Merokok, Tapi Tidak Terkena Kanker? Ini Alasan Ilmiahnya

Reporter : angga kurnia putra
Merokok, Tapi Tidak Terkena Kanker? Ini Alasan Ilmiahnya

Optika.id- Merokok menjadi suatu kebiasaan yang dijelaskan banyak studi bisa mengganggu kesehatan. Salah satunya bisa menjadi penyebab utama kanker paru-paru. Namun di sisi lain, justru ada banyak perokok yang tidak mengalaminya. Mengapa?

Sebuah studi yang diprakarsai oleh para ilmuwan di Albert Einstein College Medicine dan dipublikasikan melalui Nature Genetics, mengungkap alasan perokok bisa tidak terkena kanker paru-paru.

Baca juga: Komitmen Pengendalian Tembakau Masing-Masing Capres Dipertanyakan

Penelitian ini juga membantu menjelaskan siapa saja perokok yang lebih mungkin terkena penyakit tersebut.

Kondisi Sel Tubuh Perokok

Sejak lama, merokok diasumsikan mampu menyebabkan kanker paru-paru karena mendorong mutasi DNA terhadap sel normal paru-paru. Kendati begitu, menurut profesor dan komite genetik di Einstein, Jan Vijg, asumsi itu belum bisa dibuktikan sampai timnya akhirnya melakukan penelitian akan hal ini.

"Sebab, tidak ada cara yang secara akurat menghitung mutasi sel normal," kata Vijg, dikutip dari Science Daily.

Dia mengembangkan teknik sequencing yang bernama single-cell multiple displacement amplification (SCMDA). Metode ini mampu mengurangi kesalahan dalam sequencing.

Para peneliti Einstein menggunakan metode SCMDA untuk membandingkan mutasi sel epitel paru-paru normal dari 14 orang yang tidak pernah merokok (usia 11-86) dan 19 perokok (usia 44-81 yang merokok maksimal 116 pak per tahun). Sel-sel yang diteliti berasal dari pasien yang menjalani bronkoskopi nonkanker.

"Sel-sel ini mampu bertahan selama bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade dan mampu mengakumulasi mutasi seiring usia dan kebiasaan merokok," ujar Simon Spivack, ilmuwan Einstein lainnya.

"Dari seluruh jenis sel paru-paru, sel-sel (yang diteliti) itu merupakan salah satu yang paling memungkinkan menyebabkan kanker," sambungnya.

Sebagian Perokok Aktif Bisa Menekan Mutasi Sel

Para ilmuwan menemukan adanya akumulasi mutasi di sel paru-paru mereka yang tidak merokok, bersamaan dengan bertambahnya usia. Namun, ada lebih banyak mutasi yang ditemukan pada para perokok.

"Eksperimen ini menegaskan bahwa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru dengan cara meningkatkan frekuensi mutasi, sebagaimana dihipotesiskan sebelumnya," sebut Spivack.

Menurutnya, alasan tersebut juga latar belakang mengapa ada sangat sedikit nonperokok yang terkena kanker paru. Sebaliknya, orang yang seumur hidup memiliki kebiasaan merokok, 10-20 persen dari mereka mengalaminya.

Hal lain yang mereka temukan adalah, jumlah mutasi sel bertambah, sejalan dengan jumlah pak rokok per tahun yang dikonsumsi. Agaknya, risiko kanker paru turut bertambah.

Baca juga: INDEF: Kerugian Ekonomi RI Akibat RPP Kesehatan Tembus Rp103 Triliun

Walau begitu, peningkatan mutasi sel ini berhenti setelah kebiasaan konsumsi 23 pak per tahun. Spivack menerangkan, perokok yang paling berat, tidak memiliki mutasi tertinggi.

"Penurunan mutasi bisa disebabkan karena para perokok berat itu punya sistem yang sangat canggih untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok," sambungnya. 

"Data kami menunjukkan bahwa para individu tersebut bisa saja bertahan begitu lama, meski mereka merokok berat karena mampu menekan akumulasi mutasi sel lebih lanjut," tegas Spivack.

Apabila disimpulkan, penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah perokok, bisa jadi memiliki mekanisme yang sangat baik untuk melindungi diri mereka dari kanker paru dengan cara membatasi mutasi sel paru-paru. Sehingga, hanya ada sedikit perokok yang menderita penyakit tersebut.

Meski ada yang tidak terkena kanker, namun kebiasaan merokok tetaplah harus dihindari karena berbahaya bagi kesehatan diri maupun orang sekitar. Selain kanker, merokok bisa menyebabkan gangguan kesehatan lain yang bisa berakibat fatal. Berikut ini bahayanya.

Bahaya Merokok Selain Kanker

Berikut ini sejumlah bahaya merokok selain bisa terkena kanker paru-paru:

Baca juga: Peneliti Gunakan AI Untuk Deteksi Kanker Pankreas, Akurasinya Lebih Tinggi!

  1. Diabetes

Asap yang timbul dari pembakaran rokok bisa membuat kadar gula terlalu naik atau terlalu turun karena adanya kandungan nikotin. Zat ini juga bisa mengubah proses kimia dalam sel sehingga resisten terhadap insulin.

  1. Gangguan kehamilan dan janin

Akibat kerapnya paparan asap rokok, pertumbuhan janin dapat terganggu. Sebab, nikotin menghadang plasenta menyerap nutrisi dan oksigen untuk bayi. Mereka bisa lahir dengan berat badan rendah ataupun gangguan penyakit lain.

Berbagai bahan kimia dalam rokok menimbulkan racun untuk tubuh. Inilah yang bisa menimbulkan kerusakan otot jantung atau pembuluh darahnya. Tar dan nikotin mendorong penumpukan plak dalam pembuluh darah, yang mampu menyebabkan jantung koroner.

Meski terdapat penelitian mengenai perokok seperti disebutkan sebelumnya, risiko atas kebiasaan tersebut tetap ada. Cermati bahayanya ya!

Reporter: Angga Kurnia Putra

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru