Ini Komentar Politisi PKB di Jatim, Terkait Statement Gus Yahya

Reporter : Seno
Ini Komentar Politisi PKB di Jatim, Terkait Statement Gus Yahya

Optika.id - Statement Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya yang menegaskan Nahdlatul Ulama (NU) tak boleh jadi alat politik partai politik manapun, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Menuai respons dari beberapa politisi PKB di daerah. Terutama di Provinsi Jawa Timur, yang merupakan basis NU. Sementara, PKB menjadi partai terkuat kedua setelah PDIP di Jatim.

Ketika optika.id menanyakan hal tersebut kepada beberapa legislator PKB. Banyak legislator yang enggan berkomentar. Salah satunya, Sullamul Hadi Nurmawan anggota DPRD Sidoarjo dari Fraksi PKB ini tidak ingin memberikan statement atas hal itu. "Maaf mas, no comment ngge," ujar Wawan sapaan akrabnya pada Optika melalui chat WhatsApp, Selasa (4/1/2022)

Baca juga: Makin Kuat, PBNU Desak PKB Tentang Peran Ulama di Partai

Hal yang sama juga dikatakan oleh Achmad Muzayyin anggota DPRD Sidoarjo Fraksi PKB. Dia juga enggan berkomentar.

"Kalau ini njenengan Ten ketua mawon (anda ke ketua saja)," ujarnya singkat. Sebaliknya ketika optika.id menanyakan hal tersebut kepada H. Subandi selaku Ketua DPC PKB Sidoarjo, tidak ada jawaban dari pria yang juga Wakil Bupati Sidoarjo tersebut.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Junaidi legislator PKB dari DPRD Situbondo, dia juga tidak membalas chat WhatsApp optika.id.

Sementara, H. Joni Subagio mantan Ketua DPC PKB Banyuwangi menyatakan sepakat dengan statement KH Yahya Staquf.

"Setuju. NU harus bersih dari kepentingan politik praktis, Karena NU harus mengayomi seluruh ummat khususnya warga Nahdliyin. Apalagi pada keputusan Muktamar 27 di Situbondo sudah diputuskan NU kembali ke khittah," ujar Abah Joni sapaan akrabnya, pada Optika. Dia membenarkan sudah seharusnya NU tidak dijadikan alat politik partai tertentu.

Hal senada dikatakan oleh Musyafak Rouf selaku Ketua DPC PKB Kota Surabaya ketika diminta memberikan statement, dia mengatakan, "ya baik sekali masak anaknya (PKB) nunggangi orang tuanya (NU), yang seharusnya anak mengerti dengan bapak ibunya."

"Orang tuanya harus membimbing anaknya," imbuh mantan anggota DPRD Kota Surabaya ini.

PKB Pahami Keinginan Gus Yahya

Sebelumnya, statement datang dari Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid. Dia memahami keinginan Gus Yahya sapaan KH Yahya Staquf. Namun pihaknya meyakini NU tetap akan berperan besar dalam perpolitikan nasional.

"Jadi bagi NU, bagi PKB, bahwa politik atau presiden dan wakil presiden itu panggilan dari pengabdian. Bagi NU, kepemimpinan itu bagian dari pengabdian, itu bagian dari ibadah," kata Waketum PKB Jazilul Fawaid beberapa waktu yang lalu.

Jazilul mengatakan selalu ada nuansa NU dari setiap figur politikus yang berkontestasi di pilpres. Meski begitu, dia menekankan bahwa NU secara organisasi tak terlibat dalam politik praktis.

Baca juga: Survei SMRC: Pemilih PKB, NasDem dan PKS Pilih Anies Jika Bersanding dengan RK

"Setiap periode itu selalu ada yang berbau-bau NU dan itu bukan resmi bagian dari rekomendasi atau pekerjaan yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama," ucapnya.

Soal Gus Yahya yang ingin NU tak aktif bermain dalam kontestasi politik praktis pada Pemilihan Presiden 2024, Jazilul mengaku dapat memahami. Namun, di luar organisasi PBNU, dia yakin NU akan tetap berperan.

"Saya memahami apa yang disampaikan oleh Gus Yahya setelah terpilih, ini semacam ada pemurnian dalam konteks organisasi kepemimpinan di NU agar tidak terfokus pada urusan pilpres. Itu secara organisasi," tukasnya.

Statement Gus Yahya Berpengaruh ke Suara PKB

Sementara itu, Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Prof. Hotman Siahaan menuturkan, statement KH Yahya Staquf akan berpengaruh pada perolehan suara PKB di pemilihan umum 2024.

Namun, lanjutnya, pengaruh itu tidak terlalu signifikan. Bahwa ada pengurangan suara pada PKB karena pernyataan Gus Yahya, mungkin iya, terutama di Jawa Timur. Tapi saya kira tidak terlalu banyaklah, kata Hotman dalam keterangannya, Selasa (4/1/2022).

Hotman memprediksi tak hanya PKB yang terdampak oleh pernyataan Yahya Staquf, namun juga partai politik lain yang sebagian pengikutnya dari kalangan nahdliyin. Misalnya PPP dan Golkar. Kalau Gus Yahya tegas betul dengan pernyataanya, saya rasa sejumlah partai politik bakal terpengaruh. Walaupun yang terbanyak PKB, tutur dosen Sosiologi Unair itu.

Baca juga: Warga DKI Jakarta Sangat Kecewa Usai PKS, NasDem, PKB Tak Dukung Anies!

Hotman mengatakan, sebenarnya semua warga nahdliyin sudah tahu bahwa pengurus PBNU tidak boleh terlibat dalam partai politik. Namun soal pilihan politik seseorang, tetap tidak dapat dihilangkan. Realitas politik di Indonesia kan semua orang punya hak suara, katanya.

Hotman tak heran bila banyak partai tetap mencoba menarik-narik NU ke kancah politik praktis karena massa ormas tersebut memang luar biasa besar. Tapi dalam praktek di lapangan, sulit mengarahkan pilihan warga NU. Dia mencontohkan ketika Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 2004 dan ternyata kalah.

Tapi walaupun KH Yahya Staquf telah menarik garis tegas untuk tidak membawa PBNU sebagai alat politik, Hotman menilai ormas keagamaan itu tetap menjadi magnet untuk diperebutkan suaranya. Sehingga, mendekati 2024 tetap saja banyak politikus maupun calon presiden yang mendekati kiai-kiai berpengaruh. Kalau di akar rumput kan kiai-kiai NU yang punya magnet, mereka punya otonomi sendiri, pungkasnya.

Reporter: Amrizal

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru