Optika.id, Bali - Atlet bulutangkis asal Jepang Yuta Watanabe mengaku sedih karena penampilannyanya di Indonesia Badminton Festival (IBF) 2021 tidak bisa disaksikan penonton secara langsung akibat penerapan sistem gelembung yang ketat. Menurutnya, berlaga di Indonesia identik dengan suasana pertandingan yang ramai dengan sorak sorai penonton, sehingga akibat adanya sistem gelembung maka atmosfer kompetisinya akan berbeda.
"Rasanya sedih, kalau seperti di Jakarta (tahun lalu) biasanya terasa kemeriahannya. Sekarang, walau pun di Indonesia, tapi tidak bisa merasakan suasana itu," kata Yuta, di Nusa Dua, Bali, Minggu (14/11/2021).
Baca Juga: Di Jepang, Prabowo Unggul dari Anies dan Ganjar
Januari lalu tercatat sebagai laga terakhir Yuta di Tanah Air, saat perhelatan ketika belum diberlakukan status darurat pandemi Covid-19 oleh pemerintah.
Oleh karenanya, meski Indonesia Masters kali ini dilangsungkan di Bali yang dikenal dengan pariwisata kelas dunianya, namun Yuta tak merasa ada perbedaan berarti karena masih dihadapkan dengan masalah pandemi.
"Sebenarnya pertandingan mau di mana pun, Jakarta atau Bali, tidak terlalu beda untuk sekarang ini. Karena situasinya masih pandemi, jadi hanya bisa di sini (penginapan) dan tidak bisa ke mana-mana," ungkap Yuta.
Namun, pada sisi lain, Yuta mengaku sudah lama ingin mengunjungi Bali untuk berwisata. Sayangnya, keinginan atlet kidal itu tidak bisa terlaksana pada kedatangannya kali ini.
Ia pun menaruh harapan suatu saat bisa kembali datang ke Bali bukan sebagai atlet yang membela Jepang untuk berkompetisi, namun sebagai wisatawan untuk menikmati pesona Pulau Dewata.
Baca Juga: Setelah Gempa, Korban di Jepang Hadapi Hujan dan Ancaman Tanah Longsor
"Sebenarnya saya ingin sekali datang ke sini bukan untuk bertanding. Ini pertama kalinya saya ke Bali, ya inginnya bisa jalan-jalan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Kalau misalkan ada waktu, ingin bisa ke sini lagi untuk wisata. Tapi kapan ya? Mungkin nanti setelah pensiun," pungkasnya.
Baca Juga: Jepang Umumkan Perihal Transkrip Pesawat yang Fatal!
Reporter: Denny Setiawan
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi