Bedah Dapur Kuratorial: Mengungkap Proses di Balik Pameran The Jumping City

author Pahlevi

- Pewarta

Senin, 17 Mar 2025 01:38 WIB

Bedah Dapur Kuratorial: Mengungkap Proses di Balik Pameran The Jumping City

Optika.id - Kuratorial merupakan proses pengelolaan dan penyajian suatu koleksi, baik dalam pameran seni, museum, perpustakaan, maupun bidang lainnya. Proses ini dilakukan oleh seorang kurator, yang bertanggung jawab dalam menentukan tema, memilih karya atau objek, serta menyusun narasi agar koleksi tersebut dapat disajikan dengan cara yang informatif dan menarik bagi audiens.

Kurasi tidak hanya sekadar memilih karya, tetapi juga membangun konteks, memberikan perspektif, serta menghubungkan gagasan di balik karya dengan pengalaman pengunjung.

Dalam pameran The Jumping City, proses kuratorial menjadi langkah persiapan penting sebelum karya-karya ditampilkan. Maka dari itu untuk mengetahui bagaimana proses kuratorial dalam pameran, Yayasan Gang Sebelah menginisiasi program Curator Talk dengan tajuk "Bedah Dapur Kuratorial" yang menjadi rangkaian pameran "The Jumping City".

Acara ini bertujuan untuk mengungkap kerja kuratorial di balik penyelenggaraan pameran, mulai dari pemilihan tema, pemilihan karya, hingga bagaimana narasi kuratorial dibangun agar mampu menyampaikan gagasan yang kuat kepada publik.

Hidayatun Nikmah, sebagai kurator, memiliki peran utama dalam menyeleksi serta merancang bagaimana karya-karya tersebut akan dipresentasikan. Perspektif gender yang dimilikinya menjadi aspek krusial, karena ia mampu menghadirkan nilai-nilai sosial yang sering kali tidak terlihat secara langsung dalam karya seni.

Anhar dan Suef sebagai seniman yang karyanya dipamerkan pun menyadari bahwa sudut pandang Hidayatun Nikmah mampu mengungkap makna-makna tersembunyi yang sebelumnya luput dari perhatian mereka. Hal ini menjadikan karya-karya yang dipamerkan lebih kaya dalam makna dan memberi tawaran baru bagi pengunjung.

"Pemilihan karya Mas Anhar dan Mang Suef dalam pameran ini bukan hanya sekadar kebetulan, tetapi juga mempertimbangkan bahwa keduanya memiliki aktifitas yang sama dalam seni damar kurung. Jika dilihat dari karya mereka, tampak jelas bahwa karakter yang dihadirkan lebih dominan merepresentasikan maskulinitas, dengan narasi kepemimpinan yang kuat. Hal ini berkaitan dengan bagaimana konstruksi sosial menempatkan laki-laki sebagai pemimpin secara kodrat," ungkap Hidayatun memberi pengantar diskusi, Minggu (16/3/2025).

Ketika kurator perempuan membaca karya seniman laki-laki, memberikan perbedaan dalam sudut pandang yang muncul. Pembacaan yang terlalu maskulin dapat membatasi eksplorasi terhadap makna-makna lain yang terkandung dalam sebuah karya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh karena itu, kehadiran perspektif perempuanmenjadi kuratordinilai dapat memberikan sudut pandang yang lebih beragam, menciptakan keseimbangan dalam pemaknaan, serta membuka kemungkinan baru dalam interpretasi karya.

Ayos Purwoaji, seorang kurator, yang juga sebagai pembicara dalam diskusi ini menuturkan. Pendekatan antara kurator dan seniman menjadi elemen yang sangat penting dalam sebuah pameran.

"Hidayatun Nikmah dalam pameran ini bisa dikatakan berhasil menjadi kurator, melakukan pendekatan dengan kedua seniman, selalu berusaha membangun hubungan yang erat dengan para seniman, menggali lebih dalam makna serta proses kreatif di balik karya seniman. Melalui diskusi dan interaksi yang intens, ia tidak hanya memahami karya secara lebih mendalam, tetapi juga dapat menyusun narasi kuratorial yang lebih kuat dan bermakna," ungkap Ayos yang selama ini menjadi pendamping dalam proses kuratorial.

Diskusi ini menghadirkan dua pembicara, yakni Hidayatun Nikmah dan Ayos Purwoaji yang dimoderatori oleh Gata Mahardika. Berlangsung pada Sabtu 15 Maret 2025, di Sualoka.Hub, Jl. Nyai Ageng Arem-Arem Gg. II No. 20, Kampung Kemasan, Gresik.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU