Optika.id - Silaturahmi Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan sejumlah tokoh nasional disebut sebagai aksi melobi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Hal ini dikatakan oleh konsultan media dan pengamat politik Hersubeno Arief dalam kanal YouTube-nya Hersubeno Point, Kamis (5/5/2022).
Hersubeno mengungkapkan, meski sejumlah pihak menekankan tidak ada unsur politik dalam pertemuan dengan Prabowo Subianto, tetapi hal itu sulit untuk dilepaskan.
Baca juga: Apresiasi Presiden Prabowo untuk Peran Strategis Muhammadiyah
Tujuan pertama Prabowo dalam safari politik, lanjutnya, adalah menemui Presiden Joko Widodo yang merayakan Idul Fitri 1443 H di Yogyakarta.
"Walaupun Jokowi menjelaskan bahwa ketika bertemu ini mereka hanya bicara masalah-masalah ringan, tidak bicara ekonomi, tidak bicara politik, tapi sulit bagi kita melepaskan nuansa politik dalam pertemuan di gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta tersebut," kata Hersubeno.
Setelah melakukan pertemuan dengan Jokowi, Prabowo Subianto pun langsung terbang kembali ke Jakarta.
"Setelah bertemu Jokowi, Prabowo langsung ke Jakarta menemui Megawati. Dia misalnya tidak ikut-ikutan Jokowi menemui Sultan di Keraton Yogyakarta, ini padahal dekat sekali antara gedung agung ke keraton Yogyakarta, ini tinggal jalan kaki juga sampai," jelasnya.
Keputusan Prabowo untuk tidak ikut dengan Jokowi ke Keraton Yogyakarta pun dinilai sudah dipikirkan olehnya.
"Pesannya pada Megawati sangat jelas bahwa Megawati itu adalah prioritas utama dari Prabowo. Kalau toh dia mendahulukan Jokowi, karena secara formal kan dia sekarang ini adalah bawahan dari Jokowi sebagai Menteri di kabinet Jokowi. Saya kira Soal ini Ibu Megawati pasti paham, pertemuan dengan Megawati ini kalau kita lihat dalam rentetan beberapa tahun terakhir, ini kan jelas erat kaitanya dengan peta koalisi pada Pilpres tahun 2024," tuturnya.
Melihat kegiatan safari politik Prabowo Subianto, Hersubeno menilai hal itu dilakukan untuk membangun koalisi Pilpres 2024 nanti.
"Ini disebut-sebut bahwa Prabowo sangat menginginkan koalisi dengan PDIP, jadi kira-kira mungkin yang dibayangkan itu adalah capres-cawapresnya itu adalah Prabowo dan puan pada tahun 2024. Kalau toh tidak dengan Puan, setidaknya Prabowo berharap tetap dapat diusung oleh PDIP," tukasnya.
Baca juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang
Tak hanya sampai di situ, Prabowo Subianto juga kembali melakukan safari politik ke Jawa Timur untuk bertemu Kiai NU (Nahdlatul Ulama) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Zig-zag lebaran ini pasti sudah diperhitungkan dengan cermat, tidak begitu saja seperti dikatakan oleh muzani bahwa tidak ada nuansa politiknya. Perpaduan antara PDIP dengan NU itu jelas merupakan kombinasi yang sangat kuat, yang sangat ideal, basis pemilihnya atau basis konstituen itu sangat kuat. Jika Prabowo berhasil merajutnya, maka kemenangan sudah di depan mata," tuturnya.
Hersubeno juga menekankan, pertemuan Prabowo dengan Khofifah tidak bisa dilepaskan dengan politik.
"Lagi-lagi walaupun dibantah, karena ini kita bisa melihatnya sebagai sebuah penjajakan koalisi, penjajakan beberapa lembaga survei itu sudah mempublikasikan hasil CG mereka bila Prabowo berpasangan dengan Khofifah itu diperkirakan bakal menang pada Pilpres tahun 2024. Namun tentu Prabowo punya kalkulasi yang berbeda, tidak hanya semata-mata mengandalkan kalkulasi dari hasil lembaga survei, tapi bagi Prabowo Apakah dia berpasangan dengan Puan atau berpasangan dengan Khofifah atau siapapun yang didukung oleh PDIP dan NU ini dukungan dari PDIP dan NU ini mutlak diperlukan, harus dirajut dengan hati-hati," urainya.
Menurutnya, hitung-hitungan yang dilakukan Prabowo pasti akan lebih rumit dari itu.
Baca juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025
"Ini hitung-hitungannya lebih rumit lagi ya kan, tidak mungkin salah satu pihak mau memberikan cek kosongnya gitu. Apakah kemudian dengan berpasangan dengan Puan, NU otomatis akan mendukung Prabowo-Puan atau sebaliknya kalau dengan Prabowo-Khofifah PDIP juga bersedia memberikan dukungannya," pungkasnya.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi