Kebangkitan Neo Fasis di India

Reporter : optikaid
Kebangkitan Neo Fasis di India

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="143"] Ruby Kay[/caption]

30 januari 1948, Mahatma Gandhi bersimbah darah setelah ditembak tiga kali dari jarak dekat oleh seorang ekstrimis Hindu bernama Nathuram. Usut punya usut, ia membenci Gandhi karena tokoh yang terkenal sebagai pelopor gerakan Ahimsa (melawan tanpa kekerasan) itu dinilai terlalu membela hak orang muslim yang tinggal di India. Ini menjadi bukti bahwa golongan khawarij eksis dalam tiap ummat beragama.

Baca juga: Menuju Kemerdekaan Pakistan

India sedari dulu unik. Ia adalah negeri yang mengedepankan logical science sekaligus tempat bersemayamnya praktik-praktik unlogic alias tak masuk akal. Sundar Pichai hari ini menjadi CEO Google, sedangkan Satya Nadella memimpin Microsoft. Dua perusahaan IT paling terkemuka didunia dikepalai oleh orang asli India. Bukti bahwa kualitas pendidikan India tak bisa dianggap remeh. Penguasaan ilmu eksak menjadi prioritas pemerintah India sejak dulu kala.

Namun dibalik kesuksesan diaspora India di luar negeri, masih banyak kalangan pribumi yang mempraktikkan ketidaklogisan dibungkus dengan kemasan religi. Salah satu praktik absurd yang baru saja terjadi adalah beramai-ramai mandi dengan menggunakan kotoran sapi, berdalih bahwa hal itu dipercaya bisa menangkal virus covid19. Celakanya, beberapa pemuka agama Hindu konservatif mengaminkan kejorokan itu, lalu ditelan bulat-bulat oleh pengikutnya tanpa mikir dua kali.

Apa yang terjadi di India saat ini menurut hemat gue bukanlah konflik agama, melainkan kebangkitan kaum ultra nasionalisme. Narendra Modi saat berkampanye selalu mendengungkan jargon Hindutva (nasionalisme Hindu India) untuk mendulang suara. Bharatiya Janata Party (BJP) sebagai partai pengusung Modi hingga hari ini masih bertindak layaknya tukang sate yang terus menerus mengipasi para simpatisannya dengan jargon 'Hindustan hanya untuk orang Hindu'. Maka lahirlah Undang-undang Amandemen Warga Negara (Citizen Amandment Bill) yang isinya mendiskriminasi ummat muslim dan kristen India.

India sejatinya dibentuk sebagai negara sekuler, tidak berasaskan agama apapun. Tapi demi kepentingan politik segelintir elit, rakyat diprovokasi dengan ideologi fasis. Maka bangkitlah kaum ultranasionalis yang menganggap ummat muslim dan kristen sebagai hama yang harus dibabat habis.

Sisa peninggalan kolonialisme Inggris kini malah dilestarikan oleh sang perdana menteri. Dengan UU yang berbau diskriminasi tadi, Narendra Modi malah mempertegas politik segregasi. Muslim dan Kristen di India punya stigma seperti kaum tionghoa di Indonesia. Rakyat India yang mayoritas memeluk agama Hindu menganggap ummat muslim dan kristen menguasai ekonomi. Ketimpangan sosial yang terjadi diantara pemeluk agama di India menimbulkan rasa iri dengki. Ya, muslim dan kristen di India kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Taraf hidup kedua ummat beragama ini lebih baik ketimbang ummat Hindu yang sebagian besar masih hidup dibawah standar.

Baca juga: Kisah Kegagalan Gandhi

Yang merasa sebagai pribumi, mengklaim dirinya paling hindustani, kini sibuk menyebarkan teror kepada ummat agama lain. Larangan berhijab diterapkan, gereja dan masjid jadi korban vandalisme ekstrimis Hindu. Jika Narendra Modi tak punya solusi jitu untuk mengatasi problem sosio-ekonomi ini, bisa jadi eskalasi konflik akan meluas. Kita tentu berharap jangan sampai sungai Gangga jadi ladang pembantaian mayoritas terhadap minoritas.

#bzh

---------------------
Referensi:
https:https://www.bbc.com/news/world-asia-india-58406194

https:https://www.google.com/amp/s/www.aljazeera.com/amp/news/2021/11/16/india-hindu-mob-salman-khurshid-muslim-ex-minister-book

Baca juga: Krisis Pangan Dibalik Hubungan Diplomasi Indonesia-India

https:https://www.google.com/amp/s/www.nytimes.com/2021/12/22/world/asia/india-christians-attacked.amp.html

https:https://www.vaticannews.va/en/church/news/2021-12/india-catholic-school-attacked-hindu-mob.html

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru