital. Dengan semakin berkembangnya industri game digital, kebutuhan untuk melindungi hak konsumen dan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang lisensi dan kepemilikan menjadi sangat penting.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU