Dampak Negatif Internet

Reporter : optikaid
Dampak Negatif Internet

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="150"] Ruby Kay[/caption]

Optika.id - Tidak ada batasan maupun kelas di internet. Semua pembelajaran, ceramah agama dan opini bisa diakses oleh siapa saja. Hal ini punya dampak positif sekaligus negatif. Baiknya, anak orang kaya yang semula gak tahu cara merebus air jadi tercerahkan ketika melihat video tutorial di Youtube yang berjudul "How to boil water for dummies". Positifnya internet ya begitu, yang tadinya plonga-plongo, setelah mengakses Youtube jadi manggut-manggut.

Baca juga: Digilas Internet, Dosen UNESA Sebut Buku Masih Relevan Jadi Sumber Belajar

Namun, derasnya arus opini dan informasi juga bisa menimbulkan masalah serius. Bocah yang seharusnya belum layak melihat tontonan organ reproduksi, secara tiba-tiba melihat film porno atau video anatomi tubuh manusia dewasa. Itu bisa terjadi ketika ia mengakses internet memakai smartphone orang tuanya.

Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan mengatur preferensi dan hak akses internet. Tapi berapa banyak sih orang tua yang melakukan itu? Sore hari menjelang jam pulang kantor, seorang ayah iseng membuka website film porno. Ketika pulang kerumah, ia menjumpai si kecil merengek mau nonton serial Upin dan Ipin. Sementara ibunya sendiri sedang memasak didapur. Agar tak menangis, ayah memberikan smartphonenya. Maka tertawalah si kecil melihat tontonan yang sesuai dengan umurnya itu. Karena lelah sehabis bekerja, ayah tertidur disamping si kecil yang sedang asyik mengeksplorasi smartphone ayahnya. Pencet sana sini, terbukalah link bokep Miyabi. Terbengong-bengonglah si kecil melihat penampakan pria dan wanita dewasa tanpa busana sedang main kuda-kudaan. Itu hanya contoh kecil betapa internet punya efek destruktif.

Internet berbeda dengan pendidikan formal yang menggunakan sistem kelas, pembelajaran menjadi lebih terarah, terukur dan sistematis. Jika seorang murid belum mahir penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, maka dia belum layak mempelajari integral dan kalkulus. Wong matematika sederhana saja belum bisa, bagaimana mau mempelajari hal yang lebih sulit?

Begitu pula dengan pelajaran agama disekolah. Murid beragama hindu tak diwajibkan mengikuti pelajaran agama kristen atau islam. Konsep ajaran trinitas yang diyakini oleh ummat kristen diajarkan guru hanya untuk murid beragama kristen. Begitu pula ketika guru agama islam memberi pemahaman tentang kandungan surat Al Kafirun, hanya ditujukan untuk murid beragama islam. Saat mata pelajaran pancasila dan kewarganegaraan, seluruh murid diberi pengertian akan pentingnya toleransi, saling menghormati keyakinan ummat beragama.

Baca juga: Sederet Mudharat Akibat Pornografi Bagi Anak, Orang Tua Wajib Paham dan Waspada

Begitulah sekolah di jaman orde baru dulu ketika belum ada internet. Tapi kini semuanya berubah. Berita dan opini apapun bisa diserap oleh seorang ramaja alay yang keilmuannya dalam beragama masih dangkal. Ia bisa menelan mentah-mentah opini Permadi Arya, lalu ikut mengolok-olok ajaran agamanya sendiri. Atau bisa juga sebaliknya, menelan bulat-bulat konsep rejeki dan sedekah dari seorang ustad gadungan. Begitu pulang kerumah, ia mengambil perhiasan sang ibu lalu menjualnya ketoko emas. Peroleh uang 10 juta langsung ia transfer ke yayasan ustad gadungan tadi. Malam hari ia tidur sambil bermimpi esok hari akan dapat 100 juta cash.

See, betapa bahayanya internet jika diakses oleh orang yang tingkat keilmuannya masih cetek. Ia mudah terpengaruh dengan konten pornografi, provokasi, hoax dan opini sesat. Bahkan yang berniat baik pun bisa menyebabkan salah penafsiran. Sudah tahu itu ceramah pak ustad sedang mengupas sejarah perang Badar. Kristen ngapain nonton? Sudah tahu itu konten khutbah seorang pendeta, dilakukan saat sedang didalam gereja, hanya untuk internal ummat kristen. Muslim ngapain ikut nimbrung?

Masih bersikeras ingin menyaksikan ceramah pak ustad atau pak pendeta? Silahkan. Tapi yang kristen jangan shock jika dalam ceramahnya pak ustad tegas berkata bahwa Tuhan tak bisa beranak-pinak. Yang muslim, jangan marah bila pak pendeta menyebut orang-orang non kristen sebagai domba yang tersesat.

Baca juga: Cegah Pornografi Diakses Anak-Anak, Orang Tua Wajib Batasi Akses Internet

Yang salah disini bukan pak ustad atau pak pendeta, tapi netizen sendiri yang terkadang terlalu kepo dan gak bisa menyaring tontonan. Gue sendiri gak mau terlalu jauh mendalami trinitas, sekedar tahu kulit luarnya saja. Ngapain juga harus mendalami sebuah ajaran agama yang tidak gue imani? Ngaji saja belum tuntas. Toh masih sangat banyak hal dalam Islam yang mesti dipelajari, dipahami. Dan yang paling sulit, semua pembelajaran itu mesti dieksekusi sedikit demi sedikit.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Senin, 16 Sep 2024 10:49 WIB
Berita Terbaru